Perbedaan Jenis Kelamin dan Tingkat Kelas

2 kelas XI IPS, 5 kelas XII IPA, dan 1 kelas XII IPS. Jam belajar di sekolah dimulai pukul 07.15 dan berakhir pukul 14.00. Untuk mendukung belajar yang dilakukan siswa, sekolah memberikan tambahan jam belajar untuk kelas XI dan XII yakni pada jam ke 0. Jam ke-0 ini dilakukan sebelum pukul 07.15. Pemberian tambahan jam belajar ini disebutkan sebagai pendalaman materi atau konsep dari pelajaran di sekolah. Setelah siswa belajar efektif di kelas, siswa melakukan kegiatan praktikum dan ekstrakurikuler sesuai dengan yang dijadwalkan oleh sekolah. Kegiatan praktikum dimulai pukul 14.00 dan berakhir pukul 16.00. Sedangkan untuk kegiatan ekstrakulikuler diadakan mulai pukul 14.00 hingga 16.30. Di samping itu, kebanyakan siswa SMA N 9 Yogyakarta mengikuti bimbingan belajar di luar jam sekolah Pradana, komunikasi pribadi, Juli, 2014.

E. Perbedaan Jenis Kelamin dan Tingkat Kelas

Pengaturan diri dalam belajar pada penelitian ini dieksplorasi berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kelas pada karakteristik siswa di sekolah menengah atas. 1. Perbedaan Jenis Kelamin Pengaturan diri dalam belajar yang dilakukan oleh siswa mungkin berbeda apabila ditinjau dari perbedaan jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin adalah perbedaan biologis individu yakni laki-laki atau perempuan Erbert Culyer, 2010. Gurian 2011 menyebutkan bahwa siswa laki-laki dan perempuan belajar dengan cara yang berbeda. Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan antara otak laki-laki dan perempuan. Perbedaan otak yang mempengaruhi belajar yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan adalah: a Corpus callosum, merupakan ikatan-ikatan syaraf yang menghubungkan antara hemisfer otak kanan dan kiri. Bagian ini berfungsi untuk pemrosesan informasi di otak. Corpus callosum pada otak perempuan cenderung memiliki ikatan-ikatan syaraf yang lebih banyak dan luas dibandingkan otak laki-laki. Hal tersebut menyebabkan perempuan cenderung lebih cepat dalam memproses informasi di otak dibandingkan laki-laki. b Cerebral cortex, merupakan bagian otak yang terdiri dari neuron-neuron yang berperan dalam fungsi intelektual, ingatan, dan penafsiran interpretasi impuls-impuls. Dibandingkan dengan otak laki-laki, otak perempuan memiliki lebih banyak koneksi antar neuron. Hal tersebut membuat perempuan mampu merespon informasi yang didapatkan di kelas lebih cepat daripada laki-laki. Di samping itu, perempuan juga dapat lebih mudah melakukan multitasking daripada laki-laki. c Area sistem limbik limbic system, merupakan bagian otak yang terdiri dari struktur yakni amygdala dan hippocampus yang berperan mempengaruhi bagaimana laki-laki dan perempuan melakukan performansi belajar yang berbeda. Area sistem limbik ini membuat perempuan cenderung merespon secara verbal pada keadaan-keadaan stres, serta cenderung cepat emosi dibandingkan laki-laki. d Amygdala, merupakan bagian dari area sistem limbik yang mengatur emosi. Amygdala pada otak laki-laki cenderung lebih luas dibandingkan perempuan. Ini mengakibatkan laki-laki cenderung lebih agresif dibandingkan perempuan. e Hippocampus merupakan bagian otak yang berperan untuk mengubah informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang. Di samping itu, berperan sangat penting pada pemaknaan dari pembelajaran. Perempuan memiliki hippocampus yang lebih luas dibandingkan laki-laki. Jumlah dan kecepatan neuron pada hippocampus perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal tersebut membuat perempuan lebih cepat untuk mengingat informasi daripada laki-laki. Siswa pada sekolah menengah atas berusia antara 16 hingga 18 tahun. Pada usia ini, siswa berada pada tahap remaja dan mengalami pubertas. Pubertas pada remaja mengaktifkan hormon seksual yakni meningginya kadar estrogen pada perempuan dan testosteron pada laki-laki. Hormon-hormon tersebut juga berperan mempengaruhi bagaimana individu berperilaku Steinberg, 2002. Kadar hormon estrogen tinggi membuat perempuan cenderung rendah dalam kemandirian diri dan kurang menonjolkan diri. Di samping itu, perempuan juga cenderung rendah dalam beragresi dan berkompetisi dibandingkan laki-laki. Sementara itu, kadar hormon testosteron membuat laki-laki cenderung lebih mandiri dan menonjolkan dirinya. selain itu, laki-laki juga cenderung lebih agresif dan berkompetisi dibandingkan dengan perempuan Gurian, 2011. Selain perbedaan struktur otak dan hormon, perbedaan pengaturan diri dalam belajar mungkin dapat dilihat dari adanya perbedaan perilaku laki-laki dan perempuan yang terlihat ketika belajar akademis. Mau dan Lynn 2000 menyebutkan bahwa siswa perempuan lebih bekerja keras ketika mengerjakan tugas sekolah untuk di rumah homework dibandingkan siswa laki-laki. Di samping itu, Xu dan Corno 2006 juga menyebutkan bahwa siswa perempuan lebih sering mengatur waktu selama mengerjakan tugas sekolah utuk di rumah dibandingkan siswa laki-laki. Siswa perempuan lebih memiliki inisiatif untuk memantau motivasi belajar yang dilakukan. Selain itu, siswa perempuan lebih berhati-hati dalam memantau dan mengendalikan hal-hal yang berpotensi mengganggu emosinya ketika belajar dibandingkan siswa laki-laki. Di samping itu, Einsberg Santrock, 2011 menyebutkan bahwa laki-laki menunjukkan kurang melakukan keterampilan dalam mengatur emosi dan perilaku dibandingkan perempuan. Perilaku yang ditunjukkan oleh siswa laki-laki dan perempuan ketika berada di sekolah juga berbeda Ormrod, 2011. Di sekolah, rata-rata siswa perempuan memiliki perhatian yang lebih untuk melakukan hal-hal yang dikatakan baik. Siswa perempuan juga lebih memiliki keterikatan pada aktivitas yang dilakukan di kelas dibandingkan dengan siswa laki-laki. Selain itu, siswa perempuan juga lebih rajin mengerjakan tugas dibandingkan siswa laki-laki di kelas. Gurian 2011 juga menyebutkan bahwa siswa perempuan dan laki-laki menunjukkan perilaku yang berbeda ketika di ruang kelas. Ketika berada di kelas, siswa perempuan belajar lebih keras dan lebih tenang sedangkan siswa laki-laki cenderung lebih banyak membuang waktu dan lebih berisik. Siswa perempuan cenderung kurang agresif dan berkompetisi, sedangkan siswa laki- laki cenderung agresif dan menunjukkan sikap berkompetisi di kelas. Penelitian yang dilakukan Zimmerman dan Martinez-Pons 1991 mengungkapan bahwa ada perbedaan signifikan penerapan strategi sebagai pengaturan diri dalam belajar yang dilakukan oleh siswa laki-laki dan perempuan. Siswa perempuan menerapkan strategi pengaturan diri dalam belajar seperti merekam dan memantau, menyusun lingkungan, serta menetapkan tujuan dan membuat perencanaan belajar lebih banyak dibandingkan laki-laki. 2. Perbedaan Tingkat Kelas Penerapan strategi sebagai pengaturan diri dalam belajar yang ditinjau dari perbedaan tingkat kelas memiliki perbedaan. Hal ini pernah diungkap oleh penelitian Zimmerman dan Martinez-Pons 1990 terhadap siswa kelas 5, 8, dan 11 di Amerika. