Program kerja museum Benteng Vredeburg dalam meningkatan wisatawan 5082

(1)

PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG VREDEBURG

DALAM MENINGKATAN WISATAWAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

Oleh :

IKA SETIA PAMBUDI C9407045

DIII USAHA PERJALANAN WISATA

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul Laporan Tugas Akhir : PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG VREDEBURG DALAM MENINGKATAN WISATAWAN

Nama Mahasiswa : Ika Setia Pambudi.

NIM : C9407045

Menyetujui,

Disetujui Disetujui Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Suharyana, M.Pd Riyanto Soehardi, B.Sc


(3)

PENGESAHAN PANITIA PENGUJI

Judul Laporan Tugas Akhir : PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG VREDEBURG DALAM MENINGKATAN WISATAWAN

Nama Mahasiswa : Ika Setia Pambudi.

NIM : C9407045

Tanggal Ujian : 30 Juli 2010

DITERIMA DAN DISETUJUI OLEH PANITIA PENGUJI Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd (……….) Ketua

Insiwi Febriary Setiasih, SS,MA (……….) Sekretaris

Drs. Suharyana, M.Pd (……….)

Penguji I

Riyanto Soehardi, B.Sc (……….)

Penguji II

Dekan

Drs. Sudarno, M.A NIP. 195303141985061001


(4)

MOTTO

Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi ( derajatnya ) jika kamu benar orang-orang yang beriman.

( QS. Al Imron : 139 )

The process is more important than the result ( the most important thing is the process, not the result ).

( Penulis )


(5)

PERSEMBAHAN

Sepenuh hati dan penuh rasa ikhlas, kupersembahkan tulisan sederhanaku ini untuk :

1. Ibuku tercinta yang kini berada di sisi Ilahi, semoga tulisan ini menjadi amal kebaikanmu.

2. Ayahku tersayang, atas doa dan semangatmu untukku. 3. Kakakku Mbak Yanti dan Mas Yuli dan keponakanku

Zahra untuk kasih sayang dan motivasinya.

4. Mas Langgeng atas segala kasih sayang dan motivasinya.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi guna menyelesaikan program studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini namun berkat bantuan berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Sudarno, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Drs. Suharyana, M.Pd selaku Ketua Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata serta selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan petunjuk, saran-saran dan pengarahan yang berharga sehingga memperlancar penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Riyanto Soehardi, B.Sc selaku Pembimbing II yang turut pula memberikan bimbingan dan pengarahannya sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S,M.Hum selaku Pembimbing Akademik yang selama ini telah memberikan nasihat dan arahannya yang berharga bagi penulis.


(7)

5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ilmunya.

6. Ibu Dra. Sri Ediningsih, M. Hum selaku Kepala Museum Benteng Vredeburg yang telah berkenan memberikan izin dan membantu pelaksanaan penelitian.

7. Bapak Suseno, Bapak M. Rosyd Ridlo, ibu Dra. Amin Sukrilah, dan segenap karyawan Museum Benteng Vredeburg yang telah banyak memberi informasi dan bimbingannya.

8. Sahabatku Oky, Riana, Ria, Santi, Nurma, Ganis, dan Mayar terima kasih atas dukungan dan kenangan suka duka selama ini.

9. Teman-teman DIII UPW angkatan 2007 atas kekompakan dan motivasinya.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang turut membantu dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karena penulis menerima kritik dan saran yang membangun bagi penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Walaupun disadari masih banyak kekurangan dalam laporan ini, namun diharapkan laporan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pariwisata.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

vi i


(8)

ABSTRAK

Ika Setia Pambudi, C9407045. 2010. PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG VREDEBURG DALAM MENINGKATKAN WISATAWAN. Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) potensi Museum Benteng Vredeburg bagi wisata budaya di Yogyakarta, (2) pengembangan program-program kerja di Museum Benteng Vredeburg dalam meningkatkan wisatawan.

Sejalan dengan penelitian tersebut maka penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis diskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan disajikan secara diskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai potensi wisata budaya yang patut dikembangkan. Wisatawan dapat melihat dan menikmati sejarah perjuangan bangsa dalam bentuk diorama-diorama dan benda-benda museum baik realia maupun replika. Museum Benteng Vredeburg dalam mengembangkan potensi Museum Benteng Vredeburg mengadakan program-program kerja baik di dalam maupun di luar area Museum Benteng Vredeburg.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa (1) Museum Benteng Vredeburg merupakan museum yang menempati bangunan bersejarah yang dibangun oleh Belanda di Yogyakarta selama masa kolonial di mana nilai-nilai luhur banyak terkandung didalamnya. Museum Vredeburg juga merupakan bangunan cagar budaya yang terdiri dari pintu gerbang, pavilion, barak prajurit, tembok benteng, dan gedung pengapit. Museum ini juga menyajikan banyak mengoleksi benda-benda sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan koleksi tersebut terdiri dari koleksi diorama, realia dan replika. Benda-benda yang menjadi koleksi museum Vredeburg merupakan tempat pelestarian seni budaya, yang dapat dilihat dari berbagai kegiatan antara lain penyelamatan benda-benda bernilai sejarah dan budaya, serta perawatan benda bernilai sejarah agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan generasi penerus bangsa; (2) pengembangan program-program kerja di Museum Benteng Vredeburg dalam meningkatkan wisatawan beraneka ragam. Mulai dari pameran keliling, museum masuk sekolah, travel dialog, kemah budaya, wisata sepeda onthel, seminar sampai pameran temporer. Secara umum semua program tersebut mempunyai tujuan untuk meningkatkan wisatawan serta menumbuhkan rasa cinta terhadap nilai-nilai sejarah bangsa.


