Kain Spandex Nanopartikel Perak

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Kain Spandex

Spandex Lycra merupakan serat sintetis yang telah banyak dikenal di masyarakat dan digunakan sebagai bahan dalam pembuatan pakaian terutama pakaian olahraga. Spandex pertama kali diperkenalkan oleh peneliti DuPont Company bernama Joseph C. Shivers pada tahun 1959 dengan nama dagang Lycra setelah hampir satu dekade melakukan penelitian Singha, 2012. Spandex diciptakan karena adanya kebutuhan bahan tekstil yang elastis seperti karet namun tetap nyaman saat dipakai. Elastisitas spandex menyebabkan bahan kain ini dapat ditarik hingga mencapai 500 dari panjang mula-mula. Sifat spandex yang elastis diperoleh dari hasil pencampuran antara poliuretan sebagai komposisi utama yang jumlahnya sekitar ±80 dengan serat yang lain baik itu serat alami katun, wol, dan sutera maupun serat sintetis poliester, nylon, dan lain-lain Mourad et al, 2012. Spandex ditinjau dari struktur molekulnya, terdiri dari dua bagian utama. Bagian pertama adalah bagian yang bersifat rubbery elastis yaitu makro-glikol yang merupakan polimer rantai panjang dan berasal dari monomer dengan gugus hidroksil di kedua ujungnya seperti poliester, polieter, polikarbonat atau kombinasi dari polimer tersebut. Adapun bagian yang kedua adalah bagian yang bersifat rigid yaitu polimer di-isosianat yang merupakan polimer rantai pendek dan memiliki gugus isosianat -NCO di kedua ujungnya dan secara umum bahan yang digunakan adalah poliuretan Singha, 2012. Struktur molekul dari spandex secara umum dapat dilihat pada Gambar 1. 9 O CH 2 CH 2 O C O N H CH 2 N H C O N H N H C O N H CH 2 N C H O O Rubbery Segment Rigid Segment Gambar 1. Struktur Molekul Spandex

2. Nanopartikel Perak

Perkembangan teknologi nano tidak terlepas dari riset mengenai material nano. Dalam pengembangannya, material nano diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: material nano berdimensi nol nano particle, material nano berdimensi satu nanowire, dan material nano berdimensi dua thin films. Pengembangan metode sintesis nanopartikel merupakan salah satu bidang yang menarik minat banyak peneliti. Nanopartikel dapat terjadi secara alamiah ataupun melalui proses sintesis oleh manusia. Sintesis nanopartikel bermakna pembuatan nanopartikel dengan ukuran yang kurang dari 100 nm dan sekaligus mengubah sifat atau fungsinya. Secara garis besar sintesis nanopartikel dapat dilakukan dengan metode top down fisika dan metode bottom up kimia. Metode fisika yaitu dengan cara memecah padatan logam menjadi partikel-partikel kecil berukuran nano sedangkan metode kimia dilakukan dengan cara membentuk partikel-partikel nano dari prekursor molekular atau ionik. Pembentukan nanopartikel dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu antara lain dengan cara reduksi kimia, fotokimia, dan sonokimia. Pembentukan nanopartikel dengan keteraturan yang tinggi dapat menghasilkan pola yang lebih seragam dan ukuran yang yang seragam pula. Kebanyakan penelitian telah mampu menghasilkan nanopartikel yang lebih bagus dengan menggunakan metode-metode yang umum digunakan, seperti: kopresipitasi dan sol-gel. Salah satu nanopartikel yang banyak dipelajari adalah nanopartikel perak. Partikel perak, pada skala nano memiliki sifat fisik, kimia , maupun biologis yang khas dan berbeda dengan partikel dalam bentuk bulk. Sifat khas nanopartikel perak yang banyak menjadi fokus perhatian adalah 10 aktivitas antibakteri. Kemampuan antibakteri ini sering digunakan untuk memodifikasi suatu bahan agar memiliki sifat antibakteri, salah satunya adalah pada modifikasi serat tekstil Agus Haryono dan Sri Budi Harmami 2010. Pembuatan nanopartikel perak dapat dilakukan melalui beberapa metode, salah satunya adalah dengan metode kimia melalui proses reduksi menurut Yang Lee dan Meisel yang telah dilakukan oleh Agus Haryono dan Sri Budi Harmami 2010. Metode ini dilakukan dengan cara mereduksi larutan perak nitrat dengan adanya trinatrium sitrat. Nanopartikel perak mempunyai karakteristik yang mudah beraglomerasi antar sesamanya dan teroksidasi sehingga pada umumnya pada proses pembentukan nanopartikel perak disertakan juga senyawa lain sebagai penstabil Ristian et al, 2014. Beberapa penstabil menurut Agus Haryono dan Sri Budi Harmami 2010 adalah bahan polimer seperti polivinil pirolidon PVP, polietilen glikol PEG, dan beberapa surfaktan. Reaksi yang terjadi pada proses reduksi kimia perak nitrat adalah sebagai berikut: 4Ag + aq + Na 3 C 6 H 5 O 7 aq + 2H 2 O l  4Ag s+ C 6 H 5 O 7 H 3 aq + 3Na + aq + H + aq + O 2 g

3. Antibakteri