Pengertian Pengaturan Diri dalam Belajar

10

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bagian ini diuraikan tentang pengertian pengaturan diri dalam belajar, assessing academic self-regulated learning, desain alat ukur, siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta, perbedaan jenis kelamin dan tingkat kelas, kerangka penelitian, dan hipotesis penelitian.

A. Pengertian Pengaturan Diri dalam Belajar

Self-regulated learning pada penelitian ini diterjemahkan sebagai pengaturan diri dalam belajar. Pengaturan diri dalam belajar didefinisikan oleh Zimmerman 1989, 1990, 2008 sebagai perilaku aktif siswa untuk belajar dengan mengatur metakognitif, motivasi, dan perilaku untuk mencapai tujuan akademis. Pengaturan metakognitif berarti siswa memilih dan membuat keputusan mengenai bagaimana sebaiknya ia belajar dengan pengetahuan yang dimilikinya. Pengaturan motivasi menunjukkan bahwa siswa memiliki anggapan bahwa dirinya mampu mengatur dan menerapkan suatu tindakan untuk menunjukkan performansinya pada suatu tugas akademik yang dihadapinya. Siswa yang beranggapan demikian mampu secara aktif memotivasi dirinya agar mampu bertahan ketika mempelajari suatu pelajaran maupun saat menyelesaikan tugas-tugas akademis. Pengaturan perilaku dilakukan siswa dengan berusaha mengoptimalkan belajar akademis yang dilakukannya dengan mengatur lingkungan belajar serta menambah wawasan pengetahuan dari orang lain. Perilaku aktif sebagai pengaturan diri dalam belajar diwujudkan dengan menerapkan strategi-strategi spesifik untuk mencapai tujuan akademis Zimmerman, 1989. Strategi merupakan tindakan yang diarahkan siswa untuk mengumpulkan informasi dan keterampilan-keterampilan terkait belajar. Sedangkan tujuan akademis dapat berupa nilai, penghargaan sosial, maupun kesempatan untuk berkarir setelah menyelesaikan pendidikan. Inti pengaturan diri dalam belajar yang diungkapkan oleh Zimmerman adalah adanya inisiatif, ketekunan, dan keterampilan-keterampilan adaptif yang dilakukan siswa untuk meningkatkan pencapaian atau prestasi akademis. Prestasi akademis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2011 merupakan hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Senada dengan yang disebutkan oleh Zimmerman, Pintrich dan De Groot 1990 mengatakan bahwa pengaturan diri dalam belajar meliputi 3 hal. Pertama, siswa memiliki kognitif aktual yakni mampu mengingat dan memahami pelajaran. Hal tersebut diatur dengan pengulangan rehearsal, elaborasi, dan mengorganisasi hal-hal yang dipelajari. Kedua, siswa memiliki strategi metakognitif yakni mampu membuat perencanaan, memantau, serta melakukan modifikasi dari kognisi diri. Ketiga, siswa mampu untuk mengatur dan mengendalikan usaha-usaha sebagai perilakunya ketika menghadapi tugas-tugas di kelas. Pintrich dan De Groot juga menambahkan adanya motivasi yang berperan sangat penting untuk mendukung ketiga hal tersebut sehingga siswa dapat sukses dalam belajar. Chung 2000 menyebutkan bahwa pengaturan diri dalam belajar melibatkan pengaturan yang dilakukan siswa terhadap metakognisi, motivasi, dan strategi belajar. Ia juga menganggap bahwa siswa merupakan pelaku utama dalam kegiatan belajar akademis. Siswa yang mengatur diri dalam belajar juga mampu menguasai pelajaran yang dipelajarinya. Hal tersebut dapat terjadi karena siswa memantau tujuan belajar serta memotivasi diri untuk terus belajar. Di samping itu, siswa juga melakukan pengelolaan terhadap sumber daya yang dapat mendukungnya untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Pintrich Schunk, 2005 mendefinisikan pengaturan diri dalam belajar sebagai perilaku aktif yang dilakukan siswa dalam belajar. Awalnya, siswa mengatur tujuan belajar, kemudian ia memantau, mengatur, serta mengendalikan kognisi, motivasi, dan perilaku sehingga dapat mencapai keberhasilan atau tujuan dari pembelajaran yang dilakukan. Perilaku tersebut membuat suatu proses konstruktif selama belajar. Proses konstruktif dimaksudkan bahwa siswa tidak hanya dapat menyerap pelajaran yang disampaikan, melainkan juga dapat membangun suatu pengetahuan-pengetahuan baru dari pengalamannya Ormrod, 