(9)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK ... vii

i DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kajian Pustaka ... 4

F. Metode Penelitian ... 17

G. Teknik Analisis Data... 19

H. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II. GAMBARAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ... 21

A. Sekilas Tentang Yogyakarta ... 21

B. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta ... 23

C. Museum-Museum (Monumen) Sebagai Objek Wisata Budaya di Yogyakarta... 25

BAB III. POTENSI MUSEUM BENTENG VREDEBURG... 30

A. Letak Museum Benteng Vredeburg ... 30

B. Sejarah Berdirinya Benteng Vredeburg Yogyakarta ... 30

C. Penetapan Benteng Vredeburg Sebagai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta ... 36


(10)

D. Komplek Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta... 38

E. Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta ... 48

F. Cara Perawatan Benda-Benda Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta... 53

BAB IV PENGEMBANGAN PROGRAM KERJA DAN UPAYA PENINGKATAN WISATAWAN MUSEUM BENTENG VREDEBURG YOGYAKARTA ... 54

A. Potensi Objek dan Daya Tarik Museum Benteng Vredeburg dilihat dari Pendekatan 4A ... 54

B. Pengelolaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta ... 63

C. Program-Program Kerja di Museum Benteng Vredeburg dalam meningkatkan Wisatawan ... 65

BAB IV. PENUTUP... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA... 75


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Narasumber Lampiran ... 76

Lampiran 2 : Surat Keterangan... 77

Lampiran 3 : Struktur Organisasi dan Tata Kerja Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta... 78

Lampiran 3 : Peta Lokasi Museum Benteng Vredeburg ... 80

Lampiran 4 : Peta Wisata Yogyakarta... 81

Lampiran 5 : Gambar pintu masuk dan bangunan museum ... 82

Lampiran 6 : Gambar bangunan dan halaman museum ... 83

Lampiran 7 : Gambar bangunan dan wawancara dengan narasumber ... 84

Lampiran 8 : Gambar Koleksi Diorama ... 85

Lampiran 9 : Gambar Koleksi Diorama ... 86

Lampiran 10 : Gambar Koleksi Diorama ... 87

Lampiran 11 : Gambar koleksi replika senjata... 88

Lampiran 12 : Gambar realia peralatan rumah sakit dan meja tamu... 89

Lampiran 13 : Gambar realia mesin jahit dan kendhil ... 90

Lampiran 14 : Gambar replika kunci batu dan realia topi baja ... 91

Lampiran 15 : Gamabar realia mesin ketik dan tempat tidur ... 92

Lampiran 16 : Gambar gerbang belakang dan pintu selatan ... 93

Lampiran 17 : Gambar FKY 2010 di Museum ... 94 x


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke sehingga Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan dan tradisi. Indonesia juga terkenal akan pesona alamnya yang mengagumkan yang menyimpan berjuta hal menarik di dalamnya yang mampu menunjang bagi sektor pariwisata.

Banyak pihak yang berharap bahwa sektor pariwisata akan mampu menjadi pengganti pemasok devisa utama setelah peran migas karena pariwisata adalah salah satu industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, meliputi industri klasik yang meliputi industri kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan transportasi juga dipandang sebagai industri yang menunjang bagi dunia pariwisata.

Pengembangan pariwisata nusantara dilaksanakan sejalan dengan upaya memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional. Terutama dalam bentuk penggalakan pariwisata remaja dan pemuda dengan lebih meningkatkan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kepariwisataan.

Salah satu propinsi yang memliki potensi wisata adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terletak disebelah selatan propinsi Jawa Tengah. Yogyakarta adalah salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki beranekaragam kebudayaan yang terwujud dalam bentuk objek maupun atraksi wisata. Yogyakarta juga dikenal sebagai 1


(13)

Kota Pelajar, kota seni, dan pariwisata serta Kota Budaya yang senantiasa menjaga dan mempertahankan adat-istiadatnya.

Propinsi Yogyakarta memiliki 5 wilayah yaitu Kota Yogyakarta yang merupakan pusat pemerintahan, kabupaten Sleman dengan pusat pemerintahan di Beran, kabupaten Gunung Kidul dengan pusat pemerintahan di Wonosari, Kabupaten Bantul dengan pusat pemerintahan di Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo dengan pusat pemerintahan di Wates.

Salah satu objek wisata yang terkenal di Yogyakarta adalah Museum Benteng Vredeburg. Museum Benteng Vredeburg. Lokasinya sangat mudah untuk ditemukan, yakni terletak di ujung selatan Jalan Malioboro. Benteng tersebut memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi bagi perjuangan melawan penjajah. Sebelum dikenal dengan nama Benteng Vredeburg seperti sekarang, benteng ini bernama Benteng Rustenburg

Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu. Nama Perjanjian Giyanti, karena traktat tersebut disepakati di Desa Giyanti, suatu desa yang terletak di dekat Surakarta ( Baparda DIY, 2007 : 10 )

Berdasarkan uraian di atas, penulis berusaha menangkap dan menggali potensi wisata dari Museum Benteng Vredenburg. Dengan didukung dari data sejarah dan pengamatan di objek Museum Benteng Vredenburg, maka dalam penyusunan tugas


(14)

akhir ini penulis mengambil judul : Program Kerja Museum Benteng Vredeburg

dalam Meningkatkan Wisatawan

B. Perumusan Masalah

Berdasar dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai pemberi arah yang jelas bagi kegiatan-kegiatan pengumpulan data. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah potensi Museum Benteng Vredeburg bagi wisata budaya di Yogyakarta ?

2. Bagaimanakah usaha pengembangan program-program kerja di Museum Benteng Vredeburg dalam meningkatkan wisatawan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang diadakan ini adalah untuk mengetahui dan

mendalami lebih jauh mengenai :

1. Potensi Museum Benteng Vredeburg bagi wisata budaya di Yogyakarta.

2. Pengembangan program-program kerja di Museum Benteng Vredeburg dalam meningkatkan wisatawan

D. Manfaat Penelitian


(15)

Berdasarkan penulisan laporan tugas akhir ini, diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi setiap pembaca sekaligus penulis sendiri, baik manfaat akademis maupun manfaat praktis.

a. Manfaat Akademis :

1. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dan pembanding dalam melakukan penelitian yang sama.

2. Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan tambahan materi sebagai bahan pengembangan dari penelitiannya. b. Manfaat Praktis

1. Untuk menambah pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca.

2. Memberi informasi bagi semua khalayak tentang objek wisata di Yogyakarta khususnya tentang Museum Benteng Vredeburg.

E. Kajian Pustaka

1. Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari “Pari” dan

wisata. Pari yang berarti berulang-ulang dan Wisata adalah perjalanan atau berpergian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wisata merupakan kegiatan bepergian bersama-sama yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang atupun untuk sekedar bertamasya atau piknik ( KBBI,1991 : 1130).

Menurut World Association of Travel Agents ( WATA ) wisata adalah perlawatan keliling yang memakan waktu lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan


(16)

oleh agen perjalanan disuatu kota dengan acara antara lain mengunjungi beberapa tempat atau beberapa kota di dalam negeri maupun di luar negeri.

Tourism Society in Britain mendefnisikan Pariwisata sebagai kepergian orang-orang untuk sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat di luar tempat tinggal dan lingkungan kerja sehari-hari serta kegiatan mereka selama berada di tempat tujuan tersebut. Kepergian orang-orang tersebut dapat dilukiskan dengan banyak orang yang meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka untuk sementara waktu ke tempat lain dengan tujuan benar-benar sebagai konsumen dan bukan untuk mencari nafkah ( Nyoman S. Pendit, 2002 : 33 )

Menurut E. Guyer - Fleuler yang dikutip oleh Nyoman S. Pendit merumuska Pariwisata sebagai berikut “ Pariwisata dalam arti modern adalah merupakan gejala zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan atas kesehatan dan pergantian haw, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil perkembangan perniagaan, industry dan perdagangan serta penyempurnaan alat-alat pengangkutan” ( Nyoman S. Pendit, 2002 : 34 ).

Robert Mc Intost dan Shashikant Supta, mencoba mengungkapkan bahwa Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan ini serta para pengunjung lainnya ( Nyoman S. Pendit, 2002 : 34 )


(17)

Wisata adalah perjalanan dan persinggahan yang dilakukan oleh manusia di luar tempat tinggalnya untuk berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk tinggal menetap di tempat yang dikunjungi atau disinggahi atau untuk melakukan pekerjaan dengan mendapatkan upah,menurut H. Kodhyat yang dikutip oleh M.A. Desky ( M.A. Desky, 1999 : 6 ).

Dari beberapa pendapat yang terurai di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pariwisata adalah rangkaian kegiatan perjalanan, bersifat sementara yang bertujuan untuk menikmati objek dan daya tarik wisata serta produk-produk wisata yang ada di tempat tujuan wisata.

2. Pengertian Budaya

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta Buddhayah yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Dalam pengertian bahasa Inggris budaya adalah

culture, yang berasal dari bahasa Latin Colere yang berarti mengolah atau mengubah atau mengolah alam. Budaya juga dapat diartikan sebagai pemikiran, akal budi atau sesuatu yang sudah berkembang dan menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk diubah.

Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah sistem ide yang dimiliki oleh masyarakat pendukung yang meliputi kepercayaan, pengetahuan, keseluruhan nilai mengenai apa yang dianggap baik untuk dilakukan, diusahakan dan ditaatinya norma berbagai jenis hubungan antara individu dalam masyarakat di keseluruhan cara mengungkap perasaan dengan bahasa lisan, bahasa tulisan, nyanyian, tari tarian, musik, lukisan dan penggunaan lambang. Wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat meliputi 3 hal, yaitu :


(18)

a. Wujud kebudayaan sebagai satu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan. Kebudayaan ideal disebut juga tata kelakuan ( sistem budaya )

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat ( sistem sosial ) yang menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dan manusia itu sendiri.

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda peninggalan manusia (Koentjaraningrat, 1990 : 186 )

Sedangkan kebudayaan menurut ilmu Antropologi adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990 : 180 )

3. Pengertian Wisata Budaya

Wisata budaya secara umum merupakan perjalanan yang bertujuan untuk mengenal adat istiadat, kesenian, dan hasil-hasil sejarah baik yang berupa bangunan candi, keraton, benteng, maupun makam atau petilasan para leluhur. Objek wisata budaya adalah objek wisata yang bentuk dan wujudnya berupa monumentasi hasil peradaban manusia di masa lampau maupun atraksi atau kegiatan budaya manusia.

Wisata Budaya adalah gerak atau kegiatan wisata yang dirangsang oleh adanya objek-objek wisata berwujud hasil-hasil seni budaya setempat, misalnya : adat istiadat; upacara-upacara agama; tata hidup masyarakat setempat; peninggalan-peninggalan sejarah; hasil-hasil seni dan kerajinan rakyat dan lain sebagainya ( R.S. Damardjati 2001 : 31 )


(19)

Menurut Oka A. Yoeti wisata budaya yaitu jenis wisata di mana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah. Jadi objek kunjungan adalah warisan nenek moyang dan benda-benda kuno ( Oka A. Yoeti 1996 : 123 )

Wisata Budaya dalam industri pariwisata merupakan salah satu unsur utama dan memegang peranan penting. Banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu tempat hanya untuk mengamati adat istiadat suatu kelompok masyarakat dan cara hidup mereka, kesenian, sejarah bangunan, candi, benteng, maupun benda- benda peninggalan sejarah lainnya.

4. Pengertian Museum

Museum berasal dari bahasa Yunani Museion. Museion merupakan sebuah bangunan tempat suci untuk memuja Sembilan Dewi Seni dan llmu Pengetahuan. Salah satu dari sembilan Dewi tersebut ialah mouse, yang lahir dari maha Dewa Zous dengan isterinya Mnemosyne. Dewa dan Dewi tersebut bersemayam di Pegunungan Olympus.

Museion selain tempat suci, pada waktu itu juga untuk berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan Dewa Dewi.

