37
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 9, maka dapat dibuat grafik hubungan antara waktu pengamatan terhadap besarnya diameter
zona jernih yang terbentuk pada sampel kain. Grafik perbandingan zona jernih antara sampel S.0; S.1; S.2; dan S.3 dengan menggunakan bakteri
S. aureus
dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Grafik Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Kain Spandex terhadap Bakteri S. aureus
B. PEMBAHASAN
1. Preparasi Nanopartikel Perak
Pada penelitian ini, sintesis nanopartikel perak dilakukan dengan metode bottom up yaitu dengan cara reduksi kima dari larutan perak nitrat
AgNO
3
dengan menggunakan trisodium sitrat sebagai reduktor sebagaimana yang telah dilakukan oleh Agus Haryono dan Sri Budi
Harmami 2010. Nanopartikel perak mempunyai karakterisitik yang mudah beraglomerasi antar sesamanya dan teroksidasi sehingga pada proses
pembentukan nanopartikel perak disertakan senyawa lain sebagai stabilizer Ristian et al, 2014. Stabilizer yang digunakan yaitu polivinil alkohol
PVA. PVA diketahui dapat digunakan sebagai penstabil dan pencegah agregasi pada nanopartikel perak. Stabilisasi nanopartikel perak secara
umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu stabilisasi elektrostatik dan
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
10 20
30 40
50 60
70 80
Di am
e te
r Zon
a Je
rn ih
c m
Waktu jam +
S.0 S.1
S.2 S.3
38
stabilisasi sterik. PVA merupakan polimer yang mampu menstabilkan nanopartikel perak melalui stabilisasi sterik yaitu dengan adanya pelapisan
coating yang terjadi berdasarkan adsorpsi pada permukaan nanopartikel perak oleh PVA Pimpang dan Chopuun, 2011.
Koloid nanopartikel
perak yang
terbentuk selanjutya
dikarakterisasi menggunakan UV-VIS untuk mengetahui bahwa telah terbentuk nanopartikel perak. Karakterisasi nanopartikel perak dengan
menggunakan UV-VIS, akan memberikan absorbansi di sekitar panjang gelombang 420 nm Chitte et al, 2012. Pada penelitian ini, nanopartikel
perak yang terbentuk memberikan absorbansi pada panjang gelombang 429 nm sebagaimana ditunjukkan oleh spektrum UV-VIS nanopartikel perak
pada Gambar 4. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui perbedaan antara larutan AgNO
3
sebelum dan sesudah tereduksi sebagaimana terlihat pada Gambar 3.
Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui perbedaan spektrum antara larutan AgNO
3
sebelum dan sesudah direduksi. Spektrum AgNO
3
yang belum direduksi memberikan absorbansi pada 218,50 nm, sedangkan pada
spektrum koloid nanopartikel perak menunjukkan absorbansi pada 429 nm yang merupakan absorbansi dari nanopartikel perak. Munculnya absorbansi
pada 429 nm selain menunjukkan adanya nanopartikel perak yang terbentuk juga dapat digunakan sebagai dasar memperkirakan ukuran nanopartikel
perak yang terbentuk. Menurut Solomon 2007, absorbansi nanopartikel perak pada 429 nm memiliki ukuran partikel antara 30-80 nm.
Apabila ditinjau dari nilai absorbansi yang diperoleh, diketahui bahwa nilai absorbansi dari nanopartikel perak cukup rendah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa konsentrasi nanopartikel perak yang terbentuk tidak terlalu besar. Tidak terlalu besarnya konsentrasi nanopartikel perak yang
terbentuk dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain yaitu reaksi yang tidak sempurna sehingga tidak semua ion perak berubah menjadi
nanopartikel perak, juga dapat disebabkan nanopartikel perak yang terbentuk kemudian beraglomerasi membentuk endapan perak. Hal tersebut
39
dapat dilihat dari adanya endapan hitam yang muncul setelah koloid nanopartikel perak didiamkan dalam waktu yang cukup lama.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa reduksi larutan AgNO
3
dengan adanya trisodium sitrat dapat menghasilkan nanopartikel perak sebagaimana ditunjukkan dari hasil karakterisasi
menggunakan UV-VIS.
2. Deposit Nanopartikel Perak pada Sampel Kain Spandex