Analisa Penempatan Bangunan Analisa Penataan Lansekap di Sekitar Bangunan Analisa Orientasi dan Bentuk Bangunan

dengan Pendekatan Bioclimatic Architecture I - 96 2 Ramp, bidang miring sebagai alternatif alat sirkulasi penggunaan bangunan yang mengalami gangguan mobilitas atau memang tidak memungkinkan menggunakan tangga sebagai alat sirkulasi. 3 Lift elevator, digunakan sebagai alat penunjang sirkulasi bangunan berlantai tiga atau lebih diutamakan untuk pengunjung Kompleks Stadion Bekasi yang mengalami gangguan mobilitas, orang tua, dan ibu hamil. Asumsi perhitungan kebutuhan lift dan ramp Neufert:178-182. Kebutuhan lift hanya diperhitungkan untuk pengguna bangunan yang difabel asumsi 2 : 0,02 X 391 orang = 7,82 ~ 8 orang; termasuk pengunjungtamu UKURAN KABIN : Panjang pintu 1,3 m ; Lebar 1,7 m ; Tinggi 2,2 m. UKURAN TEROWONGAN : Panjang 1,9 m ; Lebar 1,8 m ; Tinggi 3,2 m ; HSK min 1,4 m ; HSG min 1,4 m. Ramp disediakan pada se- luruh ruangan pada bagian yang memiliki perbedaan ketinggian lantai maupun pada lorong tangga darurat.

3. Analisa Penempatan Bangunan

Analisa penempatan bangunan bertujuan untuk mendapatkan penempatan bangunan yang optimal sehingga secara visual mudah terlihat dan terekspos. Faktor yang menjadi dasar pertimbangan adalah sebagai berikut. a. arah pergerakan lalu lintas di sekitar site b. sudut pandang dari jalan ke site, terutama sudut pandang dari jalan utama; Gambar 6.12. Ramp Gambar 6.11. Lift dengan Pendekatan Bioclimatic Architecture I - 97 c. letak ME dan SE, sebagai pintu gerbang sirkulasi manusia dan kendaraan ke dalam site; d. arah gerak matahari bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber energi dan pencahayaan alami di dalam bangunan; e. arah dan pergerakan angin pada setiap musim yang memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga dapat memberikan penghawaan yang maksimal terhadap bangunan. Gambar 6.13. Penempatan Bangunan

4. Analisa Penataan Lansekap di Sekitar Bangunan

a. Dasar Pertimbangan 1 pengendalian suhu dalam tapak untuk mendukung kenyamanan ruangan; 2 kelembaban dalam tapak; 3 mendinginkan kulit bangunan; 4 memanfaatkan faktor alam sebagai sumber energi 5 menghindari faktor alam yang dapat merugikan kenyamanan bangunan. b. Analisa SITE YPI ‘45 SLTP 2 Permukiman Permukiman PDAM Ja la n C ut M utia Ja lan M. J. Matim un Ja la n L i n g ku n g a n 8m 14m Angin muson barat, sejuk dan mengandung air SITE YPI ‘45 SLTP 2 Permukiman Permukiman PDAM Jala n C ut M utia Jalan M. J . Mati mun u 14 m 8m 8m 14m dengan Pendekatan Bioclimatic Architecture I - 98 Gambar 6.14. Analisa Pergerakan matahari dan Angin c. Hasil Analisa Gambar 6.15. Penataan Lansekap

5. Analisa Orientasi dan Bentuk Bangunan

Bertujuan untuk mendapatkan view dari luar secara optimal agar bangunan dapat terekspos secara maksimal dan meningkatkan kinerja bangunan terhadap pencahayaan dan penghawaan alami sesuai dengan kondisi tapak setempat. a Dasar Pertimbangan 1 Secara visual dapat terekspos maksimal Angin Tenggara, panas dan kering SITE YPI ‘45 SLTP 2 Permukiman Permukiman PDAM Ja la n C ut M utia Ja lan M. J. Matim un Ja la n L in g ku n g a n 14 m 8m 8m 14m Vegetasi peneduh parkir Vegetasi penyaring udara kering Kolam untuk menjaga kelembaban dan melunakan pantulan sinar matahari dengan Pendekatan Bioclimatic Architecture I - 99 2 Merespon terhadap angin dan lintasan matahari sebagai sumber pencahayaan dan energi alami untuk meningkat kinerja dan mengurangi biaya operasional bangunan. b Analisa Agar bangunan dapat terekspos secara maksimal, maka bangunan direncanakan menghadap ke arah jalan utama Jalan Cut Mutia. Hal ini bertujuan agar dengan banyaknya sirkulasi yang melintas di jalan ini dapat melihat bangunan yang direncanakan dan tertarik untuk mengunjunginya. Orientasi bangunan diarahkan sedemikian rupa sehingga pencahayaan alami melalui side lighting pada sisi utara dan selatan maksimal dan pengaruh pemanasan akibat sinar matahari langsung ke dalam ruangan dapat ditekan. Pada sisi timur pada pagi hari dimaksimalkan pemanfaatannya bagi pencahayaan alami ruangan, sedangkan sisi barat ketika pemanasan matahari paling tinggi dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif bangunan, tetapi sinar matahari sore ini harus dihindari dengan desain fasade bangunan yang sedikit bukaan massif sehingga penyerapan panas ke dalam bangunan dapat minimal. Antisipasi terhadap arah angin dilakukan dengan cara membelokan arah angin ke dalam bangunan melalui pengolahan bentuk massa bangunan dan penataan vegetasi di sekitar bangunan, sehingga besar aliran yang didapatkan bangunan menghasilkan kondisi yang nyaman bagi bangunan. c Hasil Analisa dengan Pendekatan Bioclimatic Architecture I - 100 Gambar 6.16. Hasil Analisa Orientasi Bangunan

6. Analisa Penentuan Penzoningan