11
Menurut Prabhu dan Pouluse 2012 nanopartikel perak dapat memiliki aktivitas antibakteri karena nanopartikel memiliki luas permukaan
yang besar. Saat nanopartikel perak berinteraksi dengan sel bakteri, partikel perak akan berubah menjadi ion perak yang dapat menghentikan beberapa
fungsi utama dalam sel dan merusak sel itu sendiri. Perak pada dasarnya bersifat asam lemah, sedangkan DNA bakteri sebagian besar terbentuk dari
sulfur dan fosfor yang merupakan basa lemah. Dengan demikian perak akan bereaksi dengan DNA bakteri yang dapat menyebabkan terganggunya
fungsi dari DNA tersebut, salah satunya adalah fungsi replikasi bakteri. Menurut Hilman Anshari 2011, bahwa semakin besar ukuran
partikel perak maka aktivitas antibakteri menjadi semakin menurun. Selanjutnya menurut Mulongo et al. 2011 bahwa semakin besar jumlah
nanopartikel yang terdeposit maka semakin besar pula aktivitas antibakteri seperti ditunjukkan Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Koloid Nanopartikel Perak terhadap Koloni Bakteri Gram Negatif E. coli
Sampel M
i
CFUmL 15 menit
5 jam 24 jam
15 menit
5 jam 24 jam
Sampel kontrol
2,25 × 10
5
2,29 × 10
7
2,31 × 10
9
10 ppm 2,90 × 10
4
6,20 × 10
2
87,11 99,99
100 20 ppm 4,65 × 10
3
87,93 100
100 50 ppm
100 100
100
4. Sifat Antikotor atau Hidrofob
Permukaan suatu bahan yang bersifat hidrofob adalah suatu permukaan yang apabila ditetesi dengan air, maka tetesan air tersebut akan
membentuk bulatan yang hampir sempurna di atas permukaan bahan tersebut. Jika permukaan tersebut sedikit dimiringkan maka bulatan air akan
bergulir jatuh. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu efek penghalang yang
12
tidak biasa terhadap molekul air. Efek penghalang ini muncul karena adanya kombinasi antara kekerasan permukaan suatu bahan dengan komposisi
kimia bahan tersebut. Sifat hidrofob terinspirasi dari kemampuan biologis beberapa makhluk hidup seperti daun lotus, kaki cicak, dan makhluk hidup
lain yang secara alami memiliki kemampuan hidrofob Latthe et al, 2012. Terdapat banyak metode yang digunakan untuk membuat suatu
permukaan bahan agar meiliki sifat hidrofob. Salah satu metode yang sering digunakan yaitu metode coating. Metode ini dilakukan dengan melakukan
pelapisan terhadap suatu permukaan bahan dengan menggunakan bahan yang memiliki sifat hidrofob seperti silika yaitu senyawa-senyawa silan dan
turunannya Setyawan et al, 2012. Senyawa silan dan turunannya dapat digunakan sebagai pelapis sebab senyawa silan memiliki gugus alkoksida
dan rantai alkil yang panjang. Semakin panjang rantai alkil suatu senyawa silan maka semakin baik sifat hidrofob yang diperoleh de Ferri et al, 2013.
Sifat hidrofob suatu bahan dapat diidentifikasi dengan menggunakan pengujian sudut kontak air. Sudut kontak air adalah sudut yang terbentuk
antara bulatan air dengan permukaan bahan. Permukaan bahan dikatakan bersifat hidrofob jika sudut kontak yang terbentuk lebih dari 90
o
. Jika sudut yang terbentuk kurang dari 90
o
maka permukaan tersebut memiliki sifat non-hidrofob atau hidrofilik de Ferri et al, 2013.
5. Senyawa HDTMS
Terdapat banyak senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan pelapis untuk membuat sifat hidrofob. Salah satu senyawa yang sering
digunakan adalah senyawa silan dan turunannya. Heksadesil trimetoksisilan HDTMS merupakan senyawa silan yang dapat memberikan sifat hidrofob
yang baik. Hal ini disebabkan karena HDTMS memiliki gugus alkil yang panjang. Seperti dikatakan de Ferri et al 2013 bahwa senyawa silan yang
memberikan sifat hidrofob paling baik adalah senyawa silan yang memiliki gugus alkoksida dan gugus alkil yang panjang. Struktur molekul dari
senyawa HDTMS dapat dilihat pada Gambar 2.
13
CH
3
CH
2 14
CH
2
Si OCH
3
OCH
3
OCH
3
Gambar 2. Struktur Molekul Senyawa HDTMS
6. Bakteri