Azas dan prinsip pengelolaan keuangan desa

xxxiii Gambar 3 Lingkup Sistem Pengelolaan Keuangan Desa

2. Azas dan prinsip pengelolaan keuangan desa

Menurut Peraturan Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007, keuangan desa di kelola berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Menurut Peraturan Bupati Sragen Nomor 47 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan APBDesa yang di maksud transparan dalam pengelolaan APBDesa adalah APBDesa yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat, mulai dari tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenisobjek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Akuntabilitas mempunyai arti bahwa setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Akuntabilitas dalam pengelolaan APBDesa dapat diartikan bahwa APBDesa dapat membantu pemerintahan desa dalam memperoleh kepercayaan masyarakat dengan memperlihatkan hasil yang baik dari pendapatan yang diterima. Partisipatif hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBDesa sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat, dengan demikian maka masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBDesa. Menurut Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 140161SJ tentang Pedoman xxxiv Umum Pengelolaan Keuangan Desa yang di maksud partisipatif adalah pengawasan dilakukan masyarakat sebagai bentuk partisipasi warga dalam menyelenggarakan pemerintahan. Tertib anggaran dalam pengelolaan keuangan desa adalah keuangan desa dikelola dalam masa 1 tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember Permendagri 37 Tahun 2007. Menurut Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 140161SJ Pedoman Umum Pengelolaan Keuangan Desa, disiplin anggaran dalam pengelolaan keuangan desa yang perlu diperhatikan guna penyusunan anggaran di desa adalah: a. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. b. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi anggarannya. c. Semua penerimaan dan pengeluaran dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBDesa dan dilakukan melalui rekening kas umum desa. Mardiasmo 2002 mengemukakan prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai berikut, antara lain transparansi, akuntabilitas dan value for money. Transparansi memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran xxxv karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Akuntabilitas menyangkut pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Value for money berarti diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran yaitu ekonomis, efisien dan efektivitas.

3. Kekuasaan pengelolaan keuangan desa