RPJMDe Kebijaka Formulir Dokumen Kwitansi Catatan

lxxi Berikut dapat digambarkan berdasarkan hasil wawancara di lapangan mengenai sistem pengelolaan keuangan desa yang dilaksanakan dari desa yang diteliti, ditemukan beberapa hal yang tidak dilaksanakan oleh desa. hal ini tergambar dari bagan sebagai berikut: Output: APBDesa ditetapkan dengan peraturan desa Proses: Pelaksanaan Pelaporan dan Pertanggungjawab Sistem Keuangan Desa Pelaksanaan Penatausahaan Pelaporan Pertanggungjawab anan Pengawasan Evaluasi Pengendalian Perencanaan Penganggaran Input:

1. RPJMDe

sa 2. RKPDes a 3. Musrenb angdes 4. Kinerja masa lalu

5. Kebijaka

Proses: 1. Kebijaka n Umum APBDesa 2. Proiritas Plafon anggaran sementara 3. Kegiatan anggaran Input: APBDesa Proses: Penatausahaan Akuntansi Yang terdiri dari:

1. Formulir

2. Dokumen

3. Kwitansi

4. Catatan

Output: Hasil Kerja Input: Hasil Kerja dari Pelaksanaan APBDesa Ouput: Pelaporan dan Pertanggungjawab an APBDesa Laporan terdiri dari: 1. Bulanan. Output: Hasil Kerja Proses: Laporan APBDesa Dievaluasi oleh Input: Laporan APBDesa Keterangan: Untuk yang bergaris bawah tidak dilaksanakan sesuai aturan yang lxxii Gambar 10 Lingkup Sistem Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan gambar di atas, dapat disimpulkan yaitu pertama, mengenai perencanaan dan penganggaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RPJMDesa, Rencana Kerja Pembangunan Desa RKPDesa serta kebijakan pemerintah yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD tidak pernah dijadikan pedoman. Pembangunan di desa selama ini hanya sesuai kebutuhan yang ada pada saat di susun anggaran. Dampak tidak dilaksanakannya RKPDesa adalah tidak adanya arah yang jelas untuk pembangunan desa dalam 1 tahun mendatang dan tidak dilaksanakan RPJMDesa juga berdampak pada tidak jelasnya arah pembangunan desa dalam 5 tahun mendatang. Solusi tidak disusunnya RKPDesa adalah pemberian sanksi oleh pemerintah kabupaten, misalnya menunda dana dari kabupaten yang diberikan untuk desa dan akan dicairkan apabila desa sudah menyusun RKPDesa. Kemudian solusi tidak disusunnya RPJMDesa adalah RPJMDesa dijadikan salah satu syarat administrasi yang wajib dipenuhi dalam pencalonan kepala desa sebelum proses pemilihan kepala desa. Kedua, mengenai pelaksanaan dan penganggaran dari ketiga desa, Desa Puro untuk penatausahaan lebih baik dibandingkan dengan Desa Jurangjero dan Desa Saradan. Desa Puro mengenai formulir, dokumen dan kwitansi sudah berjalan walaupun belum baik dan data di atas juga belum lengkap. Desa lxxiii Jurangjero dan Desa Saradan mengenai formulir, dokumen dan kwitansi baru di cacat dan direkap setelah satu bulan berjalan dan saat diminta membuat laporan baru semuanya berusaha direkap. Hal ini akan berdampak tidak akuratnya laporan dari pengelolan keuangan desa tersebut. Solusi dari hal ini adalah hendaknya kepala desa proaktif dalam memantau pemasukan dan pengeluaran keuangan desa serta pihak kecamatan dan kebaupaten selalu melakukan pembinaan ke desa mengenai pengelolaan keuangan desa. Ketiga, mengenai pelaporan dan pertanggungjawaban, laporan bulan dan tahunan saja yang sudah dilaksanakan, untuk laporan semesteran tidak dilaksanakan oleh ketiga desa tersebut. Mengenai laporan pertanggungjawaban masih ditemukan keterlambatan penyampaian laporan dari desa kepada kecamatan maupun kepada kabupaten. Hal ini akan mengurangi akuntabilitas dari laporan pertanggungjawaban keuangan tersebut. Solusinya adalah pertama, dibuat laporan harian dan mingguan serta perangkat desa selalu melaporkan kepada kepala desa dan diteruskan kepada camat. Kedua, kabupaten dan kecamatan wajib memberikan sanksi apabila terjadi keterlambatan dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan desa. Keempat, mengenai pengawasan dan evaluasi, ditemukan bahwa dari pihak desa masih terlambat mengirimkan laporan pengelolaan keuangan desa, sehingga kecamatan juga akan terlambat dalam mengirimkan laporan ke kabupaten, sehingga pihak kabupaten dan pihak kecamatan akan terlambat dalam mengevaluasinya. Hal ini dikarenakan perangkat desa kurang memperhatikan waktu dalam membuat laporan dan tidak adanya sanksi yang tegas dari kabupaten lxxiv atau kecamatan mengenai keterlambatan laporan keuangan tersebut. Akibat dari hal ini adalah perangkat desa masih mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan desa. Solusinya yaitu kabupaten maupun kecamatan selalu melakukan pengawasan disertai evaluasi yang rutin dan berkala, misalnya dari kecamatan dilakukan 1 bulan sekali dan di kabupaten bisa dilakukan 3 bulan atau 6 bulan sekali, tidak 1 tahun sekali seperti yang selalu ini terjadi.

2. Asas pengelolaan keuangan desa