xxiv mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan program kebijakan yang telah
diumumkan secara formal oleh pem buat kebijakan dan administrator program. Evaluasi keputusan teoritis formal decision-theoritic evaluation adalah
pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriftif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid mengenai hasil-hasil
kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan. Menurut Tayibnapis 2000: 7 menyatakan pendapat tentang fungsi
evaluasi, yaitu: ”Fungsi evaluasi yaitu memfokuskan evaluasi, mendesain evaluasi,
mengumpulkan informasi, menganalisis informasi, melaporkan hasil evaluasi, mengelola evaluasi, mengevaluasi evaluasi”.
Menurut Dunn 2000: 609-611 menyatakan mengenai evaluasi yaitu:
”Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan. Pertama, dan yang paling penting, evaluasi memberi
informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan
telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Kedua, evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai
yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan
lainnya, termasuk
perumusan masalah
dan rekomendasi”.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, sangat jelas bahwa dalam
melaksanakan evaluasi keuangan desa harus diadakan suatu proses terlebih dahulu yaitu mengumpulkan informasi, menganalisis informasi, melaporkan hasil
evaluasi, mengelola evaluasi, mengevaluasi evaluasi untuk menentukan tujuan dan target yang hendak dicapai.
B. Sistem
Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang sistem antara lain,
xxv menurut Kantaprawira 1999: 3 menyatakan mengenai sistem yaitu:
”Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur elemen. Dapat pula diartikan sebagai sesuatu
yang lebih tinggi daripada hanya merupakan cara, tata, rencana, skema, prosedur, atau metode”.
Menurut The Liang Gie dalam bukunya Mamesah 1995: 5 menyatakan:
”Sistem adalah sebagai kebulatan yang berliku-liku dan tetap dari hal-hal atau unsur-unsur
yang saling berhubungan dan disatupadukan berdasarkan sesuatu asas tata tertib”.
Selanjutnya menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
dalam bukunya Mamesah 1995: 5 merumuskan: ”Sistem sebagai suatu totalitas yang terdiri dari subsistem-
subsistem dengan atribut-atributnya yang satu sama lain berkaitan, saling ketergantungan satu sama lain, saling berinteraksi dan saling
pengaruh mempengaruhi sehingga keseluruhanya merupakan suatu kebulatan yang utuh serta mempunyai peranan dan tujuan
tertentu”. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, bahwa dalam melaksanakan
sistem keuangan desa harus saling berinteraksi dan saling pengaruh satu sama lain dan merupakan satu unsur atau elemen yang saling berhubungan. Administrasi
keuangan memiliki arti, manfaat dan pengaruh yang begitu besar terhadap nasib suatu bangsa. Segala kebijakan yang ditempuh di bidang administrasi keuangan
bisa berakibat kemakmuran atau kemunduran serta kejayaan suatu bangsa. Kepandaian mengendalikan negara dibarengi dengan kepandaian mengendalikan
keuangan akan memberi hasil yang memuaskan sesuai yang diharapkan. Sebaliknya tanpa mengendalikan keuangan dengan baik serta kurang mampu
melihat kedepan dapat berakibat suatu kehancuran. Hal ini dapat berlaku bagi administrasi keuangan di daerah otonom.
xxvi
C. Desa
Desentralisasi desa telah menawarkan kepada kita tentang kesadaran bagaimana kedepan dalam membangun desa. Di desa bisa dijiwai dan bisa
mengakomodir nilai-nilai lokal, kultural dan sejarahnya. Pemerintah daerah harus dapat memanfaatkan sumberdaya daerahnya dengan sebaik mungkin. Sumberdaya
yang sesungguhnya, sebenarnya ada pada desa bukan di level atasnya sehingga desa mempunyai peranan yang sangat penting bagi kemajuan daerah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebutkan bahwa yang di maksud desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan menurut Hazairin dalam bukunya Kusnardi 1988: 285
dinyatakan bahwa: ”Desa sebagai masyarakat hukum artinya kesatuan-kesatuan
kemasyarakatan yang mempunyai kelengkapan-kelengkapan untuk sanggup berdiri sendiri, yaitu mempunyai kesatuan hukum,
kesatuan penguasa dan kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi semua anggotanya”.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
dinyatakan tentang pemerintahan desa, yaitu: ”Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia”. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, sangat jelas bahwa desa memiliki
xxvii kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan warganya dalam segala
aspek penghidupan desa, baik dalam bidang pelayanan public servis, pengaturan public regulation dan pemberdayaan masyarakat public empowerment.
