39
dapat dilihat dari adanya endapan hitam yang muncul setelah koloid nanopartikel perak didiamkan dalam waktu yang cukup lama.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa reduksi larutan AgNO
3
dengan adanya trisodium sitrat dapat menghasilkan nanopartikel perak sebagaimana ditunjukkan dari hasil karakterisasi
menggunakan UV-VIS.
2. Deposit Nanopartikel Perak pada Sampel Kain Spandex
Sampel kain spandex yang telah terdeposit nanopartikel perak berwarna sedikit kecoklatan, berbeda dengan kain spandex yang tidak diberi
perlakuan apapun yang berwarna putih. Warna tersebut sama dengan warna dari koloid nanopartikel perak yang berwarna kecoklatan. Hal ini
menunjukkan bahwa nanopartikel perak telah terdeposit pada kain spandex. Perbedaan antara kain spandex murni dan kain spandex yang telah
terdeposit nanopartikel perak dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. a Spandex b Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak
Secara fisik, perbedaan antara kain spandex dan spandex terdeposit nanopartikel perak hanya berupa perbedaan warna. Penambahan
nanopartikel perak tidak mempengaruhi elastisitas kain spandex. Hal ini disebabkan nanopartikel perak hanya menempel pada permukaan kain, tidak
bereaksi dengan kain spandex. Sehingga tidak penambahan nanopartikel perak tidak menyebabkan perubahan sifat kain spandex.
a b
40
3. Modifikasi Sampel Kain Spandex dengan Pelapisan Menggunakan
HDTMS
Pada penelitian ini, senyawa silan yang digunakan untuk memperoleh sifat hidrofob adalah senyawa heksadesiltrimetoksisilan atau
HDTMS. HDTMS dipilih sebab memiliki gugus alkoksida dan rantai alkil yang panjang sebagaimana terlihat pada Gambar 2 tentang struktur senyawa
HDTMS. Sifat hidrofob atau antikotor merupakan sifat suatu permukaan
apabila ditetesi air, maka akan terbentuk bulatan-bulatan air pada permukaannya dan bulatan air tersebut akan bergulir jatuh apabila
permukaan bahan dimiringkan. Secara alamiah, sifat hidrofob dapat dijumpai pada beberapa makhluk hidup seperti daun lotus dan kaki cicak.
Berdasarkan inspirasi tersebut, beberapa metode dikembangkan untuk menciptakan suatu permukaan yang bersifat hidrofob. Salah satu
metode yang sering digunakan yaitu metode coating dengan menggunakan suatu bahan yang bersifat hidrofob, seperti yang telah dilakukan oleh de
Ferri et al 2013. Metode coating dapat dilakukan dengan melapiskan suatu bahan hidrofob ke permukaan suatu bahan. Bahan yang bersifat hidrofob
yang dapat digunakan antara lain yaitu senyawa silan dan turunannya. Senyawa silan dapat digunakan sebagai bahan pelapis sebab senyawa silan
memiliki senyawa alkoksida dan rantai alkil yang panjang, dan semakin panjang rantai alkil yang dimiliki, maka semakin baik sifat hidrofob yang
akan diperoleh de Feri et al, 2013. Senyawa silan saat dilapiskan pada suatu permukaan misalnya serat, akan membentuk semacam papila-papila
berukuran nano pada permukaan tersebut yang dapat berfungsi sebagai penghalang terhadap molekul-molekul air. Struktur papila tersebut dapat
dilihat pada Gambar 11.
41
O
Si H
3
C CH
3
O Si
H
3
C CH
3
O
Si H
3
C CH
3
O Si
H
3
C CH
3
O
Si H
3
C CH
3
O Si
H
3
C CH
3
O
Permukaan Hidrofobik Ikatan Hidrogen
Permukaan Serat
Gambar 11. Struktur Hidrofob Permukaan Serat yang Terlapisi Senyawa Silan
Preparasi sampel kain spandex yang dilapisi dengan senyawa HDTMS diawali dengan membuat larutan HDTMS-etanol 4. Larutan
etanol-HDTMS 4 dibuat dengan cara mencampurkan 40 mL larutan stok senyawa HDTMS dengan 960 mL etanol. Larutan diaduk hingga tercampur
sempurna. Tujuan pembuatan larutan ini adalah agar larutan HDTMS yang digunakan tidak terlalu pekat sehingga penggunaan senyawa HDTM
menjadi lebih efisien. Proses pelapisan kain spandex dilakukan dengan metode coating,
yaitu dengan cara mencelupkan kain sampel pada larutan etanol-HDTMS 4. Sampel kain spandex yang digunakan yaitu kain spandex murni dan
kain spandex terdeposit nanopartikel perak. Sampel kain spandex dimasukkan ke dalam Erlenmeyer berisi larutan etanol-HDTMS 4.
Volume larutan yang digunakan yaitu sekitar 50-100 mL atau sampai semua sampel kain spandex terendam sempurna, kemudian di-shaker dengan
kecepatan 150 rpm selama ±2 jam. Sampel kemudian dikeringkan pada suhu ruang.
Sampel kain spandex yang telah terlapisi oleh senyawa HDTMS, secara kasat mata tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan dengan
sampel kain yang belum terlapisi oleh senyawa HDTMS, sebagaimana dapat diamati pada Gambar 12 dan 13.
42
Gambar 12. a Kain Spandex Murni
b Kain Spandex Terlapisi HDTMS
Gambar 13. a Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak b Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan
Terlapisi HDTMS Kain spandex sebelum dan sesudah dilapisi dengan senyawa
HDTMS dapat dibedakan berdasarkan sifat hidrofobiknya. Oleh karena itu, kemudian dilakukan pengujian dan analisis sudut kontak untuk
mengidentifikasi sifat hidrofobik sampel kain spandex sebelum dan sesudah dilapisi dengan senyawa HDTMS.
4. Analisis FTIR