Menurut ICOM ( International Council of Museeum ) Organisasi Permuseuman Internasional dibawah Unesco dalam musyawarah umum ke IX di Copenhagen pada tanggal 14 Juni 1974, bahwa yang dimaksud dengan museum adalah suatu lembaga yang permanen yang melayami kepentingan masyarakat dan kemajuannya terbuka untuk umum, tidak bertujuan mencari keuntungan, yang mengumpulkan, memelihara,


(20)

meneliti, memamerkan dan mengkomunikasikan benda-benda pembuktian material manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi ( Barahmus DIY, 2001 : 5 )

Adapun Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum, mendefinisikan museum sebagai lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Museum merupakan tempat untuk menyimpan, merawat, dan memamerkan benda-benda yang mempunyai nilai-nilai tertentu seperti nilai sejarah, budaya dan lain sebagainya. Sehingga museum juga dapat digunakan sebagai tempat tujuan wisata khususnya bagi kalangan pelajar dan mahasiswa untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

5. Macam-macam Pariwisata

Menyinggung tentang kepariwisataan tentunya tidak luput dari macam-macam pariwisata . Adapun macam-macam pariwisata menurut Nyoman S. Pendit dalam bukunya yang berjudul “ Ilmu Pengetahuan Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana”

tahun 2002 adalah sebagai berikut : a. Wisata Budaya

Seseorang melakukan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat


(21)

mereka, budaya dan seni mereka. Sering perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya.

b. Wisata Kesehatan

Hal ini dimaksud dengan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga mengobati kelelahan-kelelahan jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mandi di sumber air panas untuk penyembuhan. Tempat yang beriklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

c. Wisata Olahraga

Ini dimaksudkan untuk wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mangambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau Negara, seperti Olimpiade, Thomas Cup, Uber Cup, dan lain-lain.

d. Wisata Komersil

Jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersil seperti pameran industry, pameran dagang dan sebagainya. Tidak jarang pameran atau pekan raya ini dimeriahkan dengan berbagai macam atraksi dan pertunjukan kesenian.

e. Wisata Industri

Wisata industri adalah perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa atau orang-orang ke suatu komplek atau daerah perindustrian di man


(22)

pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan tujuan mengadakan peninjauan atau penelitian.

f. Wisata Politik

Wisata politik adalah perjalanan yang dilakukan untuk atau mengambil bagian aktif dalam pariwisata kegiatan politik, misalnya perayaan 17 Agustus di Jakarta, Perayaan 10 Oktober di Moskow dan sebagainya. Biasanya fasilitas akomodas, sarana transportasi, dan atraksi yang beraneka ragam diadakan secara meriah bagi pengunjung di dalam maupun luar negeri. Saat ini, peristiwa politik seperti tersebut di atas selalu disertai dengan kegiatan dunia pariwisata.

g. Wisata Konvensi

Berbagai negara saat ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasilitas bangunan yang dilengkapi dengan ruangan-ruangan sidang bagi peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi, atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.

h. Wisata Sosial

Wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan misalnya buruh, petani, pelajar atau mahasiswa dan sebagainya. i. Wisata Pertanian

Seperti halnya wisat industry, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan proyek-proyek pertanian, perkebunan, lading pembibitan,


(23)

dan sebagainya di mana wisatawan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi.

j. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air seperti di danau, sungai, pantai atau memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, berkeliling melihat taman laut dengan pemandangan yang indah dari permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau Negara-negara maritim di lautan Karibia, Hawai, Tahiti, dan Fiji.

k. Wisata Cagar Alam

Jenis wisata ini banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan wisata dengan jalan wisata ke tempat cagar alam atau hutan lindung.

l. Wisata Buru

Kegiatan wisata ini dikaitkan dengan hobi berburu. Lokasi ini tentunya telah dibenarkan oleh pemerintah sebagai daerah perburuan. Jenis wisata ini banyak dilakukan di negara –negara yang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang bibenarkan oleh pemerintah.

m. Wisata Pilgirim.

Wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, kepercayaan ataupun adat istisdat masyarakat setempat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan maupun rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar dan sebagainya.


(24)

n. Wisata Bulan Madu

Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas khusus dan tersendiri.

o. Wisata Petualangan

Wisata petualangan adalah jenis wisat yang melakukan kegiatan wisata seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah dijelajahi, mendaki tebing terjal, terjun ke dalam sungai yang curam, arum jeram dan menyusuri gua.

6. Pengertian Objek Wisata

Dalam dunia kepariwisataan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi atau lazim disebut dengan objek wisata.

Menurut PP No 24 tahun 1979 menyatakan bahwa objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia,tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.

Pengertian lain menjelaskan bahwa objek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu (Oka A. Yoeti, 1996 : 172 ).

Peran alam dan kebudayaan sebagai sumber daya kepariwisataan sangatlah besar dan penting bagi keberadaan industri kepariwisataan itu sendiri. Hal in dapat terlihat dari klasifikasi jenis objek dan daya tarik wisata dan wisata alam menempati prosentase yang tertinggi. Banyak sekali macam dari objek wisata ini, misalnya objek wisata alam, objek wisata budaya, dan masih banyak yang lain.


(25)

7. Pengertian Wisatawan

Orang yang melakukan kegiatan wisata disebut dengan istilah wisatawan. Wisatawan biasa disebut dengan pelancong maupun turis ( KBBI, 1991 : 1130 ). Para wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata pada umumnya mempercayakan kepada salah satu usaha jasa pariwisata yang ada , meskipun tidak jarang juga wisatawan yang bepergian sendiri dan semua urusan ditangani sendiri.