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa siswa kelas 8 menerapkan strategi sebagai pengaturan diri dalam belajar yang lebih banyak daripada kelas 5. Di samping itu, siswa kelas 11 menerapkan strategi sebagai pengaturan diri dalam belajar yang kurang dibandingkan siswa kelas 8. Zimmerman dan Martinez-Pons mengatakan bahwa perbedaan penerapan strategi pengaturan diri dalam belajar tersebut kurang dapat dipercaya. Adanya perbedaan tingkat kelas di SMA yakni kelas 10, 11, dan 12 berarti ada perbedaan usia yang bertambah di setiap tingkat dari tingkat sebelumnya. Piaget Solso, Maclin, Maclin, 2008 menyebutkan bahwa seiring bertambahnya usia terdapat perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif terjadi karena otak mengalami perkembangan struktur menjadi lebih kompleks dibandingkan sebelumnya. Di samping itu, kognitif berkembang menyesuaikan dengan lingkungannya. Penyesuaian kognitif terhadap lingkungan terjadi dengan 2 cara yakni menggabungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya asimilasi dan menyesuaikan diri dengan informasi baru akomodasi. Beberapa pakar perkembangan kognitif seperti Case, Marini, dan Case, serta Pascual-Leone Santrock, 2003 menyebutkan bahwa perkembangan kognitif terjadi secara teratur dan spesifik yang meliputi bagaimana seseorang menggunakan strategi, mempelajari suatu keterampilan, serta bagaimana seseorang memiliki kecepatan dalam memproses informasi yang diterimanya. Perkembangan kognitif juga ditandai dengan adanya cara berpikir khusus terhadap suatu tugas tertentu. Seiring pertambahan usia pada remaja, perkembangan kognitif pada bagian untuk memproses informasi menjadi bertambah Santrock, 2003. Perkembangan tersebut meliputi beberapa aspek yakni adanya peningkatan kecepatan pemrosesan informasi, memiliki kapasitas pemrosesan informasi tingkat tinggi dan lebih besar, serta adanya peningkatan kemampuan untuk melakukan tugas secara otomatis. Melakukan tugas secara otomatis dimaksudkan dengan adanya usaha yang relatif sedikit untuk melakukan tugas tersebut. Di samping itu, remaja mengalami peningkatan kemampuan untuk mengambil keputusan menjadi lebih kompeten dibandingkan sebelumnya. Senada dengan pakar kognitif sebelumnya, Ormrod 2011 menuliskan dalam bukunya bahwa seiring dengan pertambahan usia, perkembangan kognitif meningkat. Hal tersebut ditandai dengan bertambah canggihnya cara berpikir, kemampuan untuk mengungkapkan suatu alasan, serta penggunaan bahasa yang semakin meningkat. Melihat adanya kelas X, XI, dan XII di SMA, siswa pada ketiga tingkat kelas tersebut memiliki perbedaan usia. Perbedaan usia siswa bertambah seiring dengan tingkatan kelas tersebut dibandingkan tingkat sebelumnya. Siswa mendapatkan pengetahuan yang berbeda di setiap kelasnya. Setelah siswa melewati satu tingkat kelas, ia mendapatkan pengetahuan dan pengalaman akademis yang lebih dibandingkan tingkat kelas sebelumnya. Adanya penyesuaian kognitif terhadap pengetahuan dan pengalaman yang berbeda di tiap tingkat kelas, maka ada kemungkinan dapat mempengaruhi pengaturan diri dalam belajar yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan uraian tentang siswa SMA, dapat dibuat kesimpulan bahwa pengaturan diri dalam belajar yang dilakukan mungkin berbeda ditinjau dari perbedaan pada siswa di SMA. Perbedaan siswa di SMA yang akan ditinjau pada penelitian ini adalah perbedaan jenis kelamin dan tingkat kelas.

F. Kerangka Penelitian