Pembangunan Kembali Pesanggrahan Pengging oleh Sri Pakubuwana ke IX.

commit to user 4. R.T. Sastronegoro R. Ng. Yosodipiro II Pujangga Surakarta. 5.

R. Ng. Atmowarsito.

6. Bagus Burhan R. Ng. Ronggowarsito Pujagga Surakarta. Disparbud Kab. Boyolali : Sejarah Pengging. 2001 .

4. Pembangunan Kembali Pesanggrahan Pengging oleh Sri Pakubuwana ke IX.

Pada abad ke XIX, Sri Pakubuwana ke IX sering berkunjung ke Pengging. Kedatangan beliau ke Pengging untuk berziarah dan beristirahat. Selama di Pengging beliau bermalam di rumah orang Belanda yang bernama Van Zaaten, seorang pimpinan perusahaan perkebunan yang berkedudukan di Pengging. Hal sermacam itu diraskan merepotkan tuan rumah, maka Sri Pakubuwana IX mambangun pasangrahan yang diberi nama “Pesanggrahan Ngeksi Purna”, letaknya di sebelah selatan masjid. Untuk melengkapi Pengging sebagai tempat rekreasi dan peristirahatan oleh Sri Pakubuwana IX dibagun pula masjid Karangduwet, menurut cerita didirika oleh almarhum Raden Tumenggung Padmonegoro pada waktu masih bernama Kyai Zainal Abidin. Pembangunan masjid ini baru dapat diselesaikan pada tahun 1908 dan diberi nama masjid Ciptomulyo. Pada waktu peresmiannya Sri Pakubuwana IX berkenan menghadiri dan mengikuti sholat Jumat tujuh kali berturut – turut. Makam Ngaliyan yang terletak di belakang masjid Ciptomulyo adalah makamnya Raden Ngabei Yosodipuro , Raden Tumenggung Hamongprojo dan pejabat maupun para bengsawan. Tempat makam tersebut juga dibangun dan diberi nama Astana Luhur. Di muka masjid didirikan sebuah madrasah yang commit to user diberi nama Nambaul Ulum, sekarang telah diurusi Dinas Pendidikan Agama dirubah menjadi Madrassh Ibtidaiyah. Pasar Pengging yang terletak di Desa Taman, kemudian dipindahkan di muka pesanggrahan sebelah selatan Madrasah. Di sebelah selatan pesanggrahan dibangun kolam atau pemandian. Satu kolam untuk keluarga Sri Pakubuwana dan yang lainnya untuk pemandian umum. Disekitar kolam dibangun taman yang sangat indah dan diberi beberapa binatang yang dipelihara oleh pengikut Sri Pakubuwana pada waktu itu. Demikianlah usaha – usaha yang dirintis Sri Pakubuwana ke IX pada awal abad ke XX di Pengging yang sekarang dilanjutkan pembangunannya oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali . Tempat – tempat pemandian yang ada dipugar kembali menjadi lebih bagus Disparbud Kabupaten Boyolali : Selayang Pandang Boyolali.1997 . commit to user

BAB III KAWASAN WISATA PENGGING

A. Obyek Wisata Pemandian Umbul di Kawasan Wisata Pengging

1. Pemandian Umbul Pengging Tirto Marto .

Tirto marto berasal dari bahasa Jawa, Tirto yang artinya air atau umbul dan Marto yang berarti jernih, jadi Tirto Marto beratri air jernih. Obyek wisata umbul Pengging terletak di desa Dukuh, Kecamatan Banyudono. Kabupaten Boyolali, 12 km dari kota Boyolali dan 17 km dari kota Surakarta, dengan luas 1.5 Ha, yang merupakan milik PEMDA Boyolali. Sejak abad ke 20 Pemandian Umbul Pengging dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, tetapi mulai awal bulan Januari 2012 pengelolaan Umbul Pengging diserahkan kepada pihak ke 3 yaitu di bawah pengelolaan CV. Win – Win yang mengontrak Umbul Pengging selama 3 tahun masa percobaan, berkisar Rp. 272.000.000 per tahun. Pemerintah Kabupaten Boyolali menyerahka kepada pihak ke 3, karena dengan hal itu akan menguntungkan pemerintah Kabupaten Boyolali yang setiap tahunnya mendapat pendapatan sebesar Rp. 272.000.000. Pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki perekonomian Kabupaten Boyolali. Harga retribusi di Umbul Pengging yang menentukan juga pemerintah Kabupaten Boyolali walaupun pengelolaannya sudah diserahkan kepada pihak ke 3. Wawancara dengan bapak Agus Purwanto Disparbud 7 Mei 2012 . 32