C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut:
1. Perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan
waktu istirahat 1:5 dan1:10 terhadap peningkatan kecepatan lari.
Latihan interval yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan kontinyu dapat mengakibatkan perubahan-perubahan dalam tubuh. Perabahan-
perubahan itu antara lain adalah perubahan biokimia dan sistem otot rangka, perubahan kardiorespirasi dan perubahan mekanisme organisasi sistem syaraf
yang mengarah pada peningkatan dalam kemampuan melakukan kerja, khususnya dalam kaitannya dengan kecepatan lari .
Perbandingan rasio antara periode kerja dan periode istirahat dalam latihan interval ikut menentukan terhadap hasil latihan. Pemulihan ATP-PC dalam latihan
interval dengan rasio perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 belum memberikan pemulihan yang cukup terhadap pengisian kembali ATP-PC secara
sempurna, sehingga masih memungkinkan timbulnya akumulasi LA, jika telah dilakukan dalam ulangan yang lebih banyak. Latihan ini dapat meningkatkan
kecepatan, tetapi peningkatannya lebih besar kepada peningkatan daya tahan. Latihan interval dengan rasio perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat
1:10 memungkinkan pemulihan ATP-PC mendekati 100. Untuk melaksanakan
kerja berikutnya maka energi yang digunakan sudah hampir 100. Hal ini menghindari adanya akumulasi LA. Latihan ini merupakan latihan kecepatan
murni, karena unsur daya tahan dihindari. Dengan pemulihan yang mendekati 100 maka kesempurnaan gerakan dan kecepatannya dapat dipertahankan.
2. Perbedaan peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki power
otot tungkai tinggi dan rendah.
Power otot tungkai adalah kemampuan otot atau sekelompok otot-otot tungkai untuk melakukan kerja atau melawan beban atau tahanan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Power otot tungkai dibutuhkan hampir pada semua cabang olahraga, terutama untuk gerakan lari, melompat, meloncat, menendang
dan gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan secara maksimal dalam waktu yang singkat. Pada kecepatan lari, kecepatan lari
seseorang selain ditentukan oleh faktor biomotorik seperti kecepatan itu sendiri, faktor biomotorik lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah kekuatan.
Kecepatan lari adalah merupakan hasil perpaduan antara kecepatan dan kekuatan power, terutama power dari otot tungkai.
Power otot tungkai yang dimiliki seseorang tidaklah sama, ada yang tinggi dan ada yang rendah, tinggi dan rendahnya power otot tungkai seseorang tentunya
akan berpengaruh pada kecepatan larinya. Pada seseorang yang memiliki power otot tungkai yang tinggi ia akan mudah mengembangkan kecepatan larinya, baik
pada kecepatan reaksinya pada saat
start
, percepatan gerak pada beberapa meter pertama, kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimal dan pada stamina
kecepatannya daya tahan kecepatan jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki power otot tungkai yang rendah. Bagi seseorang yang memiliki power
otot tungkai yang tinggi ia akan menghasilkan frekuensi langkah
stride rate
yang lebih tinggi dan panjang langkah
stride length
yang lebih panjang pada saat lari jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki frekuensi langkah
yang rendah, hal ini sangat berguna untuk menghasilkan kecepatan lari yang maksimal pada saat berlari, karena kecepatan lari merupakan hasil dari frekuensi
langkah dan panjang langkah seseorang. Dari uraian diatas dapat diperkirakan bahwa perbedaan power otot tungkai
yang tinggi dan yang rendah akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kecepatan lari.
3. Pengaruh interaksi antara metode latihan interval anaerob dan power otot
tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari.
Peningkatan kecepatan lari yaitu peningkatan kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan lari yang maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya,
dimana hasil penghitungannya dimulai dari
start
sampai dengan
finish
. Dalam melatih dan meningkatkan kecepatan lari, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, salah satu diantaranya adalah penerapan latihan interval anaerob.
Kecermatan dan ketepatan dalam menerapkan latihan interval anaerob merupakan faktor yang sangat penting untuk memperoleh peningkatan kecepatan lari yang
lebih baik. Jika ditinjau dari terbentuknya power otot tungkai yang merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan otot tungkai, maka latihan yang
diterapkan harus mempunyai ciri-ciri latihan eksplosif power. Latihan eksplosifitas dapat memperbaiki kecepatan, pengembangan tenaga dan keduanya
itu sangat diperlukan untuk menunjang prestasi yang lebih baik. Hal ini dapat membawa pemikiran bahwa perlunya latihan interval anaerob yang tepat dan
sesuai untuk meningkatkan kecepatan lari yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan power otot tungkai pelari.
Latihan interval anaerob yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan lari siswa diantaranya adalah latihan interval anaerob dengan rasio
waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dan 1:10. Kedua macam bentuk latihan interval anaerob ini dapat digunakan sebagai alternatif dan variasi latihan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kecepatan lari. Bagi siswa yang memiliki power otot tungkai rendah penerapan latihan
interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 kurang menguntungkan. Power otot tungkai yang rendah, siswa akan sulit beradaptasi
dengan membutuhkan power otot tungkai yang tinggi. Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10 lebih tepat digunakan bagi
siswa yang memiliki power otot tungkai yang rendah untuk menguasai kecepatan
lari. Dari uraian tersebut di atas, maka dapat diduga terdapat hubungan antara latihan interval anaerob dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan
lari.
D. Pengajuan Hipotesis