d. Penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk
meminimalkan tekanan inflasi dari kenaikan administered prices dan volatile foods maupun untuk sinergi kebijakan ekonomi secara
keseluruhan
5. Syarat Keberhasilan Implementasi ITF
a. Bank Sental ysng independen
b. Komitmen untuk mencapai kestabilan harga
c. Tidak ada dominasi fiskal
d. Transparansi dan akuntabilitas
e. Exchange rate harus fleksibelfloating
f. Kebijakan moneter yang bersifat forward looking
g. Memiliki kemampuan operasional :
i. Kemampuan dalam forecast inflation
ii. Pemahaman transmisi kebijakan moneter
iii. Prosedur operasional kebijakan moneter
Gambar 1 : Kerangka Inflation Targeting Framework
Intrumen Moneter
Respon Kebijakan
operasi targer
Koordinasi Pemerintah
Stabilitas nilai tukar
Kebijakan moniter lain
Kebijakan perbankan
BI Rate
Output Growth
Determinan inflasi
Keterkaitan antar
variabel ekonomi Transmisi moneter
Prakiraan Inflasi
Indikator Kebijakan
intermediate targer
Operasi Moneter
Sasaran Inflasi
Sasaran Akhir
Kesejahteraan masyarakat
Trade off yg optimal antara
inflasi dan pertumbuhan ekonomi
Pengaruh ekspektasi
Koridor suku bunga
Struktur suku bunga
Manajemen
likuiditas
Komuniksai Kebijakan
Komunikasi konsistensi
Pembentukan eksoektasi
Model, riset, statistik, pendapatan ahli,
judgement
Kredibilitas kebijakan
Sumber : Bank Indonesia Surabaya, 2009:22
2.2.1.3.Macam-macam Inflasi 1. Inflasi Menurut penyebabnya
Sebelum kebijaksanaan untuk mengatasi inflasi diambil, perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yamg menyebabkan timbulnya
inflasi. Menurut teori kuantitas, sebab utama timbulnya inflasi adalah kelebihan permintaan yang disebabkan karena penambahan jumlah uang
beredar. Atas dasar ini dibedakan dua macam inflasi yaitu : a.
Inflasi permintaan Istilah lain untuk inflasi semacam ini antara lain ialah demand pull
inflation, inflasi tarikan permintaan dan demand inflation.
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total aggregate demand, sedangkan produksi telah berada pada keadaan
kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping menaikkan harga dapat
juga menaikkan hasil produksi output. Apabila kesempatan kerja penuh full employment telah tercapai
penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja sering disebut inflasi murni. Apabila kenaikan permintaan ini
menyebabkan keseimbangan Gross National Product GNP berada diatas atau melebihi Gross National Product GNP pada
kesempatan kerja penuh maka akan terdapat adanya “inflationary gap” yaitu kesenjangan yang timbul karena tanggungan lebih kecil
daripada kebutuhan investasi. Dalam keadaan ini harga-harga akan cenderung naik terus karena output yang langka harus diperebutkan
oleh konsumen yang jumlahnya banyak. Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2 : Demand Pull Inflation
P
1
P
4
P
2
P
3
Inflatoinary Gap
AD AD
AD AD
P
Q Q
Ms
Q
Sumber :Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku II, edisi I, BPFE UGN Yogyakarta, Hal. 29
Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan
yang tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada. Akhirnya harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE. Kenaikan
harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap. Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik
menjadi AD4. b.
Inflasi penawaran Inflasi lain yang banyak dipakai untuk inflasi semacam ini adalah
cost push inflation dan supply inflation. Keadaan ini timbul biasanya
dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total agregate supply sebagai akibat kenaikan biaya produksi
Kenaikan biaya produksi ini dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Perjuangan serikat buruh yang berhasil menuntut kenaikan upah.
2. Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat
menggunakan kekuasaannya dipasar untuk menentukan harga yang lebih tinggi.
3. Kenaikan harga bahan baku industri. Salah satu contoh yang tak
asing lagi adalah krisis minyak pada tahun 1972-1973 yang menyebabkan kenaikan harga minyak.
Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan turunnya produksi. Kalau proses ini berjalan terus akan
timbal cost push inflation. Gambar 3 : Cost Push Inflation
P
1
P
2
P
3
AS
3
AS
2
AS
1
AD P
Q
2
Q
1
Q
FE
Q Sumber :Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku II, edisi I, BPFE UGM
Yogyakarta, Hal. 31
Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2.
Konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS
menjadi AS3, harga naik dan produksi Turun menjadi Q2. Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser keatas Nopirin,
2000:28-31 .
2. Inflasi Menurut Sifatnya