ancaman, keuntungan yang dirasakan untuk mencari bantuan, instrumental kemandirian untuk tujuan mencari bantuan, bijaksana
eksekutif untuk tujuan mencari bantuan, mencari bantuan dari sumber daya formal pengajar, mencari bantuan dari sumber daya
informal pelajar lain, merasakan dukungan pengajar dari pertanyaan. Kesembilan subkomponen ini tidak digunakan karena terkait budaya
di Barat.
C. Desain Alat Ukur
Setelah meninjau alat ukur Assessing Academic Self-Regulated Learning, peneliti memutuskan untuk membuat alat ukur pengaturan diri dalam belajar
dengan berpedoman pada Assessing Academic Self-Regulated Learning. Hal ini didasarkan pada 2 hal yakni: 1 alat ukur Assessing Academic Self-Regulated
Learning merupakan alat ukur paling baru dan merupakan pengembangan dari alat ukur MSLQ yang telah banyak digunakan untuk mengukur pengaturan diri
dalam belajar; 2 alat ukur Assessing Academic Self-Regulated Learning mengukur pengaturan diri dalam belajar secara umum, tidak spesifik pada suatu
subjek atau level pelajaran tertentu. Meskipun demikian, alat ukur Assessing Academic Self-Regulated
Learning memiliki kekurangan yakni kecenderungan bias budaya karena Wolters dkk 2003 menyebutkan bahwa ada bagian khususnya perilaku mencari bantuan
dari orang lain yang digunakan untuk mengukur pada budaya Barat. Di samping itu, Assessing Academic Self-Regulated Learning ditujukan untuk mahasiswa.
Hal tersebut membuat peneliti mempertimbangkan untuk membuat alat ukur yang lebih sederhana untuk digunakan pada siswa SMA.
Setelah meninjau adanya hal-hal tersebut, peneliti membuat desain alat ukur pengaturan diri dalam belajar yang berpedoman pada Assessing Academic
Self-Regulated Learning, yakni: 1.
Pengaturan kognisi akademis, terdiri dari 2 subkomponen yakni pengaturan kognitif secara umum dan pengaturan diri metakognitif. Hal ini disebutkan
oleh Wolters dkk 2003 bahwa pelajar yang lebih muda dari mahasiswa mengukur pengaturan kognitif secara umum yang terdiri dari pengulangan
rehearsal, elaborasi, organisasi. Ketiga hal tersebut diukur dalam subkomponen pengaturan kognitif secara umum. Ini didasarkan pada pelajar
yang lebih muda tidak dapat membuat perbedaan-perbedaan yang baik di antara ketiga hal tersebut sebaik yang dilakukan oleh mahasiswa.
a. Pengaturan kognitif secara umum Pengaturan dilakukan dengan pengulangan rehearsal, elaborasi, dan
pengorganisasian materi yang dipelajarinya. Pengulangan rehearsal dilakukan dengan cara mengulangi materi yang dipelajarinya sehingga
siswa dapat mengingatnya. Elaborasi dilakukan siswa dengan merangkum materi dan mampu menjelaskannya dengan bahasa sendiri.
Organisasi dilakukan dengan membuat catatan sendiri note-taking, menggambar diagram, dan membuat peta konsep.
b. Pengaturan diri metakognitif
Pengaturan diri metakognitif dilakukan dengan membuat perencanaan, pemantauan, dan pengaturan terhadap kognisi yang dimiliki siswa
Wolters dkk, 2003. Perencanaan dilakukan pada adanya penentuan tujuan dan analisis dari tugas yang dipelajari. Ini dilakukan agar siswa
lebih mudah ketika mengatur dan menggabungkan antara materi yang satu dengan yang lainnya. Pemantauan dilakukan dengan cara mengetes
diri sendiri dan membuat pertanyaan-pertanyaan untuk membantu siswa memahami materi. Pengaturan metakognitif juga dilakukan dengan
mengecek dan mengoreksi perilaku yang dilakukan siswa dalam suatu tugas yang dikerjakannya Pintrich dkk, 1991.
