Perhitungan kapasitas saluran Rob Banjir Air Pasang

commit to user 21 Penelusuran kolam datar level pool routing merupakan prosedur untuk menghitung hidrograf aliran keluar waduk yang mempunyai permukaan air horizontal dengan persamaan sebagai berikut: 2.23 dimana niali-nilai yang belum diketahui berada diruas kiri sedang nilai yang sudah diketahui disebelah kanan. dengan: : volume tampungan pada waktu ke-1 dan ke-2 m³, : aliran masuk inflow pada waktu ke-1 dan ke-2 m³dt, : aliran keluar outflow pada waktu ke-1 dan ke-2 m³dt, : interval waktu jam,menit,detik. Persamaan 2.25 dapat ditulis dalam bentuk : 2 = I 1 +I 2 1 2.24 dengan: 2 = 2.24a 1 = 2.24b Beberapa pintu pengendali pada saluran dinamakan pintu air aliran bawah, karena pada kenyataannya air mengalir melalui bagian bawah struktur Chow, 1992. Perhitungan debit aliran keluar outflow melalui pintu air aliran bawah menggunakan persamaan sebagai berikut: 1 2.25 dengan: C : koefisien pelepasan, L : panjang pintu air, h : tinggi bukaan pintu, g : gaya gravitasi, y 1 : kedalaman air di hulu.

2.2.8 Perhitungan kapasitas saluran

Pada aliran tetap steady Suripin, 2004, sehingga menghasilkan persamaan sebagai berikut: Q s = AV 2.26 dengan: Q s : kapasitas saluran m³dt, A : luas penampang saluran m², commit to user 22 V : kecepatan mdt. Dari persamaan 2.9, untuk menghitung nilai V dapat digunakan persamaan Manning sebagai berikut: V = 2.27 dengan: R: jari-jari hidrolis m, S : kemiringan dasar saluran, n : bilangan manning untuk kekasaran saluran. Untuk menghitung jari-jari hidrolis R digunakan persamaan sebagai berikut: R= 2.28 dengan: A= luas penampang saluran m 2 , P = Keliling Basah m. Luas penampang saluran A dihitung dengan persamaan sebagai berikut: A = bh 2.29 dengan: b = lebar dasar saluran m, h = tinggi penampang m. Keliling basah P dihitung dengan persamaan sebagai berikut: P = b+2h 2.30 Nilai koefisien n Manning dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Tipikal harga koefisien kekasaran Manning No Tipe saluran Harga n Minimum Normal Maksimum 1 Beton - Gorong-gorong lurus dan bebas dari kotoran - Beton dipoles - Saluran pembuang dengan bak kontrol 0,010 0,011 0,013 0,011 0,012 0,015 0,013 0,014 0,017 2 Tanah, lurus dan seragam - Bersih baru - Bersih telah melapuk - Berumput pendek, tanaman pengganggu 0,016 0,018 0,022 0,018 0,022 0,027 0,020 0,025 0,033 3 Saluran alam - Bersih lurus - Bersih, berkelok-kelok - Banyak tanaman pengganggu - Dataran banjir berumput pendek-tinggi - Saluran di belukar 0,025 0,033 0,050 0,025 0,035 0,030 0,040 0,070 0,030 0,050 0,033 0,045 0,08 0,035 0,07 Sumber: Suripin, 2004 commit to user 23

2.2.9 Rob Banjir Air Pasang

Rob dapat muncul karena dinamika alam atau karena kegiatan manusia. Dinamika alam yang dapat menyebabkan rob adalah adanya perubahan elevasi pasang surut air laut. Sedangkan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia misalnya karena pemompaan air tanah yang berlebihan, pengerukan alur pelayaran, reklamasi pantai dan lain-lain Djoko Susilo Adhy, 2007. Pasang surut diukur dengan alat AWLR Automatic Water Level Recorder yang menghasilkan elevasi pasang dan surut pada lokasi dimana alat tersebut dipasang. Rata-rata Aritmatis dari ketinggian ini pada jangka waktu lebih dari sepuluh tahun memberikan angka MSL Mean Sea Levelmuka air laut rata-rata Hindarko, 2005. Di beberapa kota besar, khusunya kota pantai, genangan banjir semakin parah oleh adanya amblesan tanah land subsidence. Amblesan tanah ini terutama disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang Suripin, 2004. Pasang surut mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap sistem drainase di wilayah perkotaan yang terletak di kawasan pantai, khususnya untuk daerah yang datar dengan elevasi muka tanah yang tidak cukup tinggi. Diantaranya terjadinya genangan, terhambatnya aliran airbanjir ke arah laut, drainase sistem gravitasi tidak dapat bekerja penuh dan bangunan-bangunan air, khsususnya metal mudah berkarat Suripin, 2004. commit to user 24

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo Semarang yang terletak di Kota Semarang. Pada lokasi ini banyak terdapat bangunan bersejarah diantaranya Gedung Marba, Gedung Marabunta, Gereja Blenduk, Stasiun Kereta Api Tawang dan lainnya yang seharusnya bebas dari genanganbanjir. Lokasi ini dipilih karena pada setiap musim hujan mengalami banjir dan setiap musim kemarau terjadi rob. Ada beberapa penelitiankegiatan terkait Sistem Polder Kota Lama diantaranya studi keberhasilan pembanganan Sistem Polder Kota Lama, DED water treatment Kolam Retensi Tawang yang dilakukan oleh individuinstansi, namun sejauh ini belum pernah ada penelitian terkait penilaian kondisi dan evaluasi kinerja sistem polder Kota Lama dan Bandarharjo. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar.3.1 Lokasi penelitian LOKASI