dengan Pendekatan Bioclimatic Architecture
I - 100
Gambar 6.16. Hasil Analisa Orientasi Bangunan
6. Analisa Penentuan Penzoningan
Bertujuan untuk menentukan zonifikasi pada site secara tepat. a Dasar Pertimbangan
1 sifat kegiatan; 2 kondisi iklim.
b Analisa Strategi dalam penzoningan terbagi atas tiga tahap, yaitu
penzoningan berdasarkan
sifat kegiatan,
aspek iklim
dan penzoningan akhir, yaitu penggabungan antara penzoningan
berdasarkan sifat kegiatan dan aspek iklim serta lingkungan. 1 Strategi penzoningan berdasarkan sifat kegiatan.
Penempatan zone privat, semi privat dan publik dalam site. •
Zone publik merupakan zone yang berhubungan secara langsung dengan publik, oleh karenanya zone ini diletakan dekat dengan
entrance pengguna,
misalnya main
entrance, kegiatan
penerimaan, informasi dan prasarana umum. •
Zone semi privat merupakan zone yang tidak langsung berhubungan dengan publik, karenanya diletakan berjauhan
dengan zone publik dan dekat dengan zone privat. •
Zone privat merupakan zone yang tidak berhubungan erat dengan publik karena pelaku utamanya adalah staf pengelola, maka
diletakan dengan tenaga fungsional. Tuntutan dan persyaratan kegiatan serta pengelompokan kegiatan
berdasar tingkat kebisingan yang berasal dari luar site. •
zone bising;
dengan Pendekatan Bioclimatic Architecture
I - 101
• zone transisi tidak mutlak tenang;
• zone tenang harus tenang.
2 Strategi penzoningan berdasarkan aspek iklim. Mengelompokan kegiatan berdasarkan kebutuhan sinar matahari
dan angin dengan menempatkan pada site berdasarkan potensi site yang berkaitan.
Berdasarkan kebutuhan sinar matahari untuk pencahayaan alami penzoningan dibagi menjadi:
• zone kegiatan yang membutuhkan sinar matahari untuk
pencahayaan alami. Untuk memaksimalkan sinar matahari zone ini ditempatkan di timur dan di tengah. Pemenuhan sinar
matahari maksimal untuk fungsi ini secara umum dapat dicapai pada siang hari antara pukul 10.00 sampai 15.00.
• zone
yang membutuhkan
sedikit sinar
atau tidak
membutuhkan matahari zone ini dapat ditempatkan di sisi barat.
Berdasarkan kebutuhan aliran udara yang perlu diperhatikan adalah pola pergerakan angin yang akan menimbulkan pelepasan
panas dari permukaan kulit oleh penguapan, sehingga di daerah tropis lembab diperlukan sirkulasi udara yang terus-menerus.
Selain itu sirkulasi udara yang optimal akan menghalau panas yang berlebihan di dalam ruangan.
Untuk memaksimalkan pemanfaatan angin untuk penghawaan alami diperlukan pengaturan tata massa sebagai berikut.
• Massa diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling
membelakangi atau menghalangi, untuk menghindari gerakan angin yang memutar turbulensi diantara massa-massa
tersebut sehingga gerakan udara tidak akan efektif untuk penghawaan. Brown, 1990
• Massa yang terletak pada datangnya angin sebaiknya tidak
terlalu tinggi agar tidak menghalangi massa lainnya. •
Aliran angin dapat dibelokan sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan vegetasi.
dengan Pendekatan Bioclimatic Architecture
I - 102
Untuk ruang yang menggunakan pendingin aktif, ruangan tetap diletakan pada arah datangnya angin karena dapat membantu
proses penyejukan.
Tabel 6.14. Kriteria Kebutuhan Angin dan Sinar Matahari Kelompok Ruang
Pencahayaan Angin
Unit Kegiatan
Publik Membutuhkan sinar matahari
untuk pencahayaan alami. Membutuhkan
aliran udara
untuk penghawaan. Unit
Kegiatan Semi Publik
Membutuhkan sinar matahari untuk pencahayaan alami.
Membutuhkan aliran
udara untuk penghawaan.
Unit Kegiatan
Servis Tidak terlalu membutuhkan
sinar matahari. Sebagian membutuhkan aliran
udara untuk penghawaan.
Sumber: Analisa Penulis, 2004
Strategi mendapatkan sinar matahari untuk pencahayaan yang memadai pada setiap massa dengan sudut penjarakan dapat
digunakan untuk membentuk dan mengatur jarak bangunan.
7. Analisa Bentuk Dasar dan Gubahan Massa