2. Pengaturan motivasi akademis, terdiri dari 4 subkomponen. Pengaturan
motivasi terdiri dari konsekuensi diri, berbicara pada diri sendiri, peningkatan minat, dan penyusunan lingkungan.
a. Konsekuensi diri Siswa memberikan motivasi terhadap dirinya dengan menerapkan
konsekuensi diri. Konsekuensi ini berupa konsekuensi ekstrinsik sebagai akibat yang harus diterimanya sehingga ia dapat terus bertahan dalam
mempelajari pelajaran dan menyelesaikan tugas. Konsekuensi yang dibuat oleh siswa dapat berupa hadiah atau hukuman yang membuatnya
terus untuk belajar dan menyelesaikan tugas. b. Berbicara pada diri sendiri
Siswa memberikan motivasi terhadap dirinya dengan berbicara pada diri sendiri mengenai keyakinan-keyakinan akan kemampuan diri terhadap
belajar akademis yang dilakukannya. Hal tersebut meliputi siswa yakin bahwa dirinya mampu untuk dapat menguasai materi yang dipelajarinya,
siswa meyakinkan diri mampu untuk melakukan performansi yang baik dalam belajar, siswa meyakinkan diri mampu untuk mempelajari
pelajaran dan menyelesaikan tugas, siswa meyakinkan diri memiliki kemampuan yang lebih baik daripada orang lain, serta siswa
meyakinkan diri dapat melakukan hal-hal baik dalam mempelajari suatu pelajaran serta mampu untuk meraih nilai yang tinggi.
c. Peningkatan minat Siswa memotivasi diri dengan melakukan peningkatan minat terhadap
hal-hal yang dipelajarinya. Ini dapat dilakukan dengan membuat hal-hal yang kurang atau tidak menarik menjadi menarik dan menyenangkan
untuk dipelajari. Di samping itu, siswa dapat mengaitkan hal yang dipelajari dengan minat personal atau hal lain dalam kehidupannya.
d. Penyusunan lingkungan Siswa memotivasi diri dengan menyusun lingkungannya. Ini dilakukan
agar siswa dapat berkonsentrasi dengan baik untuk belajar. Siswa melakukan penyusunan lingkungan dengan cara mengurangi hal-hal
yang dapat mengganggu konsentrasi belajar. Di samping itu, siswa menyusun lingkungan belajarnya agar dapat menyelesaikan tugas
dengan mudah.
3. Pengaturan perilaku akademis, terdiri dari 3 subkomponen yakni pengaturan
waktu dan lingkungan, pengaturan usaha, dan mencari bantuan secara umum.
a. Pengaturan waktu dan lingkungan Pengaturan waktu dan lingkungan dilakukan dengan membuat rencana
dan mengelola waktu untuk belajar atau menyelesaikan tugas dengan efektif. Ini juga dilakukan dengan membuat hal-hal yang dikerjakan
menjadi terjadwal. Sedangkan untuk pengaturan lingkungan belajar dilakukan dengan membuat lingkungan belajar menjadi teratur, tenang,
dan terbebas dari gangguan yang dapat mengganggu visual dan auditori Pintrich dkk, 1991.
b. Pengaturan usaha Pengaturan usaha dilakukan siswa dengan mengatur usaha yang
dilakukannya ketika mempelajari pelajaran dan menyelesaikan tugas. Siswa membuat komitmen untuk belajar akademis dengan baik. Di
samping itu, siswa juga berkomitmen untuk menyelesaikan tugas-tugas meskipun sulit serta ada hal-hal yang mengganggunya Pintrich dkk,
1991. c. Mencari bantuan secara umum
Pengaturan perilaku untuk mengumpulkan informasi dan saran yang berguna bagi belajar siswa yang dilakukan dengan mencari bantuan dari
orang lain. Ketika siswa mengalami kesulitan, ia mencari bantuan dari
irang lain agar dapat memberikan bantuan terhadapnya. Ini dapat dilakukan dengan mencari bantuan dari teman maupun guru.
D. Siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta