22
diterapkan selama proses belajar apakah sudah berhasil dengan tingkat pencapaian nilai siswa yang sangat memuaskan, jika tidak maka guru bisa
merancang metode baru yang sekiranya lebih efektif. Dan dengan nilai pula pihak luar seperti orang tua bisa mengetahui seberapa maju anaknya
dalam mengikuti proses pembelajaran, karena proses pembelajaran akan berjalan baik ketika adanya partisipasi aktif dari orang tua ataupun pihak
lain yang peduli terhadap dunia pendidikan.
3. Fungsi Penilaian Kelas
Penilaian kelas yang disusun oleh guru secara berencana dan sistematis memiliki fungsi diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai
suatu kompetensi b.
Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan sebagai bimbingan
c. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru menentukan apakah seseorang mengikuti remidial atau
pengayaan
d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya e.
Sebagai kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan perkembangan peserta didik Depdiknas, 2006: 13
Guru dalam membuat bentuk tugas, latihan dan ulangan harus dirancang sebaik mungkin sehingga siswa terdorong untuk terus belajar
dan merasa kegiatan tersebut menyenangkan, sehingga memperoleh gambaran tentang hal apa yang sudah dikuasai dan hal yang belum
dikuasai. Ketuntasan belajar siswa harus dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan yang telah dikuasai oleh siswa.
23
4. Kriteria Penilaian Kelas
Menurut Depdiknas 2006: 132-133 penilaian kelas yang baik harus mengandung kriteria yaitu: harus memenuhi validitas, realibilitas, terfokus
pada kompetensi, keseluruhankomprehensif, objektivitas dan mendidik. a.
Validitas Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan
menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Dalam menyusun soal sebagai alat penilaian perlu memperhatikan kompetensi
yang diukur, dan menggunakan bahasa yang tidak mengandung makna ganda. Misal, dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan , guru
ingin menilai kompetensi berbicara dalam pelaksanaan diskusi karya ilmiah dalam menganalisis kasus korupsi. Bentuk penilaian valid jika
menggunakan tes lisan. Jika menggunakan tes tertulis penilaian tidak valid
Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut mampu mengukur menilai apa yang seharusnya
diukurdinilai. Validitas tes dapat diketahui berdasarkan hasil pemikiran validitas logis dan berdasarkan hasil pengalaman validitas
empiris Validitas logis dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1 Validitas isi content validity
Seperangkat tes dikatakan memiliki validitas isi jika materi tes sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Oleh karena
24
materi pelajaran yang akan diajarkan tercantum dalam kurikulum, maka validitas isi lazim disebut validitas kurikuler
2 Validitas konstruksisusunan construct validity
Seperangkat tes dikatakan memiliki validitas konstruksi, jika butir-butir tes yang membangun tes tersebut sesuai dengan aspek
kemampuan yang akan di ukur. Contoh untuk mengukur aspek moral, konstruksi atau susunan tes yang tepat digunakan adalah
metode non tes. Validitas empiris dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a Validitas ramalan predictive validity
Seperangkat tes dikatakan memiliki validitas ramalan jika tes tersebut mampu meramalkan prestasi siswa pada waktu
yang akan datang. Untuk mengetahui suatu tes apakah memiliki validitas ramalan atau tidak dapat dilakukan dengan
analisa statistik, yaitu dengan mengkorelasikan prestasi siswa sekarang dengan prestasi siswa pada waktu yang akan datang.
b Validitas bandingan concurent validity
Suatu tes dikatakan memiliki validitas bandingan, apabila tes tersebut dibandingkan dengan tes lain yang memiliki
validitas yang tinggi menunjukkan adanya korelasi yang tinggi. b.
Reliabilitas Reliabilitas berkaitan dengan konsisten keajegan hasil
penilaian. Penilaian yang reliable ajeg memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsisten
25
Tes yang reliabel akan memberikan hasil yang sama meskipun diujikan beberapa kali dalam waktu yang berbeda. Untuk mengetahui
tingkat reabilitas tes dapat dilakukan dengan analisis statistik yaitu dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Misalnya guru
menilai dengan proyek, penilaian akan reliable jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan
kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan proyek dan penskorannya harus jelas.
c. Terfokus pada Kompetensi
Dalam pelaksanaan KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada
pencapaian kompetensi rangkaian kemampuan bukan hanya pada penguasaan materi pengetahuan
d. KeseluruhanKomprehensif
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi peserta didik, sehingga
tergambar profil kompetensi peserta didik e.
Objektivitas Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu,
penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan dan menerapkan kreteria yang jelas dalam pemberian skor
f. Mendidik
Penilaian digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik.
26
5. Prinsip Penilaian Kelas