Pola organisasi pemerintahan desa di Kabupaten Sragen berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sragen Nomor 14 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa menggunakan 2 pola yaitu pola minimal dan pola maksimal. Berikut dapat digambarkan bagan
organisasi pemerintahan desa di Kabupaten Sragen, yaitu:
KEPALA DESA
SEKRETARI S DESA
URUSAN UMUM
URUSAN EKONOMI
PEMBANG UNAN
URUSAN PEMERIN
TAHAN
BPD
PELAKSANA TEKNIS
LAPANGAN
KEBAYAN DESA
Keterangan: = Garis Komando
= Garis Koordinasi
xxviii
Gambar 1 Bagan Susunan Organisasi Pemerintahan Desa Pola Minimal
Gambar 2 Bagan Susunan Organisasi Pemerintahan Desa Pola Maksimal
Pemerintah Kabupaten Sragen menggunakan 2 dua pola desa, yaitu desa pola maksimal dan minimal, hal ini dikarenakan desa-desa di Kabupaten Sragen
mempunyai keadaan geografis yang berbeda-beda. Desa yang mempunyai luas KEPALA DESA
SEKRETARIS DESA
URUSAN PEME
RINTAHAN
BPD
URUSAN KEUANGAN
URUSAN EKONOMI
PEMBANGUN AN
URUSAN UMUM
URUSAN KESEJAH
TERAAN RAKYAT
PELAKSANA TEKNIS
LAPANGAN KEBAYAN
DESA
Keterangan: = Garis Komando
= Garis Koordinasi
xxix wilayah, jumlah penduduk yang besar serta mempunyai tanah bengkok yang luas
dapat menggunakan desa pola maksimal. Sedangkan desa yang mempunyai luas wilayah, jumlah penduduk yang relatif kecil serta mempunyai tanah bengkok yang
sedikit, dapat menggunakan susunan organisasi desa pola minimal. Menurut Peraturan Bupati Sragen Nomor 47 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyusunan APBDesa dinyatakan bahwa dengan adanya tuntutan demokrasi dengan mengedepankan pentingnya aspek transparansi dan akuntabilitas pada
bidang pemerintahan dan politik, termasuk bidang pengelolaan keuangan merupakan konsekuensi yang perlu disikapi dalam memasuki paradigma otonomi.
Hal tersebut berimplikasi terhadap perubahan penyelenggaraan pemerintahan desa yang lebih mengedepankan pendekatan regional, di mana pemerintah desa
menjadi aktor dinamis dalam melaksanakan kewenangan pemerintahan dan kemasyarakatan. Pemerintah desa harus mempersiapkan sumber daya dan sumber
dana sebagai pembiayaan dari akibat pelimpahan kewenangan tersebut. Kepala desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa
yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa. Kepala desa sebagai kepala pemerintah desa adalah
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan. Sekretaris desa bertindak
selaku koordinator
pelaksanaan pengelolaan
keuangan desa
dan bertanggungjawab kepada kepala desa. PTPKD adalah perangkat desa yang di
tunjuk oleh kepala desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa. PTPKD terdiri dari sekretaris desa, kaur keuangan maupun kaur umum.
xxx Pemerintah Kabupaten Sragen menempatkan 3 PNS desa yang mempunyai
tugas untuk membantu kepala desa dalam menjalankan pemerintahan desa. PNS desa terdiri dari petugas IT desa, petugas teknis lapangan dan bidan desa. PNS
desa adalah pegawai kabupaten yang ditempatkan ke desa dengan mendapatkan tunjangan tambahan sebesar Rp. 250.000,- setiap bulan dan mendapat fasilitas
sepeda motor.
1. Keuangan desa
Peraturan Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan bahwa yang di maksud keuangan desa adalah semua
hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Sedangkan yang di maksud dengan pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan desa.