2008. Sementara itu, Ormrod 2011 dalam bukunya berjudul “Educational Psychology developing Learners ” mendefinisikan pengaturan diri dalam belajar sebagai pengaturan yang dilakukan siswa pada proses kognitif serta perilaku sehingga ia dapat berhasil dalam belajar. Montalvo dan Torres 2004 menyebutkan bahwa terdapat ciri siswa yang melakukan pengaturan diri dalam belajar. Ciri tersebut adalah siswa memiliki pengetahuan akan strategi kognitif, seperti pengulangan rehearsal, elaborasi, dan pengorganisasian pada hal-hal yang dipelajarinya; memiliki kemampuan metakognisi atau pengetahuan tentang bagaimana ia belajar untuk mengatur kognisinya; memiliki motivasi yang kuat untuk terus belajar sehingga ia mampu untuk terus belajar meskipun menghadapi kesulitan serta hal-hal yang mengganggunya; melakukan usaha-usaha yang luar biasa untuk belajar; dan mampu untuk mengatur waktu dan usaha dengan baik ketika belajar. Berdasarkan uraian dari beberapa tokoh di atas, secara garis besar dapat dikatakan bahwa pengaturan diri dalam belajar adalah perilaku aktif mengatur diri pada kognitif-metakognitif, motivasi, dan perilaku untuk belajar. Hal tersebut dilakukan agar dapat mencapai keberhasilan atau berprestasi dalam bidang akademis. Pentingnya pengaturan diri dalam belajar dilakukan karena berhubungan dengan akademis Zimmerman, 2008. Pelajar yang melakukan pengaturan diri dalam belajar cenderung menguasai akademisnya. Akademis dimaksudkan pada hal-hal yang bersifat pengetahuan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2011. Penelitian Zimmerman dan Martinez-Pons 1986 mengungkapkan bahwa pelajar berprestasi tinggi menerapkan banyak strategi sebagai pengaturan diri dalam belajar dibandingkan siswa berprestasi rendah. Di samping itu, Putriansari 2009 juga mengungkapkan bahwa pelajar yang memiliki pengaturan diri dalam belajar tinggi cenderung memiliki prestasi akademis yang tinggi juga. Penelitian pengaturan diri dalam belajar dapat diukur dengan alat ukur yang telah dibuat dari penelitian-penelitian sebelumnya. Alat ukur tersebut ada beberapa versi yakni: 1. Self-Regulated Learning Interview Schedule SRLIS yang dibuat oleh Zimmerman dan Martinez-Pons pada tahun 1986 yang bertujuan untuk melihat pengaturan diri dalam belajar yang dilakukan pelajar secara spesifik pada bagian penerapan strategi. Terdapat 14 strategi yakni: a. menetapkan tujuan dan perencanaan belajar; b. mengatur dan mengubah materi pelajaran yang diterima menjadi mudah untuk dipahami; c. mencari informasi dari sumberdaya nonsosial; d. mengulang dan mengingat materi; e. evaluasi diri; f. konsekuensi diri; g. menyusun lingkungan belajar; h. merekam dan memantau; melakukan peninjauan kembali i. ujian; j. catatan; k. buku materi guna mempersiapkan diri untuk belajar di kelas dan menghadapi ujian; siswa bertanya pada l. teman sebaya; m. guru; n. orang tua atau orang dewasa lain ketika kurang memahami suatu hal yang dipelajarinya. 2. Motivated Strategies for Learning Questionnaire MSLQ yang dibuat oleh Pintrich dkk pada tahun 1991 yang digunakan untuk mengukur pengaturan diri dalam belajar secara spesifik pada suatu mata kuliah, maupun suatu konteks pada pelajaran di level kelas tertentu. Hal tersebut disebabkan adanya asumsi bahwa respon pelajar akan bervariasi terhadap jenis pelajaran yang dipelajarinya. Alat ukur ini banyak digunakan dan telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa seperti bahasa Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Swedia, Finlandia, Belanda, Norwegia, Hongaria, Yunani, China, Jepang, Arab, dan Hindi Wolters, dkk, 2003. 3. Assessing Academic Self Regulated Learning yang dibuat oleh Wolters dkk tahun 2003 untuk mengukur pengaturan diri dalam belajar. Alat ukur ini merupakan pengembangan dari alat ukur MSLQ untuk melihat pengaturan diri dalam belajar secara umum, tidak spesifik pada suatu mata kuliah tertentu. Di samping itu, alat ukur ini melihat adanya peran budaya Barat pada bagian pengaturan perilaku untuk belajar akademis. Penelitian ini menggunakan Assessing Academic Self-Regulated Learning sebagai pedoman untuk membuat alat ukur pengaturan diri dalam belajar. Dengan