Alokasi Dana Desa ADD

cxiii Gambar 13 di atas menjelaskan mekanisme pertanggungjawaban APBDesa yang terdiri dari peraturan desa tentang pertanggungjawaban APBDesa dan peraturan kepala desa tentang pertanggungjawaban kepala desa. Berdasarkan pengamatan ditemukan bahwa laporan kepada masyarakat tidak disampaikan secara langsung baik melalui pengumuman maupun langsung diberikan kepada masyarakat dan ada indikasi masyarakat sendiri juga tidak mau mengetahui laporan keuangan desanya. Hal ini juga dapat diindikasikan tidak tranparannya pengelolaan keuangan desa dan bila terjadi penyimpangan masyarakat tidak akan mengetahuinya. Juga ditemukan waktu dalam membuat laporan tidak tepat waktu dan camat akan selalu menagih ke desa dan ini berulang setiap tahun. Solusinya harus ada sanksi yang tegas bagi desa apabila tidak menyampaikan kepada masyarakat dan hendaknya laporan pertanggungjawaban bisa ditempelkan ke papan-papan pengumuman yang ada di desa maupun di setiap RT serta bisa lewat media cetak atau elektronik apabila desa mampu.

6. Alokasi Dana Desa ADD

Alokasi Dana Desa ADD berasal dari APBD kabupatenkota yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang di terima oleh kabupatenkota untuk desa paling sedikit 10 . Berdasarkan hasil data di lapangan besarnya jumlah ADD untuk Desa Puro pada Tahun 2009 adalah Rp.81.015.501,- untuk Desa Saradan adalah Rp.79.330.972,- dan untuk Desa Jurangjero adalah Rp. 82.822.442,-. Besarnya ADD di masing-masing desa memang tidak sama, tergantung kondisi desa. a. Tujuan Alokasi Dana Desa cxiv Tujuan Alokasi Dana Desa adalah: 1 Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan. 2 Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat. 3 Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan. 4 Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial. 5 Meningkatkan ketrentaman dan ketertiban masyarakat. 6 Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. 7 Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat. 8 Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa BUMDesa. b. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Pengelolaan Alokasi Dana Desa merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan keuangan desa. Rumus yang dipergunakan dalam Alokasi Dana Desa adalah: 1 Azas Merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa yang sama untuk setiap desa, yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal ADDM. 2 Azas Adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa BDx yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu, misalnya kemiskinan, keterjangkauan, pendidikan dasar, kesehatan dll, selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Proporsional ADDP. Besarnya prosentase perbandingan antara azas merata dan adil adalah cxv besarnya ADDM adalah 60 dari jumlah ADD dan besarnya ADDP adalah 40 dari jumlah ADD. Pengelolaan ADD di desa disesuaikan dengan Usulan Rencana Kegiatan Desa URKD. Desa sebelum mendapatkan ADD harus membuat URKD terlebih dahulu. Pelaksanaan ADD harus sesuai dengan URKD masing-masing desa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kepala Desa A yaitu: ”ADD sudah di kelola dengan baik dan sesuai dengan URKD” Wawancara 10 Oktober 2009. Kepala Desa C juga menyatakan hal serupa, seperti yang diungkapkan yaitu: “Semua dana ADD sudah diplot sesuai dengan RAPBDesa dan URKD” Wawancara 13 Oktober 2009. Kepala Desa B juga menyatakan hal serupa bahwa ADD sudah dikelola dengan baik dan sesuai dengan URKD. c. Mekanisme penyaluran dan pencairan ADD Sesuai dengan Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dinyatakan bahwa pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam APBD kabupatenkota dianggarkan pada Bagian Pemerintahan Desa. Tetapi yang terjadi di Kabupaten Sragen ADD di kelola oleh Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Hal ini menurut Kasubag Pemerintahan Desa pada Bagian Pemerintahan dan