Pengelolaan keuangan desa merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa
dan pemberdayaan masyarakat desa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam pengelolaan keuangan desa diperlukan suatu standar pengaturan yang di
mulai dari aspek perencanaan dan penganggaran maupun aspek pelaksanaan, penatausahaan keuangan desa dan pertanggungjawaban keuangan desa.
Aspek perencanaan dan penganggaran, diarahkan agar seluruh proses penyusunan APB Desa dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan
xxxi dalam menetapkan arah kebijakan umum berdasarkan skala prioritas serta
distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Melalui arah kebijakan perencanaan anggaran yang skala prioritas dan pelibatan partisipasi
masyarakat desa ini berarti memberi makna bahwa setiap penyelenggaraan di desa berkewajiban untuk bertanggung jawab atas hasil proses dan penggunaan sumber
daya. Menurut Peraturan Bupati Sragen Nomor 47 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan APBDesa dinyatakan bahwa penganggaran menjadi sangat penting
sebagai metode pengalokasian sumber-sumber pendapatan dalam membiayai kegiatan pada suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan
dan pengeluaran desa yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, yang biasanya adalah satu tahun. Proses penganggaran merupakan kesempatan yang
baik untuk melakukan evaluasi apakah pemerintahan desa melakukan tugasnya secara efektif dan efisien, dengan melakukan hal yang benar terhadap pencapaian
tujuan dan sasaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Aspek pelaksanaan dan penatausahaan keuangan desa, bahwa pemegang
kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan desa yang juga pemegang kekuasaan dalam pengelolaan keuangan desa adalah kepala desa, selanjutnya dalam
pelaksanaannya kepala desa dibantu oleh bendaharawan desa, perangkat desa beserta masyarakat.
Aspek pertanggungjawaban keuangan desa, bahwa dalam rangka pengelolaan keuangan desa yang akuntabilitas dan transparan maka kepala desa
sebagai pemegang
kekuasaan penyelenggaraan
keuangan desa
wajib menyampaikan pertanggungjawabannya kepada bupatiwalikota melalui camat.
xxxii Melalui pengaturan beberapa aspek tersebut diharapkan sistem dan
prosedur pengelolaan keuangan desa secara rinci dapat ditetapkan di setiap desa, sehingga mendorong desa menjadi lebih tanggap, kreatif dan mampu mengambil
inisiatif menuju efisiensi. Berikut dapat digambarkan lingkup pengelolaan keuangan desa menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007. Sistem
Keuangan Desa
Pelaksanaan Penganggaran
Pelaporan Pertanggungjawab
anan Pengawasan
Evaluasi Pengendalian
Perencanaan Penganggaran
Input: 1.
RPJMDe sa
2. RKPDes
a 3.
Musrenb angdes
4. Kinerja
masa lalu 5.
Kebijaka
Proses: 1.
Kebijakn Umum
APBDesa 2.
Proiritas Plafon
anggaran sementara
3. Kegiatan
Output: APBDesa
ditetapkan dengan
peraturan desa Input:
APBDesa
Proses: Penatausahaan
Akuntansi Yang terdiri dari:
1. Formulir
2. Dokume
n 3.
Kwitansi Output:
Hasil Kerja Input:
Hasil Kerja dari pelaksanaan
APBDesa
Proses: Pelaksanaan
Pelaporan dan Pertanggungjawab
an
Ouput: Pelaporan dan
Pertanggungjawab an
APBDesa Laporan terdiri
dari: 1.
Bulanan. Output:
Hasil Kerja Proses:
Laporan APBDesa
dievaluasi oleh Camat dan
Input: Laporan
APBDesa
xxxiii
Gambar 3 Lingkup Sistem Pengelolaan Keuangan Desa
2. Azas dan prinsip pengelolaan keuangan desa
Menurut Peraturan Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007, keuangan desa di kelola berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan
dengan tertib dan disiplin anggaran. Menurut Peraturan Bupati Sragen Nomor 47 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyusunan APBDesa yang di maksud transparan dalam pengelolaan APBDesa adalah APBDesa yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka
dan mudah diakses oleh masyarakat, mulai dari tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenisobjek belanja serta korelasi antara besaran anggaran
dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Akuntabilitas mempunyai arti bahwa setiap pengguna anggaran
harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Akuntabilitas dalam pengelolaan APBDesa dapat
diartikan bahwa APBDesa dapat membantu pemerintahan desa dalam memperoleh kepercayaan masyarakat dengan memperlihatkan hasil yang baik dari
pendapatan yang diterima. Partisipatif hal ini mengandung makna bahwa
pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBDesa sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat, dengan demikian maka
masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBDesa. Menurut Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 140161SJ tentang Pedoman
xxxiv Umum Pengelolaan Keuangan Desa yang di maksud partisipatif adalah
pengawasan dilakukan masyarakat sebagai bentuk partisipasi warga dalam menyelenggarakan pemerintahan. Tertib anggaran dalam pengelolaan keuangan
desa adalah keuangan desa dikelola dalam masa 1 tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember Permendagri 37 Tahun
2007. Menurut Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 140161SJ Pedoman Umum
Pengelolaan Keuangan Desa, disiplin anggaran dalam pengelolaan keuangan desa yang perlu diperhatikan guna penyusunan anggaran di desa adalah:
a. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.
b. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi
anggarannya. c.
Semua penerimaan dan pengeluaran dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBDesa dan dilakukan melalui rekening kas umum
desa. Mardiasmo
2002 mengemukakan
prinsip-prinsip yang
mendasari pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai berikut, antara lain transparansi,
akuntabilitas dan value for money. Transparansi memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran
xxxv karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan
kebutuhan hidup masyarakat. Akuntabilitas menyangkut pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan,
penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Value for money berarti
diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran yaitu ekonomis, efisien dan efektivitas.
3. Kekuasaan pengelolaan keuangan desa
Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa adalah kepala desa yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan desa. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disebut PTPKD adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh kepala desa
untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa. Kepala desa sebagai kepala pemerintah desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan
mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan Permendagri Nomor 37 Tahun 2007.
4. Penatausahaan keuangan desa
Kepala Desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus menetapkan bendahara desa. Penetapan bendahara desa harus dilakukan sebelum
dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan berdasarkan keputusan kepala desa. Penatausahaan keuangan desa terdiri dari penatausahaan penerimaan dan
penatausahaan pengeluaran Permendagri Nomor 37 Tahun 2007.
D. APBDesa
xxxvi Desa merupakan daerah otonom yang harus mampu menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa APBDesa serta mengatur keuangan desa. Desa berhak memperoleh dana bantuan dari pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat.
Desa yang otonom diharapkan memperoleh sendiri sebagian besar uang yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pemerintahannya. Penyelenggaraan urusan
pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari APBDesa, bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. APBDesa terdiri atas bagian
pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan. Rancangan APBDesa di bahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala desa bersama Badan
Perwakilan Desa BPD menetapkan APBDesa setiap tahun dengan peraturan desa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 2006.
Menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 yang di maksud Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APBDesa adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa serta ditetapkan dengan
peraturan desa.
1. Struktur APBDesa
Menurut Steers 1977: 70 yang di maksud struktur adalah: “Struktur menyatakan cara organisasi mengatur sumber daya
manusia bagi kegiatan-kegiatan ke arah tujuan. Struktur merupakan cara yang selaras dalam menempatkan manusia sebagai
bagian organisasi pada suatu hubungan yang relatif tetap, yang sangat menentukan pola-pola interaksi, koordinasi dan tingkah
laku yang berorientasi pada tugas”. Menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 struktur Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa APBDesa terdiri dari pendapatan desa, belanja
xxxvii desa dan pembiayaan desa. Berikut digambarkan struktur APBDesa sesuai dengan
Permendagri Nomor 37 Tahun 2007, yaitu:
Gambar 4 Struktur APBDesa
2. Penyusunan rancangan APBDesa
APBDesa
2. Belanja Desa
3. Pembiayaan Desa
1.Pendapatan Desa
a. Pendapatan
Asli Desa PADesa.
b. Bagi hasil
pajak kabupatenkota.
c. Bagian dari
retribusi kabupatenkota.
d. Alokasi Dana
Desa ADD. e.
Bantuan keuangan dari
pemerintah, pemerintah
provinsi, pemerintah
kabupatenkota dan desa
lainnya.
f. Hibah.
g. Sumbangan
pihak ketiga. Penerimaan
Pembiayaan Belanja
Langsung Belanja Tidak
Langsung
a. Belanja
pegawai. b.
Belanja barang
dan jasa. c.
Belanja modal.
a. Belanja
pegawaipe nghasilan
tetap.
b. Belanja
subsidi. c.
Belanja hibah
pembatasa n hibah.
d. Belanja
bantuan sosial.
e. Belanja
bantuan keuangan
f.
Belanja tak terduga
.
Pengeluaran Pembiayaan
a. Sisa lebih
perhitungan anggaran
SilPA tahun
sebelumnya.
b. Pencairan
dana cadangan.
c. Hasil
penjualan kekayaan
desa yang dipisahkan.
d. Penerimaan
pinjaman. a.
Pembentukan dana
cadangan. b.
Penyertaan modal desa.
c. Pembayaran
utang.
xxxviii Penyusunan rancangan APBDesa menurut Permendagri Nomor 37 Tahun
2007 terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Pendek tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pembangunan Desa RKPDesa adalah hasil
musyawarah masyarakat desa tentang program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk periode 1 tahun dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa RPJMDesa adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 5 tahun. Sekretaris desa menyusun rancangan peraturan desa tentang APBDesa
berdasarkan pada RKPDesa dan sekretaris desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang APBDesa kepada kepala desa untuk memperoleh
persetujuan. Berikut dapat digambarkan alur Rencana Kerja Pembangunan Desa
RKPDesa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RPJMDesa
Rencana Kerja Pembangunan Desa RKPDesa
Dokumen perencanaan desa untuk periode 1 satu tahun.
Ditetapkan dengan Peraturan Kepala Desa
Memuat:
Hasil Musyawarah desa
Program kegiatan akan dilaksanakan 1
tahun Rencana kerja yang
terukur dan pendanaannya
xxxix
Gambar 5 Rencana Kerja Pembangunan Desa RKPDesa
Rencana Kerja Pembangunan Desa RKPDesa merupakan rencana pembangunan desa yang dijadikan pedoman dalam perencanaan desa untuk
periode 1 tahun. RKPDesa ditetapkan dengan Peraturan Kepala Desa. Perencanaan desa ini memuat antara lain hasil musyawarah desa, program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam 1 tahun kedepan dan rencana kerja yang terukur dan pendanaannya. Sedangkan RPJMDesa atau Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 5 tahun yang disusun kepala desa di waktu awal terpilih.
Berikut mekanisme penetapan rancangan APBDesa, yaitu Kepala desa menyampaikan rancangan peraturan desa kepada BPD untuk dibahas bersama
dalam rangka memperoleh persetujuan bersama. Penyampaian rancangan peraturan desa paling lambat minggu pertama bulan November tahun anggaran
sebelumnya. Pembahasan menitikberatkan pada kesesuaian dengan RKPDesa. Rancangan peraturan desa tentang APBDesa yang telah disetujui bersama
sebelum ditetapkan oleh kepala desa paling lambat 3 hari kerja disampaikan kepada bupatiwalikota untuk dievaluasi. Rancangan peraturan desa tentang
APBDesa ditetapkan paling lambat 1 bulan setelah APBD kabupatenkota ditetapkan.
Setelah rancangan APBDesa selesai dilaksanakan maka akan dilakukan evaluasi rancangan APBDesa oleh bupati dan kemudian APBDesa akan
dilaksanakan. Berikut dapat digambarkan alur penyusunan rancangan APBDesa
xl menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa.
