4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan studi mengenai preferensi pembiayaan oleh pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan.
Penelitian ini menggunakan lima variabel bebas yaitu pendidikan, alasan memasuki dunia usaha, lama usaha berdiri, jumlah modal awal, dan tipe
kepemilikan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilik usaha kuliner kaki lima yang ada di sekitar wilayah Universitas Sumatera Utara Medan
dimana jumlah populasi yang diteliti adalah sebanyak 60 unit. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Multistage Area Sampling
dimana jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 38 sampel. Dari 38 pemilik usaha kuliner kaki lima tersebut, 26 orang diantaranya memilih sumber
modal sendiri dan 12 orang lagi memilih sumber modal utang. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik deskriptif dan uji regresi
logistik. Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi probabilitas sebesar 0.666. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi
lebih besar dari 0.05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya.Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik
ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0.495 yang berarti variabilitas variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh
variabel bebas adalah sebesar 49.5 sedangkan sisanya sebesar 50,5 dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.9, diperoleh hasil variabel pendidikan memiliki koefisien 0.905 dengan tingkat signifikansi 0.272 p 0.05. Hal ini berarti
hipotesis yang menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar
Universitas Sumatera Utara Medan ditolak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dari pemilik usaha kuliner kaki lima di
sekitar Universitas Sumatera Utara Medan maka akan cenderung menggunakan sumber modal utang dalam berwirausaha tetapi tidak signifikan. Kesimpulan
tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Gebru 2009 dan Ang, et al. 2010 yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang pelaku
usaha maka kecenderungan untuk menggunakan sumber modal utang juga akan semakin tinggi.
Alasan memasuki dunia usaha memiliki koefisien 1.247 dengan tingkat signifikansi 0.359 p 0.05. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa
alasan memasuki dunia usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas
Sumatera Utara Medan ditolak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jika seorang pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara
Medan terpaksa dalam memasuki dunia usaha maka cenderung menggunakan sumber modal utang dalam berwirausaha tetapi tidak signifikan. Kesimpulan
tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Assibey, et al 2012 serta Mira dan Garcia 2003 yang menyatakan bahwa jika seorang pelaku usaha memiliki
Universitas Sumatera Utara
alasan karena terpaksa dalam memasuki dunia usaha maka cenderung untuk menggunakan sumber modal utang.
Lama usaha berdiri memiliki koefisien -1.454 dengan tingkat signifikansi 0.196 p 0.05. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa lama usaha
berdiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan ditolak. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin lama pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan menjalankan usahanya maka
cenderung menggunakan sumber modal sendiri dalam berwirausaha tetapi tidak signifikan. Kesimpulan tersebut bertolak belakang dengan hasil yang diperoleh
dari penelitian sebelumnya oleh Assibey, et al 2012 serta Ang, et al. 2010 yang menyatakan bahwa semakin lama pemilik usaha menjalankan usahanya
maka akan berusaha untuk mencari sumber modal utang untuk mengembangkan usahanya.
