Museum – Museum Monumen Sebagai Objek Wisata Budaya di

C. Museum – Museum Monumen Sebagai Objek Wisata Budaya di

Yogyakarta Yogyakarta menyimpan banyak potensi wisata di dalamnya. Selain pesona alam yang indah, Yogyakarta juga memiliki banyak bangunan-bangunan dan benda-benda peninggalan sejarah yang disimpan di beberapa museum yang ada di Yogyakarta. Museum-museum di Yogyakarta menyimpan bukti perjalanan budaya Jawa dan bukti- bukti sejarah nasional. Monumen-monumen yang melambangkan kegagahan dan patriotisme bangsa Indonesia. Berikut beberapa museum dan monumen yang ada di Yogyakarta : 1. Monumen Yogya Kembali Monumen yang terletak di Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kapubaten Sleman ini berbentuk gunung, yang menjadi perlambang kesuburan juga mempunyai makna melestarikan budaya nenek moyang pra sejarah. Nama Monumen Yogya Kembali merupakan perlambang berfungsinya kembali Pemerintahan Republik Indonesia dan sebagai tetengger sejarah ditarik mundurnya tentara Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta. Museum ini menyajikan koleksi antara lain 1.000 koleksi tentang Serangan Satu Maret, di ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang memuat 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949 serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak diketahui namanya, seragam Tentara Pelajar dan kursi tandu Panglima Besar Jenderal Sudirman yang masih 26 tersimpan rapi di sana. Sementara itu jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga menuju lantai dua pada dinding luar yang melingkari bangunan terukir 40 relief yang menggambarkan peristiwa perjuangan bangsa mulai dari 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949 Barahmus DIY, 2001 : 9 Di Monumen Yogya Kembali Lantai teratas merupakan tempat yang paling menarik yang disebut Ruangan Garbha Graha. Ruangan ini merupakan tempat hening yang berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang bendera yang dipasangi bendera merah putih di tengah ruangan, relief gambar tangan yang menggambarkan perjuangan fisik pada dinding barat dan perjuangan diplomasi pada dinding timur. Ruangan Garbha Graha itu berfungsi sebagai tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi perjuangan mereka. 2. Museum Sonobudoyo Museum Sonobudoyo beralamat di Jl. Trikora No. 6 Yogyakarta 55122. Museum ini mempunyai koleksi budaya telengkap kedua setelah museum utama di Jakarta. Museum Sonobudoyo sarat simpanan benda-benda yang bermakna etnografi dan arkeologi dari wilayah-wilayah kebudayaan Cirebon, Jawa Tengah, Yogyakarta, Solo, Jawa Timur, Madura, Bali dan Lombok. Koleksi tersebuat antara lain: sekitar 1200-an koleksi keris, keramik dari jaman Neolithik, dan bebagai macam peninggalan dari abad ke-8, 9 dan 10 yang berupa topeng dan wayang, gamelan, senjata-senjata kuno, dan beberapa benda budaya dari Bali. Museum ini juga mempunyai koleksi buku-buku kuno tentang budaya Jawa Tontje Tnunay, 1991 : 98 27 Koleksi dari museum ini yang paling menarik adalah koleksi batik. Koleksi batik yang berada di ruang batik menyajikan berbagai motif batik daerah pesisiran Cirebon, Pekalongan, Lasem, Rembang dan Pedalaman Yogyakarta dan Surakarta . Batik yang dipamerkan antara lain batik motif Sidomukti, Gringsing, Merak Kenjer, Jago Cirebon, kain Pradan, kain Simbar, kain Bleg Ketupat, dan sebagainya. 3. Museum Affandi Museum Affandi yang terletak di Jalan Raya Yogyakarta-Solo, di Jl. Laksda Adisutjipto 167 Yogyakarta 55281 atau tepatnya tepi barat Sungai Gajah Wong. Museum Affandi dulunya merupakan kediaman sang maestro yang dibuka secara pribadi oleh Affandi sejak tahun 1962 dan diresmikan tahun 1974. Kompleks museum terdiri dari 3 buah galeri yang menyimpan berbagai koleksi antara lain lukisan-lukisan Affandi yang berjumlah kurang lebih 300 buah, sejumlah barang berharga semasa Affandi hidup, alat transportasi yang dipakainya dahulu, bangunan rumah yang ditempati Affandi dan lukisan-lukisan karya pelukis lainnya Basuki Abdullah, S Sunjoyono, Rendra, Bagong Kusudiharjo, Barli,Wahdi, Popo Iskandar yang berupa karya lukis pahat dan patung Barahmus DIY, 2001 : 29 Koleksi yang paling menarik adalah mobil Colt Gallan tahun 1976 yang berwarna kuning kehijauan yang dimodifikasi sehingga menyerupai bentuk ikan. 4. Museum Dirgantara Mandala Museum Dirgantara Mandala terletak di ujung utara Kabupaten Bantul perbatasan dengan Kabupaten Sleman, tepatnya di komplek Pangkalan Udara TNI AU Adi Sucipto Yogyakarta. Keberadaan Museum Dirgantara Mandala adalah untuk 28 mengabadikan dan mendokumentasikan segala kegiatan dan peristiwa bersejarah bagi TNI AU. Museum Dirgantara Mandala ini banyak menampilkan sejarah kedirgantaraan bangsa Indonesia serta sejarah perkembangan angkatan udara Republik Indonesia. Bangunan Museum dibagi atas Ruang Utama, Ruang Kronologi, Ruang Alutsita Udara, serta Ruang SKSD Palapa. Selain koleksi dalam bentuk dioramaterdapat juga koleksi lain seperti lukisan berbagai pesawat terbang TNI AU dari tahun 1945 sampai sekarang, foto-foto pimpinan TNI AU dari tahun 1946 sampai 1986, lambang-lambang TNI AU dan sejumlah buku yang disimpan diperpustakaan Tontje Tnunay, 1991 : 143 Koleksi yang paling menarik adalah replika pesawat Dakota VT CLA milik penerbangan India yang ditembak jatuh di Bantul oleh pesawat pemburu Kittyhawk milik Belanda ketika hendak mendarat di Maguwo Yogyakarta. 5. Tugu Jogja Tugu Jogja merupakan landmark Kota Yogyakarta yang paling terkenal. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu Jogja yang berusia hampir 3 abad memiliki makna yang dalam sekaligus menyimpan beberapa rekaman sejarah kota Yogyakarta. Tugu Jogja kira-kira didirikan setahun setelah Kraton Yogyakarta berdiri. Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti , semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig silinder dan puncaknya berbentuk golong bulat, sehingga 29 disebut Tugu Golong-Gilig. Ketinggian bangunan tugu pada awalnya mencapai 25 meter. Semuanya berubah pada tanggal 10 Juni 1867. Gempa yang mengguncang Yogyakarta saat itu membuat bangunan tugu runtuh. Keadaan benar-benar berubah pada tahun 1889, saat pemerintah Belanda merenovasi bangunan tugu. Tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan juga menjadi lebih rendah, hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itu, tugu ini disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih. Perombakan bangunan itu sebenarnya merupakan taktik Belanda untuk mengikis persatuan antara rakyat dan raja. Namun, melihat perjuangan rakyat dan raja di Yogyakarta yang berlangsung sesudahnya, bisa diketahui bahwa upaya itu tidak berhasil http: Tugu Jogja, Landmark Kota Jogja yang Paling Terkenal.htm diakses tanggal 11 Mei 2010 pukul 13.18 WIB

BAB III POTENSI MUSEUM BENTENG VREDEBURG