Teori Struktur Modal Struktur Modal .1 Definisi Struktur Modal

baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan modal sendiri. Sebaliknya, struktur modal hanya menyangkut pembiayaan jangka panjang saja, yaitu keseimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri, tidak termasuk pembiayaan jangka pendek. Struktur modal yang efisien dapat menekan biaya modal cost of capital yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Keseimbangan yang optimal antara utang dan modal sendiri akan menggambarkan struktur modal yang optimal. Namun pada kenyataannya sulit bagi perusahaan untuk menentukan struktur modal yang optimal dalam proporsi yang tepat. Oleh sebab itu, diperlukan suatu preferensi pembiayaan yang tepat dengan mempelajari teori struktur modal untuk menghasilkan struktur modal yang optimal Brigham dan Houston, 2001:15.

2.2.2 Teori Struktur Modal

Teori mengenai struktur modal berawal dari teori yang dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller yang selanjutnya dikenal dengan MM mengenai capital structure irrelevance proposition yang mengatakan bahwa tidak ada bankruptcy cost, agency cost, dan asymmetric information serta berada pada pasar yang efisien sehingga nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan tersebut didanai oleh utang dan ekuitas serta kebijakan dividennya. MM dalam Syahyunan 2013:218 mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka, yaitu: a. Tidak ada agency cost b. Tidak ada pajak Universitas Sumatera Utara c. Investor dapat berutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti yang diperoleh manajer mengenai prospek perusahaan di masa depan e. Tidak ada biaya kebangkrutan f. Earning Before Interest and Taxes EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang g. Para investor adalah price-takers h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar market value. Berikut ini adalah dua teori yang sering digunakan dalam penelitian struktur modal: 1. Trade-Off Theory Teori Trade-Off Menurut Myers dalam Sjahrial 2009:202, perusahaan akan berutang sampai pada tingkat utang tertentu, dimana penghematan pajak tax shield dari tambahan utang sama dengan biaya kesulitan keuangan financial distress dan biaya agensi agency cost. Kesulitan keuangan financial distress adalah kondisi dimana sebuah perusahaan mengalami kesulitan dan terancam bangkrut akibat ketidakmampuannya dalam mengembalikan utang beserta bunga. Sedangkan biaya agensi agency cost adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan utang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan pemegang saham dengan kreditor pemberi pinjaman. Universitas Sumatera Utara Trade-Off Theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak tax shield dan biaya kesulitan keuangan financial distress dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan yang memiliki laba yang besar tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio utangnya sehingga tambahan utang tersebut akan mengurangi pajak. Tetapi dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian. Perilaku perusahaan di Amerika Serikat justru menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki laba yang besar cenderung memiliki rasio utang yang rendah. Hal ini berlawanan dengan Trade-Off Theory. Trade-Off Theory tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio utang. 2. Pecking Order Theory Teori Pecking Order Menurut Myers dalam Brealey, et al 2007:25, perusahaan yang memiliki laba yang besar justru memiliki utang yang kecil. Dalam Pecking Order Theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Dalam Pecking Order Theory, terdapat skenario urutan hierarki dalam memilih sumber pembiayaan, yaitu: 1. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber modal internal daripada sumber modal eksternal. Modal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan. 2. Jika sumber modal eksternal diperlukan maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu utang yang paling rendah risikonya, turun ke utang yang lebih berisiko seperti obligasi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa. Universitas Sumatera Utara Pecking Order Theory tidak mengindikasikan target struktur modal tetapi hanya menjelaskan urutan pembiayaan. Kebutuhan modal ditentukan oleh kebutuhan investasi. Berdasarkan Pecking Order Theory dapat dijelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai laba yang besar justru mempunyai utang yang kecil. Tetapi pada kenyataannya, ada perusahaan-perusahaan yang menggunakan modal untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan hierarki yang disebutkan dalam Pecking Order Theory. Perusahaan-perusahaan di negara berkembang justru lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berutang sebagai sumber modal tambahan. Hal ini berlawanan dengan Pecking Order Theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan utang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan tambahan sumber modal.

2.3 Definisi Usaha Kecil