Inflasi Menurut Sifatnya Inflasi Menurut Asal-usulnya

Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2. Konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi Turun menjadi Q2. Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser keatas Nopirin, 2000:28-31 .

2. Inflasi Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya laju pertumbuhan inflasi dapat dibagi menjadi tiga kategori, antara lain : 1. Creeping inflation Inflasi merangkak atau rendah Ditandai dengan laju inflasi yang rendah kurang dari 10 pertahun. Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan presentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama. 2. Galloping inflation inflasi menengah Yaitu inflasi yang besarnya antara 10-30 pertahun. Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar biasanya double digit atau triple digit dan kadang kala berjalan dalam waktu relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi, artinya harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang merangkak atau creeping inflation. 3. High inflation inflasi tinggi Yaitu inflasi yang besarnya antara 30-100 pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik. 4. Hyper inflation inflasi sagat tinggi Yaitu inflasi yang besarnya diatas 100 pertahun dan merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai lima atau enam kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyiapkan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang ditutup dengan mencetak uang baru Putong, 2000:185.

3. Inflasi Menurut Asal-usulnya

Berdasarkan asal-usulnya inflasi dibedakan : 1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri Domestic Inflation Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru. 2. Inflasi yang berasal dari luar negeri Import Inflation Inflasi yang berasal dari luar negeri timbul karena kenaikan harga- harga diluar negeri atau dinegara langganan. Penularan inflasi dari luar negeri kedalam negeri karena kenaikan barang-barang yang kita impor, bisa pula karena kenaikan ekspor. Penularan inflasi dari luar negeri lebih mudah terjadi pada sistem perekonomian terbuka Boediono, 1998:165. 2.2.1.4.Sebab-sebab Timbulnya Inflasi Ada tiga sektor yang memungkinkan timbulnya inflasi yaitu : 1. Sektor Ekspor-Impor X-M Jika ekspor suatu negara lebih besar daripada impornya maka timbul tekanan inflasi. Tekanan inflasi yang terjadi disini diakibatkan oleh makin besarnya jumlah uang beredar dalam negeri karena penerimaan devisa dari luar negeri. 2. Sektor Tabungan dan Investasi T-E Bila investasi suatu negara lebih besar dari sektor tabungan sehingga untuk membiayai investasi lebih besar dari tabungannya itu harus diselesaikan dengan jalan mengeluarkan uang baru yang nantinya dapat mengakibatkan tekanan inflasi. 3. Sektor Penerimaan dan Pengeluaran Negara I-S Bila anggaran belanja suatu negara mengalami defisit artinya pengeluaran pemerintah lebih besar daripada penerimaannya, sehingga untuk menutupi pengeluaran yang lebih besar tersebut harus dikeluarkan uang baru yang menyebabkan inflasi. 2.2.1.5.Efek-efek Inflasi Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk nasional. Efek inflasi terhadap pendapatan disebut dengan equity effect, sedangkan terhadap faktor produksi disebut dengan eficiency effect dan terhadap produk nasional disebut dengan output effect. 1. Efek terhadap pendapatan equity effect Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikandan ada pula yang diuntungkan. Pihak-pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar daripada laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya dengan persentase lebih besar dengan adanya laju inflasi. 2. Efek terhadap efisiensi eficiency effect Inflasi dapat pula mengubah alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat pula terjadi melalui kenaikan tingkat permintaan akan berbagai barang yang berkaitan dengan laju inflasi atau dapat juga terjadi perubahan dalam beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang lebih besar dari barang lain yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut yang nantinya akan mengubah pola alokasi produksi yang sudah ada. 3. Efek terhadap output output effect Inflasi dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi yang biasanya didahului kenaikan barang daripada upah, sehingga keuntungan pengusaha naik Nopirin, 2000:32-33. 2.2.1.6.Teori Inflasi Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi. Teori-teori tersebut yaitu : 1. Teori Kuantitas Teori kuatitas mengenai inflasi mengatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang beredar dan psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa mendatang. Tambahan uang beredar sebesar X bisa menumbuhkan inflasi kurang dari X, sama dengan X atau lebih besar dari X tergantung pada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga naik lagi akan tetapi tidak lebih buruk daripada sekarang atau masa-masa lampau Boediono, 1998:167. 2. Teori Keynes Teori keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregate yang lebih besar daripada jumlah barang tersedia yaitu apabila timbul inflationary gap. Selama inflationary gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi berkelanjutan. Di dalam teori ini menyoroti peranan sistem distribusi pendapatan dalam proses inflasi, selain itu teori ini juga menyarankan hubungan antara inflasi dan faktor-faktor non ekonomis Boediono, 1998:169. 