Menurut A.J. Norwal yang dikutip oleh Nyoman S. Pendit , wisatawan adalah seseorang yang memasuki wilayah Negara asing dengan maksud dan tujuan apapun asalkan untuk tidak tinggal permanen atau untuk usaha-usaha yang teratur melintasi perbatasan, dan yang mengeluarkan uangnya di Negara yang dikunjungi, dan uang yang diperolehnya bukan dari Negara tersebut melainkan dari Negara lain ( Nyoman S. Pendit 2002 : 35 )

Menurut M.A.Desky dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Perjalanan Wisata” menyatakan bahwa pada umumnya wisatawan terdorong untuk melakukan perjalanan karena berbagai faktor seperti :

1. Adanya bencana alam 2. Terjadinya peperangan 3. Keinginan mencari nafkah 4. Rasa ingin tahu

5. Untuk tujuan beribadah 6. Untuk tujuan pendidikan 7. Dalam rangka rekreasi 8. Ingin mencari kepuasan


(26)

9. Dalam rangka berpetualang

8. Pengertian Konsep 4A

Di dalam pengembangan dan pengelolaan suatu objek wisata diperlukan suatu metode agar dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan dapat berjalan dengan lancar. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengembangan objek wisata menurut James Spillane dalam buku Pariwisata Indonesia, Siasat Ekonomi dan Rekaysa Kebudayaan tahun 1994 : 63 yaitu dengan analisis 4A ( Atraksi, Aksesbilitas, Amenitas, Aktifitas )

a. Atraksi

Atraksi yang juga disebut dengan objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu tujuan wisata. Daya tarik wisata dapat digolongkan menjadi:

(1) Daya tarik alam, merupakan suatu obyek wisata yang didalamnya terdapat unsur alam, fisik, fauna dan floranya.

(2) Daya tarik budaya, kebudayaan yang dimaksud tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi seperti kesenian atau peri kehidupan keraton dan sebagainya akan tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaa yang hidup ditengah-tengah suatu masyarakat seperti pakaiannya, cara berbiacara, kegiatannya, dan sebagainya. (3) Daya tarik buatan manusia, bahwa manusia bisa menjadi atraksi wisata di dalam

suatu obyek wisata dan menarik kedatangan wisatawan untuk berkunjung ke obyek tersebut

b. Aksesbilitas


(27)

Aksesbilitas adalah sarana yang memberi kemudahan bergerak untuk mencapai daerah tujuan wisata. Aksesbilitas tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan : Kondisi jalan (jaringan rute sejalan dengan angkutan transportasi seperti jalan, rel kereta api, jalur udara) ; sistem transportasi seperti bus, kereta api, pesawat ; papan petunjuk menuju daerah tujuan wisata.

c. Amenitas

Amenitas adalah fasilitas pendukung yang memberikan kemudahan bagi para wisatawan dalam menikmati kegiatan wisata yang dilakukan di daerah tujuan wisata, seperti akomodasi, restoran TIC, dan lain-lain.

Amenitas merupakan salah satu faktor penting dalam menganalisis objek wisata karena faktor ini dinilai mempunyai kaitan yang erat dengan fasilitas-fasilitas yan ada di objek, sehingga akan mempengaruhi kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

d. Aktifitas

Aktifitas adalah kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan maupun penduduk setempat di daerah tujuan wisata.

F. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian


(28)

Penulis mengambil lokasi di Objek Wisata Museum Benteng Vredeburg yang terletak di Jalan Jenderal A. Yani No. 6 Yogyakarta 55122.

2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas dan maka kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. ( Afifuddin, 2009 : 134 ).

Observasi ke Museum Benteng Vredeburg dilakukan pada bulan 29 Mei samapi 14 Juni 2010 sebanyak 5 kali untuk mengamati lokasi objek, meneliti benda-benda koleksi, mengambil gambar serta wawancara dengan pihak pengelola dan karyawan Museum Benteng Vredeburg.

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka ( Afifuddin, 2009 : 131 )

Penulis mencari data yang dibutuhkan melalui wawancara dan tanya jawab langsung dengan pihak yang berkompetensi dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini penulis mewawancarai pihak yang terkait yaitu Suseno, M. Rosyd Ridlo ( Staff Tourist


(29)

Information Museum Benteng Vredeburg ) dan Dra. Amin Sukrilah ( Ketua Kelompok Kerja Pengkajian dan Pemeliharaan )

c. Studi Dokumentasi

Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumenter ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber nonmanusia. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan membantu peneliti dalam memahami fenomena yang terjadi di lokasi penelitian dan membantu interpretasi data. Selain itu, dokumen dan data-data literer dapat membantu dalam menyusun analisis dan melakukan validitas data. ( Afifuddin, 2009 : 141 ).

Dalam penyusunan tugas akhir ini memanfaatkan arsip yang berupa data jumlah pengunjung tahun 2006 - 2009, struktur organisasi tahun 2010 dan benda koleksi museum, sedangkan dokumentasi berupa foto-foto bangunan objek, foto-foto benda koleksi museum sehingga akan memperjelas para pembaca tentang gambaran umum Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

G. Teknik Analisis Data

Setelah penulis mengumpulkan dan melihat data-data yang terkumpul selanjutnya penulis mencoba menganalisis data dengan metode analisis deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah difahami dan disimpulkan. Analisis deskripsi ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang


(30)

tertentu dan kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan pada data yang diperoleh ( Saifuddin Azwar, 2010 : 7 )

H. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, teknik analisis data dan sistematika penulisan.

Bab II Gambaran umum tentang Daerah Istimewa Yogyakarta yang mencakup sekilas tentang Yogyakarta, kondisi geografis Daerah Istimewa Yogyakarta dan museum-museum yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bab III Potensi benteng Vredeburg yang meliputi sejarah berdiri benteng Vredeburg dan koleksi- koleksi yang ada di museum benteng Vredeburg.

Bab IV Pengembangan program kerja museum Museum Benteng Vredeburg yang meliputi pameran temporer, museum masuk sekolah, travel dialog, pameran keliling, kegiatan kemah budaya, wisata sepeda ontel dan seminar.

Bab V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.


(31)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

A. Sekilas Tentang Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta atau beberapa orang menyebutnya dengan Jogjakarta, Yogya atau Jogja dan seringkali disingkat DIY adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian Tengah Pulau Jawa.

Yogyakarta adalah kota yang terkenal akan sejarah dan warisan budayanya. Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Mataram (1575-1640), dan sampai sekarang ada Kraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya.

Propinsi Daerah Yogyakarta merupakan Propinsi yang mempunyai status sebagai Daerah Istimewa. Status Daerah Istimewa ini berkaitan dengan sejarah terjadinya Propinsi ini, pada tahun 1945, sebagai gabungan wilayah Kesultanan Ngayogyokarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman, yang menggabungkan diri dengan wilayah Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Sukarno dan Moh. Hatta.

Yogyakarta memiliki potensi pariwisata disetiap sudut kotanya. Di sana banyak terdapat warisan budaya seperti benteng, kraton dan candi-candi yang berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan besar zaman dahulu, di antaranya adalah Candi Borobudur dan Candi Prambanan.

Pada saat ini Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Kadipaten Pakualaman dipimpin oleh Sri Paduka Paku Alam IX, yang sekaligus menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi


(32)

DIY. Keduanya memainkan peran yang menentukan dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta.

Pada hakekatnya, seni budaya yang asli dan indah, selalu terdapat didalam lingkungan istana Raja dan di daerah-daerah sekitarnya. Sebagai bekas suatu Kerajaan yang besar, maka Yogyakarta memiliki kesenian dan kebudayaan yang tinggi dan bahkan merupakan pusat serta sumber seni budaya Jawa. Banyak peninggalan seni-budaya yang masih dapat disaksikan di monumen dan candi-candi, istana Sultan yang masih berkaitan dengan kehidupan istana. Kehidupan seni budaya di Yogyakarta tampak masih berkembang pada kehidupan seni tari dan kesenian lainnya. Nilai-nilai budaya masyarakat Yogyakarta, terungkap pula pada bentuk arsitektur rumah penduduk, dengan bentuk joglonya yang banyak dikenal masyarakat di seluruh Indonesia. Terkait dengan warisan budaya kuno yang disebutkan diatas, Kota Yogyakarta juga dianggap sebagai pusat kebudayaan karena adanya berbagai bangunan dan tempat bersejarah.

Kesenian yang dimiliki masyarakat Yogyakarta sangatlah beragam. Dan kesenian-kesenian yang beraneka ragam tersebut terangkai indah dalam sebuah upacara adat. Sehingga bagi masyarakat Yogyakarta, seni dan budaya benar-benar menjadi suatu bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Kesenian khas di Yogyakarta antara lain adalah kethoprak, jathilan, dan wayang kulit.

Sesuai namanya, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memang benar-benar istimewa. Orang-orangnya sangat ramah. Wisatawan bisa menemukan senyum yang tulus dan sapaan yang hangat dari masyarakat di setiap sudut kota ini. Pada umumnya masyarakat Yogyakarta menyukai olahraga tradisional seperti panahan dan juga


(33)

masyarakat di Yogyakarta sangat menyukai permainan burung perkutut. Mereka juga percaya bahwa orang dapat menikmati hidup dengan mendengarkan kicauan burung.

Selain warisan budaya, Yogyakarta memiliki panorama alam yang indah. Hamparan sawah nan hijau menyelimuti daerah pinggiran dengan Gunung Merapi tampak sebagai latar belakangnya. Pantai-pantai yang masih alami dan indah dengan mudah ditemukan di sebelah selatan Yogyakarta.

Yogyakarta dijuluki sebagai Kota Gudeg, selain itu Yogyakarta juga dijuluki sebagai Kota Pelajar. Di kota ini terdapat universitas negeri tertua di Indonesia yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM) dan juga berbagai universitas swasta terkenal lainnya, ada sekitar 123 macam institusi pendidikan di kota ini. Bisa dikatakan bahwa di kota ini sebagian besar penduduknya relatif memiliki pendidikan sampai tingkat SMU ( Petunjuk Wisata Jogja 2007 )

B. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di Pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta dibagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat, dan Barat Laut dibatasi oleh wilayah Povinsi Jawa Tengah yang meliputi : Kabupaten Klaten disebelah Timur Laut, Kabupaten Wonogiri disebelah Tenggara, Kabupaten Purworejo di sebelah Barat, Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut.

Secara geografis, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di antara 7º 30‘ sampai dengan 8º15’ Lintang Selatan.110º sampai 0º52’ Bujur Timur. Luas


(34)

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakrta, lebih kurang 3.186 Km2 berpenduduk 3.311.812 jiwa (data tahun 2000). Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi terkecil setelah Provinsi DKI Jakarta, yang terbagi menjadi 5 Daerah Kabupaten / Kota, yakni : Kota Yogyakarta, yang merupakan Ibu kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas 32,50 km2 ; Kabupaten Sleman dengan Ibukota Beran dengan luas 574,82 km2 ; Kabupaten Gunungkidul dengan Ibukota Wonosari dengan luas 1.485,36 km2 ; Kabupaten Bantul dengan Ibukota Bantul dengan luas 506,85 km2 ; Kabupaten Kulonprogo dengan Ibukota Wates dengan luas 586,27 km2 ( Depdikbud, 1994 : 11 )

Berdasarkan satuan fisiografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari : Pegunungan Selatan dengan luas ± 1.656,25 km2 dengan ketinggian 150 - 700 m ; Gunung berapi dengan luas ± 582,81 km2 dengan ketinggian 80 - 2.911m ; Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo dengan luas ± 1215,62 km2 dengan ketinggian 0 - 80 m ; Pegunungan Kulonprogo dan Dataran Rendah Selatan dengan luas ± 706,25 km2 dengan ketinggian 0 - 572 m

Ujung bagian Utara Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan puncak gunung Merapi dengan ketinggian ± 2920 meter diatas permukaan laut merupakan salah satu gunung api terakhir teraktif di dunia. Oleh para ahli gunung berapi (vulkanolog) internasional, gunung api ini sangat terkenal karena bentuk letusannya yang khas, dan sejenis dengan letusan gunung api Visuvius di Italia. Sampai saat ini gunung Merapi masih sangat aktif. Puncaknya selalu mengepulkan asap ( Baparda DIY, 2007 : 1 )


(35)

C. Museum – Museum ( Monumen ) Sebagai Objek Wisata Budaya di Yogyakarta

Yogyakarta menyimpan banyak potensi wisata di dalamnya. Selain pesona alam yang indah, Yogyakarta juga memiliki banyak bangunan-bangunan dan benda-benda peninggalan sejarah yang disimpan di beberapa museum yang ada di Yogyakarta. Museum-museum di Yogyakarta menyimpan bukti perjalanan budaya Jawa dan bukti-bukti sejarah nasional. Monumen-monumen yang melambangkan kegagahan dan patriotisme bangsa Indonesia. Berikut beberapa museum dan monumen yang ada di Yogyakarta :

1. Monumen Yogya Kembali

Monumen yang terletak di Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kapubaten Sleman ini berbentuk gunung, yang menjadi perlambang kesuburan juga mempunyai makna melestarikan budaya nenek moyang pra sejarah.

Nama Monumen Yogya Kembali merupakan perlambang berfungsinya kembali Pemerintahan Republik Indonesia dan sebagai tetengger sejarah ditarik mundurnya tentara Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta.

Museum ini menyajikan koleksi antara lain 1.000 koleksi tentang Serangan Satu Maret, di ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang memuat 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949 serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak diketahui namanya, seragam Tentara Pelajar dan kursi tandu Panglima Besar Jenderal Sudirman yang masih


(36)

tersimpan rapi di sana. Sementara itu jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga menuju lantai dua pada dinding luar yang melingkari bangunan terukir 40 relief yang menggambarkan peristiwa perjuangan bangsa mulai dari 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949 ( Barahmus DIY, 2001 : 9 )

Di Monumen Yogya Kembali Lantai teratas merupakan tempat yang paling menarik yang disebut Ruangan Garbha Graha. Ruangan ini merupakan tempat hening yang berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang bendera yang dipasangi bendera merah putih di tengah ruangan, relief gambar tangan yang menggambarkan perjuangan fisik pada dinding barat dan perjuangan diplomasi pada dinding timur. Ruangan Garbha Graha itu berfungsi sebagai tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi perjuangan mereka.

2. Museum Sonobudoyo

Museum Sonobudoyo beralamat di Jl. Trikora No. 6 Yogyakarta 55122. Museum ini mempunyai koleksi budaya telengkap kedua setelah museum utama di Jakarta. Museum Sonobudoyo sarat simpanan benda-benda yang bermakna etnografi dan arkeologi dari wilayah-wilayah kebudayaan Cirebon, Jawa Tengah, Yogyakarta, Solo, Jawa Timur, Madura, Bali dan Lombok.

Koleksi tersebuat antara lain: sekitar 1200-an koleksi keris, keramik dari jaman Neolithik, dan bebagai macam peninggalan dari abad ke-8, 9 dan 10 yang berupa topeng dan wayang, gamelan, senjata-senjata kuno, dan beberapa benda budaya dari Bali. Museum ini juga mempunyai koleksi buku-buku kuno tentang budaya Jawa ( Tontje Tnunay, 1991 : 98 )


(37)

Koleksi dari museum ini yang paling menarik adalah koleksi batik. Koleksi batik yang berada di ruang batik menyajikan berbagai motif batik daerah pesisiran ( Cirebon, Pekalongan, Lasem, Rembang ) dan Pedalaman ( Yogyakarta dan Surakarta ). Batik yang dipamerkan antara lain batik motif Sidomukti, Gringsing, Merak Kenjer, Jago Cirebon, kain Pradan, kain Simbar, kain Bleg Ketupat, dan sebagainya.

3. Museum Affandi

Museum Affandi yang terletak di Jalan Raya Yogyakarta-Solo, di Jl. Laksda Adisutjipto 167 Yogyakarta 55281 atau tepatnya tepi barat Sungai Gajah Wong. Museum Affandi dulunya merupakan kediaman sang maestro yang dibuka secara pribadi oleh Affandi sejak tahun 1962 dan diresmikan tahun 1974.

Kompleks museum terdiri dari 3 buah galeri yang menyimpan berbagai koleksi antara lain lukisan-lukisan Affandi yang berjumlah kurang lebih 300 buah, sejumlah barang berharga semasa Affandi hidup, alat transportasi yang dipakainya dahulu, bangunan rumah yang ditempati Affandi dan lukisan-lukisan karya pelukis lainnya ( Basuki Abdullah, S Sunjoyono, Rendra, Bagong Kusudiharjo, Barli,Wahdi, Popo Iskandar ) yang berupa karya lukis pahat dan patung ( Barahmus DIY, 2001 : 29 )

Koleksi yang paling menarik adalah mobil Colt Gallan tahun 1976 yang berwarna kuning kehijauan yang dimodifikasi sehingga menyerupai bentuk ikan.

4. Museum Dirgantara Mandala

Museum Dirgantara Mandala terletak di ujung utara Kabupaten Bantul perbatasan dengan Kabupaten Sleman, tepatnya di komplek Pangkalan Udara TNI AU Adi Sucipto Yogyakarta. Keberadaan Museum Dirgantara Mandala adalah untuk


(38)

mengabadikan dan mendokumentasikan segala kegiatan dan peristiwa bersejarah bagi TNI AU.

Museum Dirgantara Mandala ini banyak menampilkan sejarah kedirgantaraan bangsa Indonesia serta sejarah perkembangan angkatan udara Republik Indonesia. Bangunan Museum dibagi atas Ruang Utama, Ruang Kronologi, Ruang Alutsita Udara, serta Ruang SKSD Palapa. Selain koleksi dalam bentuk dioramaterdapat juga koleksi lain seperti lukisan berbagai pesawat terbang TNI AU dari tahun 1945 sampai sekarang, foto-foto pimpinan TNI AU dari tahun 1946 sampai 1986, lambang-lambang TNI AU dan sejumlah buku yang disimpan diperpustakaan ( Tontje Tnunay, 1991 : 143 )

Koleksi yang paling menarik adalah replika pesawat Dakota VT CLA milik penerbangan India yang ditembak jatuh di Bantul oleh pesawat pemburu Kittyhawk milik Belanda ketika hendak mendarat di Maguwo Yogyakarta.