Pertanahan Setda Kabupaten Sragen menyatakan bahwa dahulu ADD memang di kelola oleh Bagian Pemerintahan, tetapi sekarang kewenangan itu diberikan kepada Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa sesuai Peraturan Bupati Sragen cxvi Nomor 5 Tahun 2008 tentang Alokasi Dana Desa di Kabupaten Sragen. Penyaluran ADD harusnya dilakukan oleh Bagian Pemerintahan dan Pertanahan Setda Kabupaten Sragen sekarang dilakukan oleh Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Sragen. Penyaluran dilakukan langsung dari pemerintah kabupaten ke pemerintah desa. Pemerintah desa membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan keputusan kepala desa. Kepala desa mengajukan permohonan penyaluran Alokasi Dana Desa kepada bupati c.q Kepala Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Sragen melalui camat setelah dilakukan verifikasi oleh tim pendamping kecamatan. Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Sragen akan meneruskan berkas permohonan berikut lampirannya kepada Kepala Dinas Pengelola Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah DPPKAD. Kepala DPPKAD akan menyalurkan Alokasi Dana Desa langsung dari kas daerah ke rekening desa. Dengan demikian akan mengurangi alur birokrasi dan peyaluran dapat berjalan dengan baik dan tidak disalahgunakan. Mekanisme pencairan Alokasi Dana Desa dalam APBDesa dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupatenkota. Berdasarkan hasil wawancara penyaluran dan pencairan ADD di desa sudah dilakukan, hal ini sesuai dengan pernyataan Kepala Desa A yaitu: ”Jika URKD di satu wilayah kecamatan selesai, dana akan dicairkan lewat rekening desa dan ADD dari kabupaten disalurkan lewat rekening desa di BKK, tahap I realisasi 70 dan tahap II realisasi 30 di terima bendahara ADD dengan mengetahui kepala desa” Wawancara 10 Oktober 2009. cxvii Kemudian Kepala Desa C juga menyatakan yaitu: ”Semua dana yang disalurkan sesuai dengan peraturan yang ada dan harus ada LPJ yang sah, kemudian mekanisme pencairaan berdasarkan RAPBDesa sesuai dengan hasil musyawarah dan ada dua kali pencairan, yaitu dicairkan sebesar 70 pada tahap I dan pada tahap II sebesar 30 melalui rekening desa” Wawancara 13 Oktober 2009. Kepala Desa B juga menyatakan hal serupa, yaitu: ”Penyaluran ADD sudah dilakukan dan masuk kerekening desa dengan dua tahap yaitu tahap I sebesar 70 dan tahap II sebesar 30” Wawancara 12 Oktober 2009. Berdasarkan hasil wawancara di atas penyaluran ADD oleh kabupaten sudah dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap I sebesar 70 dan tahap II sebesar 30. Penyaluran ADD harusnya dilakukan melalui satu tahap karena dana dari pusat juga disalurkan melalui satu tahap, sehingga pemerintah desa tidak mengalami kesulitan dalam membuat URKD dan melaksanakan dana ADD tersebut. Berikut dapat digambarkan mekanisme penyaluran dan pencairan Alokasi Dana Desa berdasarkan temuan di lapangan: Verifikasi Tim Pendamping Kecamatan Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah DPPKAD Pemerintah Desa Membuka Rekening Kas Desa ditetapkan dgn Keputusan Kepala Desa Kepala Desa mengajukan penyaluran ADD Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten menganggarkan ADD Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten meneruskan berkas Camat Bupati, Cq ADD cxviii Gambar 14 Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Alokasi Dana Desa ADD Berdasarkan Penelitian di Lapangan Berdasarkan gambar di atas ditemukan bahwa pelaksanaan pengelolaan Alokasi Dana Desa masih belum dilaksanakan sesuai dengan Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, yaitu pengelolaan ADD masih di Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Sragen dan seharusnya ADD di kelola oleh Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Sragen sesuai amanat Permendagri. d. Pelaksanaan kegiatan Alokasi Dana Desa Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari ADD dalam APBDesa, sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Desa dengan mengacu pada peraturan bupatiwalikota. Penggunaan anggaran Alokasi Dana Desa adalah sebesar 30 untuk belanja aparatur dan operasional pemerintah desa, sebesar 70 untuk biaya pemberdayaan masyarakat. Alokasi Dana Desa sebesar 30 digunakan untuk operasional pemerintah desa, BPD, lembaga-lembaga desa antara lain digunakan untuk: 1 Biaya pengelolaan Alokasi Dana Desa. 2 Operasional penyelenggaraan pemerintahan desa untuk ATK, biaya rapat- rapat. 