Deskripsi Obyek Penelitian 1. Inflasi di Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Inflasi di Indonesia Sejak pertengahan tahun 2005 Bank Indonesia BI telah mencanangkan ITF sebagai kerangka kerja kebijakan moneter Indonesia. Primis dasar ITF adalah bank sentral dan pemerintah harus membuat komitmen untuk menetapkan target inflasi yang secara eksplisit akan dicapai dalam jangka menengah. Konsekuensinya, bank sentral dan pemerintah harus menyampaikan secara terbuka target-target dan instrumen yang akan digunakan untuk menuju pada target jangka menengah tersebut. Termasuk dalam hal ini pula adalah menjelaskan kegagalan apabila target tersebut tidak bisa dicapai. agar sukses dalam menerapkan ITF diperlukan pengujian yang sangat saksama atas data ekonomi dan keuangan, pertimbangan yang sangat hati-hati atas implikasi data tersebut terhadap inflasi, dan penilaian yang sangat berhati-hati berkaitan dengan pencapaian tujuan makroekonomi. Berkaitan dengan itu, model- model ekonomi akan mampu menyediakan panduan yang bernilai bagi pengambil kebijakan. Tetapi, perlu juga diperhatikan setiap model; betapapun canggihnya tetaplah suatu penyederhanakan atas realitas. Karena itu, pengambil kebijakan harus selalu mampu menjaga keseimbangan antara penerapan analisis ekonomi yang berbasiskan teori dan empirik sambil tetap membuka diri pada kemungkinan pengaruh banyak faktor lain termasuk pengaruh faktor global yang sangat 64 dinamis.Lab.studi kebijakan ekonomi LSKE FE UNDIP Sasaran inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Penetapan sasaran inflasi tersebut mempertimbangkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi trade-off dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam merumuskan kebijakan moneter, Bank Indonesia akan selalu melakukan analisis dan mempertimbangkan berbagai indikator ekonomi, khususnya prakiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, besaran-besaran moneter dan perkembangan sektor ekonomi dan keuangan secara keseluruhan. Demikian pula, Bank Indonesia akan selalu dan terus memperhatikan langkah-langkah kebijakan ekonomi yang ditempuh Pemerintah. Langkah-langkah koordinasi kebijakan yang selama ini telah berlangsung baik akan terus diperkuat dan ditingkatkan. Analisis dan prakiraan berbagai variabel ekonomi tersebut dipertimbangkan untuk mengarahkan agar prakiraan inflasi ke depan sejalan dengan kisaran sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Bank Indonesia tidak sepenuhnya dapat mengendalikan inflasi, terutama tekanan inflasi yang berasal dari sisi penawaran cost push inflation. Bank Indonesia, melalui kebijakan moneter, dapat mempengaruhi inflasi dari sisi permintaan, misalnya, kebijakan kenaikan suku bunga. Bank Indonesia dapat mempengaruhi ekspektasi masyarakat melalui kebijakan yang konsisten dan kredibel. Harapannya adalah sasaran target inflasi Bank Indonesia diacu oleh masyarakat dan pelaku ekonomi sehingga inflasi yang terjadi dapat sama atau mendekati sasaran inflasi. Apabila kondisi ini terjadi, maka biaya pengendalian moneter dapat diminimalkan. Secara teori, kebijakan moneter dapat ditransmisikan melalui berbagai jalur channel, yaitu jalur suku bunga, jalur kredit perbankan dan sebagainya. Dengan melewati jalur-jalur tersebut, kebijakan moneter akan ditransmisikan dan berpengaruh ke sektor finansial dan sektor riil setelah beberapa waktu lamanya lag of monetery policy. Selain kebijakan moneter yang bersifat langsung seperti di atas, bank sentral juga dapat mempengaruhi tujuan akhirnya secara tidak langsung, yaitu melalui berbagai regulasi dan himbauan moral suassion kepada sektor perbankan guna mempercepat mekanisme transmisi kebijakan moneter.Bank Indonesia Adapun beberapa faktor moneter lain yang berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia diantaranya adalah : jumlah uang beredar yang secara otomatis berpengaruh secara langsung terhadap inflasi, pendapatan perkapita penduduk di Indonesia dan yang yang terakhir adalah pengeluaran pemerintah baik itu pengeluaran pemerintah yang bersifat rutin misalnya untuk gaji pegawai maupun pengeluaran pemerintah untuk pembangunan misalnya pengeluaran pemerintah untuk investasi dan pembangunan infrastruktur publik. Kesimpulan dari semuanya adalah bagaimana mencapai prinsip kebijakan moneter yang sehat yang mempunyai satu tujuan akhir yang diutamakan overriding objective, kebijakan moneter bersifat antisipatif atau forward looking, mengikatkan diri kepada suatu mekanisme tertentu dalam membuat pertimbangan penentuan respon kebijakan moneter constrained discretion. Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat good governance, yaitu berkejelasan tujuan, konsisten, transparan, dan berakuntabilitas.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian