E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian hipotesis menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu: a ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama
penelitian, b ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih
lanjut sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Interval Anaerob dengan Rasio Waktu Kerja
dan Waktu Istirahat 1:5 dan 1:10 Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan latihan interval anaerob
dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dan kelompok siswa yang mendapatkan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1:10 terhadap peningkatan kecepatan lari. Pada kelompok siswa yang mendapat latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat
1:10 mempunyai peningkatan kecepatan lari yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang mendapat latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja
dan waktu istirahat 1:5. Pada latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat
1:5, waktu rekaverinya kurang sempurna, sehingga kualitas kecepatan gerakan tiap ulangannya tidak dapat dipertahankan secara sempurna. Latihan interval
anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10 lebih memberikan kesempatan siswa untuk melakukan rekaveri sehingga lebih siap melakukan
aktivitas dengan intensitas tinggi kecepatan maksimal. Dengan istirahat yang cukup maka sistem energi yang digunakan pada setiap ulangan masih tetap berada
pada ATP-PC. Unsur fisik yang dikembangkan yaitu kekuatan dan kecepatan. Pada latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10,
tiap ulangan kecepatan maksimal dapat dipertahankan. Kualitas kecepatan gerakan dapat dipertahankan, sehingga peningkatan kecepatan lebih signifikan.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan persentase hasil kecepatan lari yang dihasilkan oleh latihan interval anaerob
dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10 lebih tinggi 0.23 dari pada kecepatan lari.
2. Perbedaan Peningkatan Kecepatan Lari Antara Siswa Yang Memiliki Power
Otot Tungkai Tinggi dan Rendah
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua ternyata ada perbedaan yang nyata antara kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah
terhadap peningkatan kecepatan lari. Pada kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi mempunyai peningkatan kecepatan lari lebih tinggi dibanding
kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah. Pada kelompok siswa power otot tungkai tinggi memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada siswa yang
memiliki power otot tungkai rendah.
Power otot tungkai merupakan unsur kondisi fisik sangat diperlukan dalam lari cepat. Gerakan lari merupakan gerakan maju ke depan yang dihasilkan oleh
gerakan langkah-langkah kaki. Otot tungkai merupakan daya pendorong tubuh untuk dapat bergerak ke depan. Kemampuan power otot tungkai berfungsi untuk
melakukan tolakan, dengan power otot tungkai akan menghasilkan dorongan tubuh ke depan sehingga kecepatan larinya menjadi lebih baik. Power otot
tungkai juga berperanan untuk menghasilkan panjang langkah selama lari. Siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki kemampuan untuk melakukan
latihan dan perlombaan lari yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki power otot tungkai rendah.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan kecepatan lari pada siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi 0.21 yang
lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah.
3. Pengaruh Interaksi Antara Metode Latihan Interval Anaerob dan Power
Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari
Dari hasil analisis varians untuk tingkat power otot tungkai B1 dan B2 nampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor
menunjukkan tidak adanya interaksi. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB dapat di lihat pada Tabel 10.
Tabel 11. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B Terhadap Hasil Kecepatan Lari.
Faktor A = Metode latihan interval anaerob
B = Power otot tungkai
Taraf A
1
A
2
Rerata A
1
– A
2
B
1
0.898 1.249
1.074 0.351
B
2
0.814 0.916
0.865 0.102
Rerata 0.856
1.083 0.969
0.209 B
1
– B
2
0.084 0.333
0.227 Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kecepatan Lari Keterangan :
: A1 = Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 : A2 = Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 :10
: B1 = Power otot tungkai tinggi : B2 = Power otot tungkai rendah
Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai hasil kecepatan lari adalah tidak sejajar atau tidak bersilangan. Garis tersebut tidak
memiliki suatu titik pertemuan antara penggunaan metode latihan interval anaerob dan power otot tungkai. Berarti tidak terdapat interaksi yang signifikan diantara
keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa power otot tungkai berpengaruh terhadap metode latihan interval anaerob, tetapi pengaruhnya kurang signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki peningkatan kecepatan lari yang besar baik dengan
latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10 maupun dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5. Siswa yang memiliki power otot
tungkai tinggi dengan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5, memiliki peningkatan kecepatan lari yang lebih baik dibandingkan
siswa dengan power otot tungkai rendah, meskipun diberikan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10. Keefektifan penggunaan metode
latihan interval anaerob terhadap peningkatan kecepatan lari dipengaruhi oleh tinggi rendahnya power otot tungkai yang dimiliki oleh siswa.
F. Keterbatasan Penelitian