3 Biaya penyelenggaraan musrenbangdes. Rekening Kas Desa Pelaksanaan ADD Keterangan: Untuk garis bawah dan tebal tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. cxix 4 Biaya penyelenggaraan bulan bhakti gotong-royong. 5 Tunjangan penghasilan kepala desa dan perangkat desa terdiri dari tunjangan. jabatan dan atau tunjanganasuransi kesehatan. 6 Biaya perjalanan dinas pengelola ADD, operasional BPD dan LP2MD. 7 Penguatan kelembagaan atau operasional RTlembaga-lembaga di desa. 8 Pemeliharaan komputer. 9 Untuk mendukung program Keluarga Berencana. 10 Pengadaan buku data base desa, monografi data desa. Alokasi Dana Desa sebesar 70 untuk biaya pemberdayaan masyarakat digunakan untuk: 1 Biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil. 2 Penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDesa. 3 Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan. 4 Perbaikan lingkungan dan pemukiman. 5 Teknologi tepat guna. 6 Perbaikan kesehatan dan pendidikan. 7 Pengembangan sosial budaya. 8 Dan sebagainya yang dianggap penting. Dengan melihat URKD masing-masing desa yang diteliti memang pelaksanaan ADD sudah dilakukan dengan baik, karena apabila dalam URKD tidak disusun sesuai dengan pedoman yang ada dari kabupaten maka ADD tidak akan cair ke desa. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa semua menyatakan bahwa ADD sudah di kelola sesuai dengan aturan yang berlaku. cxx e. Pertanggungjawaban dan pelaporan ADD Pertanggungjawaban ADD terintegrasi dengan pertanggungjawaban APBDesa, sehingga bentuk pertanggungjawabannya adalah pertanggungjawaban APBDesa. Bentuk pelaporan atas kegiatan dalam APBDesa yang dibiayai dari ADD, adalah sebagai berikut: 1 Laporan berkala, yaitu: Laporan mengenai pelaksanaan penggunaan dana ADD dibuat secara rutin setiap bulannya. Adapun yang di muat dalam laporan ini adalah realisasi penerimaan ADD dan realisasi belanja ADD. 2 Laporan akhir dari penggunaan ADD mencakup perkembangan pelaksanaan dan penyerapan dana, masalah yang dihadapi dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir penggunaan ADD. Penyampaian laporan dilaksanakan melalui jalur struktural yaitu dari Tim Pelaksana Tingkat Desa dan diketahui kepala desa ke Tim Pendamping Tingkat Kecamatan secara bertahap. Tim Pendamping Tingkat Kecamatan membuat laporanrekapan dari seluruh laporan tingkat desa di wilayah secara bertahap melaporkan kepada bupati cq. Tim Fasilitasi Tingkat KabupatenKota. Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan tugas pendampingan maka Tim Pendamping dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD kabupatenkota di luar dana Alokasi Dana Desa. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa mengenai pertanggungjawaban penggunaan dana ADD. Kepala Desa A menyatakan yaitu: ”Bentuk pertanggungjawaban ADD melalui pembuatan SPJ administrasi dan gambar fisik” Wawancara 10 Oktober 2009. Kepala Desa B juga menyatakan hal serupa yaitu: cxxi ”Pertanggungjawabannya melalui SPJ dan fisik bangunan” Wawancara 12 Oktober 2009. Kepala Desa C mengungkapkan yang lain yaitu: ”Pertanggungjawaban dengan membuat kwitansi bermaterei dan ditandatangani kepala desa” Wawancara 13 Oktober 2009. Berdasarkan hasil wawancara di atas disimpulkan bahwa pertanggungjawaban penggunaan ADD sudah dilakukan dengan baik. Hal ini memang pengawasan dari dana ADD ini diawasi secara ketat oleh pemerintah kabupaten maupun oleh pemerintah