3. Teori Strukturalis Teori strukturalis adalah teori jangka panjang, karena menyoroti sebab- sebab inflasi yang berasal dari kekacauan struktur ekonomi, khususnya ketegaran suplay bahan makanan dan barang-barang ekspor Boediono, 1998:173. penerimaan ekspor negara berkembang dari impor negara tersebut merupakan tren yang terus memburuk, juga produksi barang ekspor yang tidak elastis terhadap kenaikan harga barang-barang. Proses inflasi yang terjadi karena dua ketegangan ini biasanya saling berkaitan bahkan akan memperkuat satu sama lainnya. Di balik analisa teori ini terdapat asumsi yang tidak disebut secara eksplisit bahwa kenaikan jumlah uang beredar selalu diikuti oleh kenaikan barang-barang. Tanpa adanya jumlah uang yang beredar maka proses inflasi akan berhenti dengan sendirinya sebagaimana yang dikemukakan oleh teori ini yang dinamai teori strukturalis dengan menamakan dirinya Moneteris Convetional. Moneteris mengatakan bahwa perubahan strukturalis tidak dapat mempertahankan inflasi dalam waktu yang lama kecuali bila disebabkan oleh pengeluaran belanja yang berlebihan, bisa dalam bentuk kelebihan permintaan ataupun kelebihan dala jumlah uang Boediono, 1998:175. 2.2.1.7.Kebijakan Anti Inflasi Cara untuk mencegah inflasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kebijakan Moneter Kebijakan ini dilaksanakan melalui realisasi kebijaksanaan Bank Sentral sebagai otoritas untuk melakukan : a. Menaikkan Cash Ratio Cash Ratio adalah perbandingan antara uang tunai bank-bank umum ditambah dengan demand deposit pada Bank Sentral terhadap bank yang bersangkutan. Menaikkan cash ratio atau reverse requipment daripada bank-bank dagang, merupakan suatu tindakan anti inflasi. Karena itu selain untuk mengurangi reverse requipment yang berlebihan daripada bank, dapat pula mengurangi kemungkinan permintaan kredit dari masyarakat. Dengan demikian jelaslah pula bahwa dengan menaikkan cash ratio bank-bank dagang oleh Bank Sentral, maka pemberian kredit atau penambahan jumlah uang beredar dapat diperkecil atau tekanan inflasi dapat dikurangi. b. Politik Pasar Terbuka Open Market Operation Salah satu cara yang umum digunakan untuk mengatasi masalah inflasi oleh Bank Sentral adalah open marker policy yang kadang- kadang disebut juga sebagai Tigh money policy. Dengan istilah Tigh money policy ini dimaksudkan sebagai suatu kebijaksanaan dari Bank Sentral untuk menjual surat-surat berharga seperti obligasi negara pada masyarakat. Hal ini dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah. c. Menaikkan Tingkat Suku Bunga Keinginan dari orang-orang atau badan-badan usaha untuk mengadakan pinjaman kepada badan-badan kredit berhubungan erat dengan keuntungan yang diharapkan dari investasi yang akan dijalankan dan besarnya suku bunga yang harus dibayar dari modal yang dipinjam. Bilamana bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan tertahannya aktivitas yang besar yang pembiayaannya didasarkan atas pinjaman dari bank penyalur kredit. Dengan demikian jelas bahwa kenaikan tingkat suku bunga dari Bank Sentral akan mengurangi keinginan badan-badan kredit untuk mengadakan pinjaman agar memenuhi permintaan pinjaman masyarakat, yang berarti besarnya kredit dan beban kredit berkurang, yang berarti pula mengurangi tekanan inflasi. Tujuan dari discount rate atau politik diskonto adalah mengurangi kemampuan bank umum atau bank komersial untuk menyalurkan kredit dengan cara mengurangi bahkan menghentikan sama sekali kredit likuiditas yang dikelola oleh Bank Indonesia. 2. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal menyangkut peraturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total, dengan demikian akan mempengaruhi harga yang nilainya dapat menimbulkan inflasi.Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Penurunan pengeluaran pemerintah Telah dikatakan bahwa terdapat dua sektor yang menyebabkan terjadinya inflasi, yaitu sektor pemerintah dan sektor partilkelir. Dengan demikian jelas bahwa apabila terjadi inflasi pada sektor- sektor diatas, maka faktor-faktor yang dapat menimbulkan inflasi tersebut harus diatasi atau pengeluaran pemerintah harus diperkecil. Penurunan pengeluaran pemerintah akan lebih efektif lagi apabila diikuti oleh kenaikan pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah. b. Menaikkan pajak Dalam keadaan dimana lalu lintas perekonomian berjalan cepat dan tingkat konsumsi masyarakat sangat tinggi akan mengakibatkan jumlah uang beredar terlalu besar, sehingga berdampak pada laju inflasi. Salah satu cara yang ditempuh pemerintah adalah menaikkan pajak. Dengan kenaikan pajak ini diharapkan bisa mengurangi penghasilan masyarakat, sebab pada umumnya kenaikan pajak yang demikianlah yang lebih efektif untuk mengurangi tekanan inflasi. c. Mengadakan pinjaman pemerintah Salah satu cara yang lebih efektif untuk mengatasi inflasi, yaitu mangadakan pinjaman pemerintah atau pinjaman paksaan. Dapat juga dijalankan dengan membekukan sebagian dari simpanan pihak-pihak partikelir yang ada dalam bank bagian yang dibekukan ini menjadi pinjaman pemerintah. Pinjaman paksaan lebih banyak pada masa perang, meskipun hal tersebut juga dijalankan pada masa damai serta dalam keadaan perekonomian dan moneter yang mengkhawatirkan. Karena dalam keadaan damai tekanan inflasi dapat diatasi dengan jalan pinjaman sukarela, meskipun harus diakui bahwa dengan cara tersebut tujuan tersebut jadi tercapai. 2.2.1.8.Cara Pengukuran Laju Inflasi di Indonesia Laju inflasi di Indonesia saat ini diukur dengan indeks harga konsumen IHK. Indeks harga konsumen berdasarkan pada kenaikan harga sekitar 200-224 jenis barang. Tergantung dikota mana IHK tersebut dihitung. Adapun jumlah kota yang dihitung adalah 27 ibukota propinsi.Bank Indonesia Bobot barang tersebut akan berbeda tergantung dari berapa persen pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat terhadap suatu jenis barang ataupun jasa dikota-kota besar, hal ini tentunya akan berbeda dengan jumlah pengeluaran oleh masyarakat dikota-kota kecil, sehingga sumbangan inflasi di suatu kota terhadap laju inflasi nasional akan berbeda pula. 2.2.2. Tingkat Suku Bunga 2.2.2.1.Pengertian Tingkat Suku Bunga