Jumlah modal awal memiliki koefisien 2.767 dengan tingkat signifikansi 0.005 p 0.05. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah modal
awal berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan diterima.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar jumlah modal awal yang dibutuhkan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera
Utara Medan untuk membuka suatu usaha cenderung menggunakan sumber modal utang dalam berwirausaha dan signifikan. Kesimpulan tersebut sejalan dengan
penelitian terdahulu oleh Assibey, et al 2012 yang menyatakan bahwa semakin
Universitas Sumatera Utara
besar jumlah modal awal yang dibutuhkan pemilik usaha untuk mendirikan suatu usaha maka akan semakin besar pula kemungkinan untuk menggunakan sumber
modal utang di dalam pembiayaannya. Tipe kepemilikan memiliki koefisien -0.728 dengan tingkat signifikansi
0.511 p 0.05. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa tipe kepemilikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi pembiayaan
pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan ditolak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tipe
kepemilikan dari suatu usaha yang dimiliki oleh pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan cenderung menggunakan sumber
modal sendiri dalam berwirausaha tetapi tidak signifikan. Kesimpulan tersebut bertolak belakang dengan penelitian terdahulu oleh Gebru 2009 serta Mira dan
Garcia 2003 yang menyatakan bahwa pelaku usaha dengan tipe kepemilikan tunggal cenderung untuk menggunakan sumber modal sendiri di dalam
pembiayaannya. Berdasarkan hasil uji hipotesis regresi logistik dinyatakan bahwa variabel
jumlah modal awal berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara
Medan. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gebru 2009 dan Assibey, et al. 2012 yang menyatakan bahwa jumlah modal awal berpengaruh
positif dan signifikan terhadap preferensi pembiayaan pemilik usaha. Tetapi untuk variabel pendidikan, alasan memasuki dunia usaha, lama usaha berdiri, dan tipe
kepemilikan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi
Universitas Sumatera Utara
pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Gebru 2009 dan Assibey,
et al. 2012 yang menyatakan bahwa ke empat variabel tersebut berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi pembiayaan pemilik usaha. Perbedaan
ini dilatarbelakangi oleh pemilihan sampel yang berbeda dengan penelitian terdahulu dan variabel lain yang mungkin mempengaruhi tetapi tidak dimasukkan
dalam penelitian ini serta keterbatasan dari output hasil SPSS yang digunakan sebagai alat untuk mengolah data penelitian ini.
Menurut Myers dalam Brealey, et al 2007:25, Pecking Order Theory tidak mengindikasikan target struktur modal tetapi hanya menjelaskan urutan
pembiayaan. Kebutuhan modal ditentukan oleh kebutuhan investasi. Preferensi pembiayaan oleh pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera
Utara Medan sesuai dengan Pecking Order Theory yang menyatakan bahwa pemilik usaha akan terlebih dahulu menggunakan sumber modal sendiri di dalam
memenuhi kebutuhan modalnya. Ini dapat dilihat dari 38 sampel penelitian, 26 diantaranya memilih sumber modal sendiri. Berdasarkan hasil uji regresi logistik
maka dapat disimpulkan bahwa Pecking Order Theory dapat menggambarkan preferensi pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas
Sumatera Utara Medan karena sesuai dengan urutan pembiayaan yaitu mengusahakan terlebih dahulu sumber modal sendiri di dalam memenuhi
kebutuhan modalnya namun apabila tidak mencukupi barulah mencari sumber modal utang untuk memenuhi kebutuhan modalnya.
Universitas Sumatera Utara
Dun Bradstreet meneliti penyebab-penyebab kegagalan bisnis Brigham dan Daves, 2003. Penyebab utama adalah faktor ekonomi 37,1 dan faktor
keuangan 47,3, selain itu disebabkan oleh kelalaian, malapetaka, dan kecurangan neglect, disaster, dan fraud, yaitu sebanyak 14, serta faktor-faktor
lain yang tidak dirinci yaitu sebanyak 1,6. Faktor ekonomi meliputi kelemahan industri dan lokasi yang buruk. Faktor keuangan meliputi hutang yang terlalu
banyak dan modal yang tidak memadai. Pentingnya faktor-faktor yang berbeda ini bervariasi dari waktu ke waktu, bergantung beberapa hal seperti keadaan ekonomi
dan tingkat suku bunga. Juga, kebanyakan kegagalan bisnis terjadi karena kombinasi sejumlah faktor yang membuat bisnis tidak dapat bertahan. Untuk itu
agar suatu usaha dapat bertahan dibutuhkan preferensi pembiayaan yang tepat Fachrudin, 2008:15.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah data observasi yang digunakan adalah 38 sampel dari jumlah total populasi sebanyak 60 unit. Jumlah pemilik usaha kuliner yang memilih sumber
modal sendiri ada sebanyak 26 orang dan yang memilih sumber modal utang ada sebanyak 12 orang.
2. Variabel jumlah modal awal berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas
Sumatera Utara Medan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gebru 2009 dan Assibey, et al. 2012.
3. Variabel pendidikan, alasan memasuki dunia usaha, lama usaha berdiri, dan tipe kepemilikan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi
pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gebru 2009
dan Assibey, et al. 2012.
4. Preferensi pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan sesuai dengan Pecking Order Theory.
Universitas Sumatera Utara