kecamatan, sehingga desa akan melaksanakan dengan sebaik-baiknya penggunaan ADD ini. Mengenai pelaporan ADD Kepala Desa A menyatakan yaitu: ”Bentuk laporan ADD dilakukan secara tertulis” Wawancara 10 Oktober 2009. Kemudian Kepala Desa C mengungkapkan yaitu: ”Laporan berbentuk buku yang bertanggungjawab sekerataris ADD, bendahara ADD dan kepala desa” Wawancara 13 Oktober 2009. Kepala Desa B menyatakan pendapatnya yaitu: ”Laporan dilaporkan ke camat dan diteruskan ke Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa” Wawancara 13 Oktober 2009. Berdasarkan hasil wawancara di atas pelaporan yang dilakukan oleh kepala desa dilakukan secara tertulis ke camat dan diteruskan ke Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Sragen dan hal ini rutin dilakukan. f. Pembinaan dan pengawasan Alokasi Dana Desa Pemerintah provinsi wajib mengkoordinir pemberian dan penyaluran Alokasi cxxii Dana Desa dari kabupatenkota kepada desa. Pemerintah kabupatenkota dan camat wajib membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Pembinaan dan pengawasan pemerintah kabupatenkota meliputi: 1 Memberikan pedoman dan bimbingan pelaksanaan ADD. 2 Memberikan bimbingan dan pelatihan dan penyelenggaraan keuangan desa yang mencakup perencanaan dan penyusunan APBDesa, pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBDesa. 3 Membina dan mengawasi pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset desa. 4 Memberikan pedoman dan bimbingan pelaksanaan administrasi keuangan desa. Pembinaan dan pengawasan camat meliputi: 1 Memfasilitasi administrasi keuangan desa. 2 Memfasilitasi pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan asset desa. 3 Memfasilitasi pelaksanaan ADD. 4 Memfasilitasi penyelenggaraan keuangan desa yang mencakup perencanaan dan penyusunan APBDesa, pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBDesa. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa dapat disimpulkan bahwa pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan ADD sudah dilakukan oleh kabupaten dan kecamatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kepala Desa C yaitu: “Ada pembinaan dari kecamatan untuk kelancaran pelaksanaan ADD” Wawancara 13 Oktober 2009. Kemudian juga ditanyakan apakah pembinaan dari kabupaten juga cxxiii dilakukan secara rutin. Kepala Desa C juga menyatakan yaitu: ”Ada, dari Bawasda membina dan membimbing supaya tertib dalam pelaksanaan dan administrasinya” Wawancara 13 Oktober 2009. Kepala Desa A juga mengungkapkan yaitu: ”Ada pembinaan dari kecamatan satu bulan setelah pencairan ADD” Wawancara 10 Oktober 2009. Kemudian pembinaan dan pengawasan dari kabupaten, Kepala Desa A juga menyatakan yaitu: ”Ada, satu tahun sekali dari Badan KBPMD serta dari Bawasda” Wawancara 10 Oktober 2009. Desa Saradan juga menyatakan hal serupa melalui Kepala Desa B yaitu: ”Pembinaan dari kecamatan dan kabupaten rutin dilakukan yaitu dari Pak Camat dan dinas pemberdayaan serta dari bawasda” Wawancara 12 Oktober 2009. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh kabupaten maupun oleh kecamatan sudah dilakukan sesuai aturan yang berlaku. cxxiv

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan sistem keuangan desa di Kabupaten Sragen belum dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, antara lain sebagai berikut: a. Belum terbentuknya bendahara desa secara legal melalui keputusan kepala desa, selama ini bendahara desa dirangkap oleh kaur keuangan atau kaur umum. b. Desa belum melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RPJMDesa dan Rencana Kerja Pembangunan Desa RKPDesa, sehingga arah pembangunan desa belum terlihat jelas untuk jangka waktu 1 tahun dan jangka waktu 5 tahun ke depan. c. Pengelolaan Alokasi Dana Desa ADD di Kabupaten Sragen yang mengelola adalah Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, seharusnya dikelola oleh Bagian Pemerintahan dan Pertanahan Sekretariat Daerah Kabupaten Sragen.