xviii Keywords: Evaluation, Village Financial, APBDesa, ADD
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena global adanya tuntutan demokrasi dengan mengedepankan pentingnya aspek transparansi dan akuntabilitas pada bidang pemerintahan dan
politik, termasuk bidang pengelolaan keuangan merupakan konsekuensi yang perlu disikapi dalam memasuki paradigma otonomi. Hal tersebut berimplikasi
terhadap perubahan penyelenggaraan pemerintahan desa yang lebih mengedepankan pendekatan regional, di mana pemerintah desa menjadi aktor
dinamis dalam melaksanakan kewenangan pemerintahan dan kemasyarakatan. Pemerintah desa harus mempersiapkan sumber daya dan sumber dana sebagai
pembiayaan dari akibat pelimpahan kewenangan tersebut Peraturan Bupati Sragen Nomor 47 Tahun 2008.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 212 menyebutkan ayat 1 Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban
desa yang dapat di nilai dengan uang, serta segala sesuatu yang baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban. Ayat 2 Menyatakan bahwa hak dan kewajiban sebagaimana di maksud pada ayat 1 Menimbulkan pendapatan, belanja dan
pengelolaan keuangan desa.
xix Menurut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140161SJ tentang
Pedoman Umum Pengelolaan Keuangan Desa. Pengelolaan keuangan desa merupakan suatu sub sistem dari pengelolaan keuangan negara dan daerah dalam
mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam pengelolaan keuangan desa
diperlukan standar pengaturan yang dimulai dari aspek perencanaan dan penganggaran maupun aspek pelaksanaan, penatausahaan keuangan desa dan
aspek pertanggungjawaban keuangan desa. Sedangkan menurut Peraturan Bupati Sragen Nomor 47 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa menyatakan bahwa penganggaran menjadi sangat penting sebagai metode
pengalokasian sumber-sumber pendapatan dalam membiayai kegiatan pada suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran desa
yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, yang biasanya adalah satu tahun. Proses penganggaran merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan evaluasi
apakah pemerintahan desa melakukan tugasnya secara efektif dan efisien, dengan melakukan hal yang benar terhadap pencapaian tujuan dan sasaran untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Melakukan sesuatu hal dengan benar berarti melakukan sesuatu dengan cara yang paling efisien termasuk diantaranya
melakukan sesuatu dengan biaya yang terendah, namun di saat yang sama tetap mempertimbangkan implikasi biaya jangka panjangnya. Selain itu faktor-faktor
lain di luar biaya harus dipertimbangkan, misalnya ketaatan pada perundang- undangan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
1
xx Permasalahan di tingkat desa yang perlu diatasi dan diantisipasi, menurut
Maryunani 2006 adalah belum terbangunnya sistem dan regulasi yang jelas dan tegas. Dengan segala keterbatasan yang ada di desa maka pengembangan ekonomi
dan pemberdayaan masyarakat tetap dapat dioptimalkan agar lebih mandiri dan berdaya guna melalui serangkaian kegiatan dan program yang memang dimiliki
dan mampu dilakukan masyarakat desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa. Secara garis besar pedoman pengelolaan keuangan desa meliputi azas pengelolaan keuangan desa, kekuasaan pengelolaan keuangan
desa, struktur APBDesa, penyusunan rancangan APBDesa, perubahan APBDesa, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan desa, pertanggungjawaban
pelaksanaan APBDesa, pengelolaan Alokasi Dana Desa ADD dan pembinaan dan pengawasan dalam mengelola keuangan desa.
Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupatenkota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupatenkota. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Mengenai pengelolaan ADD,
Maryunani 2006 menyatakan bahwa kemandirian desa akan tergambar melalui semakin kecilnya ADD ke desa, karena semakin desa mandiri maka semakin tidak
memerlukan bantuan dari luar. Dengan semakin berat dan kompleksnya tugas pemerintah desa, maka
kepala desa dan perangkat desa semakin di tuntut memberikan hasil terbaik dalam menjalankan tugasnya. Dengan terbangunnya sistem yang baik dalam mengelola
xxi keuangan desa diharapkan pemerintah desa akan mampu mandiri dalam
menjalankan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mampu mencapai tujuan yang diharapkan, sehingga menghasilkan
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan masyarakat.
B. Perumusan Masalah