Menyusun
Berpedoman
Diserahkan untuk disusun
Disusun
Dibahas Bersama Ditandatangani oleh Kades
Dikembalikan Disetujui bersama Dilaksanakan
untuk ditandatangani
Diserahkan melalui camat untuk dievaluasi
KADES
RPJMDesa RPJMDaerah
RKPDesa RKPDaerah
MUSRENBANGDES
RANCANGAN PERDES APBDesa
SEKDES
KADES BPD
BUPATI RANCANGAN
PERDES APBDesa
CAMAT
Peraturan Desa ttg
APBDesa
xli
Gambar 6 Penyusunan Rancangan APBDesa
Berdasarkan Permendagri Nomor 37 Tahun 2007
3. Pelaksanaan APBDesa
Pelaksanaan keuangan desa dapat dijelaskan dalam Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 yaitu bahwa semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening
kas desa. Setiap pendapatan desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan diwilayahnya maka
pengaturannya diserahkan kepada daerah. Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan sumber penerimaan dan pendapatan desa dan wajib di catat dalam
APBDesa. Kepala desa wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan desa yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya. Pemerintah desa di larang melakukan
pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan desa. Pengembalian atas kelebihan pendapatan desa dilakukan dengan membebankan pada pendapatan
desa yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan desa yang terjadi dalam tahun yang sama. Untuk pengembalian kelebihan pendapatan desa yang terjadi
pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga. Pengembalian harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.
Setiap pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti harus mendapat pengesahan oleh sekretaris
desa atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti di maksud. Pengeluaran kas desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan
sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan
xlii desa. Pengeluaran kas desa tidak termasuk untuk belanja desa yang bersifat
mengikat dan belanja desa yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa. Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan PPh dan
pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sisa lebih perhitungan anggaran SilPA tahun sebelumnya, merupakan
penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk: a.
Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja.
b. Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung.
c. Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum
diselesaikan. Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atau disimpan pada
kas desa tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah desa. Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan lain di luar yang telah ditetapkan
dalam peraturan desa tentang pembentukan dana cadangan. Kegiatan yang ditetapkan berdasarkan peraturan desa dilaksanakan apabila dana cadangan telah
mencukupi untuk melaksanakan kegiatan. Berikut dapat digambarkan alur pelaksanaan APBDesa menurut Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
.
xliii Dimasukkan
Gambar 7
APBDesa
Pendapatan Penerimaan
Pengeluaran
Bendahara Desa
Rekening Kas Desa
Sisa lebih perhitungan
Anggaran SilPA
Dana Cadangan
Tanggung jawabWewe
nang Kades Didukung
oleh alat bukti yang
sah lengkap
Pengesahan dari Sekdes
PPh Pajak Penghasilan
Didukung Oleh alat
bukti yang sah
lengkap
xliv
Pelaksanaan APBDesa Berdasarkan Permendagri Nomor 37 Tahun 2007
4. Perubahan APBDesa
Sesuai dengan Permendagri Nomor 37 Tahun 2007, dijelaskan bahwa perubahan APBDesa dapat dilakukan apabila terjadi keadaan yang menyebabkan
harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja, keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran SilPA tahun sebelumnya harus digunakan dalam
tahun berjalan, keadaan darurat dan keadaan luar biasa.
5. Penatausahaan APBDesa
Penatausahaan APBDesa
terdiri dari
penatausahaan penerimaan,
penatausahaan pengeluaran dan pertanggungjawaban penggunaan dana. Sebelum melakukan penatausahaan keuangan desa kepala desa wajib menetapkan
bendahara desa yang berasal dari perangkat desa.
6. Pertanggungjawaban dan pelaporan pelaksanaan APBDesa
Penetapan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 tentang pengelolaan keuangan desa, yaitu:
a. Sekretaris desa menyusun rancangan peraturan desa tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa dan rancangan keputusan kepala desa tentang pertanggungjawaban kepala desa.
b. Sekretaris desa menyampaikan kepada kepala desa untuk dibahas bersama
BPD. c.
Berdasarkan persetujuan kepala desa dengan BPD, maka rancangan peraturan
xlv desa tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa dapat ditetapkan
menjadi peraturan desa. d.
Jangka waktu penyampaian dilakukan paling lambat 1 bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Mekanisme penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa adalah:
a. Peraturan desa tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa dan
keputusan kepala desa tentang keterangan pertanggungjawaban kepala desa disampaikan kepada bupati melalui camat.
b. Waktu penyampaian tersebut, paling lambat 7 hari kerja setelah peraturan desa
ditetapkan. Berikut dapat digambarkan mekanisme pertanggungjawaban APBDesa
menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2007.
