yang dilakukan pada KP
3
diperoleh nilai L
o
= 0.126. Dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5 yaitu 0.258.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP
3
termasuk berdistribusi normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP
4
diperoleh nilai L
o
= 0.109, yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5 yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data pada KP
4
juga termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan
dengan uji
Bartlett
. Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ
2 o
= 0.349. Sedangkan dengan k - 1 = 4
– 1 = 3, angka χ
2 tabel 5
= 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ
2 o
= 0.349 lebih kecil dari χ
2 tabel 5
= 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-
langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji
rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II.
Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut: Tabel 8. Nilai Rata-Rata Kecepatan Lari Berdasarkan Rasio Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat Pada Latihan Interval Anaerob dan Tingkat Power Otot Tungkai Variabel
Rerata Kecepatan Lari
A
1
A
2
B
1
B
2
B
1
B
2
Hasil tes awal 9.565
10.236 9.682
10.495 Hasil tes akhir
8.667 9.422
8.433 9.579
Peningkatan 0.898
0.814 1.249
0.916 Keterangan :
A
1
= Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5. A
2
= Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10. B
1
= Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi. B
2
= Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah. Tabel 9. Hasil Analisis Varians Dua Faktor
Sumber Variasi Dk
JK RJK
F
o
F
t
Rata-rata Perlakuan
1 37.578
37.578 A
1 0.513
0.513 5.861
4.11 B
1 0.435
0.435 4.967
4.11 AB
1 0.155
0.155 1.771
4.11 Kekeliruan
36 3.151
0.088 Total
40 41.832
Tabel 10. Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians KP
A
1
B
2
A
2
B
2
A
1
B
1
A
2
B
1
RST Rerata
2.146 2.306
2.405 3.697
A
1
B
2
2.146 -
- -
- A
2
B
2
2.306 0.16
- -
- 0.976
A
1
B
1
2.405 0.259
0.099 -
- 1.175
A
2
B
1
3.697 1.551
1.391 1.292
- 1.297
Keterangan : Tanda signifikan pada p
0,05.
Berdasarkan hasil analisis data dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 memiliki peningkatan yang berbeda
dengan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10. Hal ini dibuktikan dari nilai F
hitung
= 5.861 F
tabel
= 4.11. Dengan demikian hipotesis nol H
ditolak. Yang berarti bahwa latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 memiliki peningkatan yang berbeda
dengan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10 dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata
latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10 memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada latihan interval anaerob dengan
rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dengan rata-rata peningkatan masing- masing yaitu 0.856 dan 1.083.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki peningkatan hasil kecepatan lari yang berbeda dengan
siswa yang memiliki power otot tungkai rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai F
hitung
= 4.967 F
tabel
= 4.11. Dengan demikian hipotesis nol H ditolak yang
berarti bahwa siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki peningkatan hasil kecepatan lari yang berbeda dengan siswa yang memiliki power
otot tungkai rendah dapat diterima kebenarannya. Hasil analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang memiliki power
otot tungkai tinggi memiliki peningkatan hasil kecepatan lari yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dengan rata-rata
peningkatan masing-masing yaitu 1.074 dan 0.865.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara metode latihan interval anaerob dan tingkat power otot tungkai siswa kurang bermakna. Karena
F
hitung
= 1.771 F
tabel
= 4.11. Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode latihan interval
anaerob dengan power otot tungkai.
E. Pembahasan Hasil Penelitian