commit to user
348.731 wisatawan pada tahun 2009 Data Kunjungan Wisatawan Nusantara di Obyek Wisata Jawa Tengah Tahun 2011.
Dalam hal ini, kawasan wisata Pengging turut menyumbang 80.167 wisatawan yang berkunjung selama tahun 2011. Hal tersebut semakin menegaskan
bahwa kawasan wisata Pengging mempunyai potensi yang besar untuk dijadikan obyek wisata andalan Kabupaten Boyolali Disparbud Kabupaten Boyolali :Laporan
Akhir Pembuatan Buku Petunjuk Potensi Pariwisata Boyolali. 2011.
B. Sejarah Pengging
1. Asal Mula Pengging.
Menurut buku Pustaka Raja, hasil karya pujangga besar Ranggawarsito III yang hidup pada tahun 1802
– 1875 dalam buku menyebutkan adanya suatu yang bernama Pengging, dan didirikan oleh Prabu Kusumo Wicitro pada awal tahun
Surya 9021026 Masehi. Negara tersebut bernama Negara Witaraga. Karena cerita-cerita dalam buku ini buku Pustaka Raja belum dikenal masyarakat luas
pada waktu itu.
Dalam cerita rakyat terdapat pula nama Pengging, misalnya cerita tentang Candi Prambanan, yang menceritakan candi tersebut ciptaan seorang anak Raja
Pengging yang bernama Bandung Bondowoso. Meskipun cerita ini hanya merupakan dongeng sebelum bobok atau tidur anak
– anak kecil, tetapi cerita ini
membuktikan bahwa Negara Pengging dahulu benar-benar ada.
commit to user
Pengging mulai tercantum dalam sejarah baru semenjak negara Majapahit mengalami kemunduran dan akhirnya tenggelam sama sekali. Kemunduran ini
akibat masuknya Islam pada waktu itu, yang dibawa oleh kaum pedagang. Dan Islam masuk Majapahit begitu pesat dan penyebarannya mulai dari pedesaan
sampai ke kota raja.
Pada waktu itu Pengging termasuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit yang dikepalai oleh seorang Adipati. Daerah Kabupaten kurang lebih hanya
seluas karesidenan di Jawa sekarang sedang wewenang seorang Adipati jauh lebih luas dari pada seorang Gubernur sekarang ini. Adipati Pengging pada waktu itu
adalah Hadayaningrat ke VIII, isteri beliau putra Prabu Brawijaya V Raja Majapahit yang bernama Ratu Pembayun.
Dalam masa jayanya Adipati Hadayaningrat ke VIII, bersama Adipati Ponorogo Batara Katong mengadakan musyawarah untuk mengatasi keadaan
tentang datangnya tamu-tamu asing yang mengganggu ketentraman masyarakat dan untuk menyerang Demak dengan maksud mendahuluinya, sebelum
menyerang Majapahit.
Perlu diketahui Bahwa Adipati Demak dan Adipati Ponorogo Batara Katong masih bersaudara kakak dan adik adalah putra Prabu Brawijaya V
Majapahit. Rencana penyerangan ini ternyata diketahui oleh Prabu Brawijaya V dan
mengutus kedua prajurit untuk datang ke Pengging dengan membawa surat yang bermaksud agar rencana penyerangan ke Demak dibatalkan. Setelah membaca
surat yang dibawa kedua prajurit Majapahit dan tahu maksudnya, maka Adipati
commit to user
Ponorogo batara katong kembali ke Ponorogo, sedang situasi masih dalam keadaan yang pergolakan Adipati Handayaningrat VIII wafat dan jenazahnya
dimakamkan di Dukuh Malangan, Kalurahan Dukuh Kecamatan Banyudono sekarang. Dan merupkan seorang Adipati Pengging yang pertama kali memeluk
agama Islam, sedang para adipati sebelumnya memeluk agama Hindu, maka dukuh Malangan merupakan satu-satunya makam Adipati Pengging yang beraga
Islam. Adipati Handayaningrat mempunyai dua putra yaitu Raden Kebokenongo
dan Kebokanigo. Raden Kebokenongo inilah yang menggantikan Adipati Handayaningrat ke VIII, dan gelarnya Handayaningrat ke XI, tetapi ia terkenal
dengan sebutan Kyai Kebokenongo.
Setelah kerajaan Majapahit jatuh, kedaulatan dipegang oleh Adipati Demak Raden Patah yang kemudian bergelar dengan sebutan Sultan Syah Akbar. Tetapi
Adipati Pengging tidak mau mengakui berdirinya Kasultanan Demak Bintoro. Menurut riwayat dan cerita yang ada Kyai Kebokenongo atau Handayaningrat XI,
diminta meninggalkan Pengging dan dilaporkan kepada Sultan Demak Bintoro, bahwa Kyai Kebokenongo telah meninggal, sedangkan makamnya berada di
Dukuh Gedong yang sekarang termasuk wilayah Kalurahan Jembungan Kecamatan Banyudono.
Kyai Ageng Kebokenongo hanya meninggalkan seorang putra yang masih kecil bernama Mas Karebet. Satu-satunya orang yang berhak menggantikan
sebagai Adipati Pengging ialah Kyai Kebokenongo, tetapi beliau sudah dahulu meninggalkan tempatdaerah Pengging. Sehingga Pengging terpaksa kosong tidak
commit to user
mempunyai Adipati. Sepeninggalnya Kyai ageng Kebokenongo, Mas Karebet diasuh oleh Nyai Ageng Hadipurwo di desa Tingkir. Setelah dewasa, ia berguru
kepada Syech Abdurrachman di Sala. Setelah merasa cukup ilmunya ia pergi ke Demak melamar pekerjaan menjadi seorang prajurit, yang akhirnya diangkat
menjadi Senopati Disparbud Kabupaten Boyolali : Selayang Pandang Boyolali. 1997 .
2. Nama Pengging Dilupakan Oleh Masyarakat