Di bahas bersama oleh Kades dan BPD
Disetujui Kades
Rancangan Peraturan Desa ttg Pertanggungjawaban
APBDEsa Menyusun
Menyampaikan
Peraturan Desa ttg Pertanggungjwban Pelaksanaan
APBDesa Badan
Permusyawaratan Desa Menyampaikan
Rancangan Keputusan Kepala Desa ttg
Pertanggungjawaban Kepala Desa
Menyusun
Menyampaikan Sekdes
Keputusan Kades ttg Pertanggungjwban Kepala Desa
xlvi
E. Pengelolaan Alokasi Dana Desa ADD
Pedoman anggaran Alokasi Dana Desa yaitu menggunakan dasar hukum yaitu Surat Menteri Dalam Negeri Tanggal 22 Maret 2005 Nomor 140640SJ
perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dari pemerintah kabupatenkota kepada pemerintah desa. Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh
Pemerintah Kabupaten Sragen untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang dipergunakan untuk operasional
pemerintah dan BPD serta pemberdayaan masyarakat desa Peraturan Bupati Sragen Nomor 5 Tahun 2008 tentang Alokasi Dana Desa di Kabupaten Sragen.
Menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2007, Alokasi Dana Desa berasal dari APBD kabupatenkota yang bersumber dari bagian dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupatenkota untuk desa paling sedikit 10.
Pengelolaan Alokasi Dana Desa merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan keuangan desa. Berikut mekanisme penyaluran dan pencairan ADD
menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2007, yaitu: 1.
Alokasi Dana Desa dalam APBD kabupatenkota dianggarkan pada bagian pemerintahan desa.
2. Pemerintah desa membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan
keputusan kepala desa. Bupati
BPD, Masyarakat
Disampaikan kepada Bupati melalui Camat
Camat
Gambar 8 Mekanisme Pertanggungjawaban dan Pelaporan APBDesa
xlvii 3.
Kepala desa mengajukan permohonan penyaluran Alokasi Dana Desa kepada bupati c.q kepala bagian pemerintahan desa setda kabupaten melalui camat
setelah dilakukan verifikasi oleh tim pendamping kecamatan. 4.
Bagian pemerintahan desa pada setda kabupaten akan meneruskan berkas permohonan berikut lampirannya kepada Kepala Bagian Keuangan Setda
Kabupaten atau Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah BPKD atau Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah BPKKAD.
5. Kepala Bagian Keuangan Setda atau Kepala BPKD atau Kepala BPKKAD
akan menyalurkan Alokasi Dana Desa langsung dari kas daerah ke rekening desa.
6. Mekanisme pencairan Alokasi Dana Desa dalam APBDesa dilakukan secara
bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupatenkota.
Berikut dapat digambarkan mekanisme pengelolaan Alokasi Dana Desa berdasarkan Permendagri Nomor 37 Tahun 2007.
Verifikasi Tim Pendamping Kecamatan
Badan Pengelola Keuangan dan
Kekayaan Aset Daerah BPKKAD
Pemerintah Desa Membuka Rekening
Kas Desa ditetapkan dgn Keputusan Kepala
Desa Kepala Desa
mengajukan penyaluran ADD
Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten
menganggarkan ADD Bagian Pemerintahan
Setda Kabupaten meneruskan berkas
Rekening Kas Desa Camat
Bupati, Cq ADD
Pelaksanaan ADD
xlviii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian mengenai “Evaluasi Sistem Keuangan Desa Kabupaten Sragen Studi Kasus di Kecamatan Karangmalang”, merupakan penelitian kualitatif yang
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan induktif. Penggunaan metode kualitatif pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran mendalam mengenai pelaksanaan pengelolaan keuangan desa yaitu apakah pengelolaan keuangan desa sudah sesuai dengan Permendagri Nomor 37
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dan Peraturan Bupati Sragen Nomor 47 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan APBDesa. Secara
teoritis, menurut Moleong 2001: 5, “Metode kualitatif digunakan dengan beberapa pertimbangan;
Pertama, penyesuaiannya lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; Kedua, metode ini menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan
banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi”.
Metode penelitian deskriptif menggambarkan keadaan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya untuk
menemukan masalah tertentu secara cermat, serta berusaha memahami masalah berdasarkan fakta tentang kenyataan yang berada di lokasi penelitian. Menurut
Gambar 9 Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Alokasi Dana Desa ADD