5. Tugu Jogja

Tugu Jogja merupakan landmark Kota Yogyakarta yang paling terkenal. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu Jogja yang berusia hampir 3 abad memiliki makna yang dalam sekaligus menyimpan beberapa rekaman sejarah kota Yogyakarta.

Tugu Jogja kira-kira didirikan setahun setelah Kraton Yogyakarta berdiri. Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga


(39)

disebut Tugu Golong-Gilig. Ketinggian bangunan tugu pada awalnya mencapai 25 meter.

Semuanya berubah pada tanggal 10 Juni 1867. Gempa yang mengguncang Yogyakarta saat itu membuat bangunan tugu runtuh. Keadaan benar-benar berubah pada tahun 1889, saat pemerintah Belanda merenovasi bangunan tugu. Tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan juga menjadi lebih rendah, hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itu, tugu ini disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih. Perombakan bangunan itu sebenarnya merupakan taktik Belanda untuk mengikis persatuan antara rakyat dan raja. Namun, melihat perjuangan rakyat dan raja di Yogyakarta yang berlangsung sesudahnya, bisa diketahui bahwa upaya itu tidak berhasil ( http:// Tugu Jogja, Landmark Kota Jogja yang Paling Terkenal.htm diakses tanggal 11 Mei 2010 pukul 13.18 WIB )

BAB III

POTENSI MUSEUM BENTENG VREDEBURG A. Letak Museum Benteng Vredeburg

Museum Benteng Vredeburg beralamat di Jalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 6 Yogyakarta 55121. Museum Benteng Vredeburg menempati area seluas 22.480 m2 dengan luas bangunan yang ada di dalam komplek Benteng Vredeburg adalah 8.483 m2 . Lokasi Museum Benteng Vredeburg sangat sraategis karena berada di pusat kota Yogyakarta. Karena letak yang sangat srategis ini maka kegiatan-kegiatan atau


(40)

event-event besar, maupun kegiatan rutin tahunan berskala nasional maupun internasional sering diselenggarakan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta ( Baparda DIY, 2009 : 3 )

B. Sejarah Berdirinya Benteng Vredeburg Yogyakarta

Vredeburg adalah sebuah benteng yang dibangun oleh Belanda di Yogyakarta selama masa kolonial. Terletak di depan Gedung Agung, satu dari tujuh istana kepresidenan di Indonesia.

Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait dengan lahirnya Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri Raja-raja Jawa pada waktu itu. ( Baparda DIY, 2009 : 4 )

Orang Belanda yang berperan penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti adalah Nicolaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa (Gouveurneur en Directuer van Java’s noordkust) sejak bulan Maret 1754. Pada hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk membelah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian, yaitu Kasuhunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Perjanjian yang berhasil dikeluarkan karena campur tangan VOC selalu mempunyai tujuan akhir memecah belah dan mengadu domba pihak-pihak yang bersangkutan. Demikian pula dengan perjanjian Giyanti. Orang Belanda yang berperan penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti tersebut adalah Nicolas Hartingh, yang

30


(41)

menjabat Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa (Gouverneur en Directeur van Java noordkust) sejak bulan Maret 1754.

Pada hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk membelah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Untuk selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alogo Adul Rachman Sayidin Panata Gama Khalifatulah I. sedang Kasunanan Surakarta diperintahkan oleh Paku Buwono III.

Langkah pertama yang diambil oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah segera memerintahkan membangun kraton. Dengan titahnya Sultan segera memerintahkan membuka Hutan Beringan di mana di tempat tersebut sudah terdapat dusun Pacetokan. Sri Sultan Hamengku Buwono I mengumumkan bahwa wilayah yang menjadi daerah kekuasaannya tersebut diberi nama Ngayogyakarta Adiningrat (Ngayogyakarta Hadiningrat) dengan ibukota Ngayogyakarta. Pemilihan nama ini dimaksudkan untuk menghormati tempat bersejarah yaitu Hutan Beringan yang pada jaman almarhum Sri Susuhunan Amangkurat Jawi (Amangkurat IV) merupakan kota kecil yang indah. Di dalamnya terdapat istana pesanggrahan yang terkenal dengan Garjitowati. Kemudian pada jaman Sri Susuhunan Paku Buwono II bertahta di Kartasura nama pesanggrahan itu diganti dengan Ngayogya. Pada masa itu dipergunakan sebagai tempat pemberhentian jenazah para bangsawan yang akan dimakamkan di Imogiri.

Hutan kecil ini mula-mula adalah tempat peristirahatan Sunan Pakubuwono II dengan nama Pesanggrahan Garjitowati. Untuk selanjutnya beliau menggantikan


(42)

dengan nama Ayogya (atau Ngayogya). Nama Ngayogyakarta ditafsirkan dari kata”Ayuda” dan kata “ Karta”. Kata “a” berarti tidak dan “yuda” berarti perang. Jadi “Ayuda” mengandung pengertian tidak ada perang atau damai. Sedangkan “ Karta”

berarti aman dan tenteram. Jadi Ngayogyakarta dapat diartikan sebagai “Kota yang aman dan tenteram”.

Disamping sebagai seorang panglima perang yang tangguh, Sri Sultan Hamengku Buwono I, adalah juga seorang ahli bangunan yang hebat. Kraton Kasultanan Yogyakarta permata dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755. Selama pembangunan keraton berlangsung, Sultan dan keluarga tinggal di Pesanggrahan Ambarketawang Gamping, kurang lebih selama satu tahun. Pada hari Kamis Pahing, tanggal 7 Oktober 1756 selama satu tahu. Meski belum selesai dengan sempurna, Sultan dan keluarga berkenan menempatinya. Peresmian di asaat raja dan keluarganya menempati kraton ditandai dengan candra sangkala “Dwi Naga Rasa Tunggal” Dalam tahun Jawa sama dengan 1682, tanggal 13 Jimakir yang bertepatan dengan tanggal 7 Oktober 1756.

Setelah kraton mulai ditempati kemudian berdiri pula bangunan-bangunan lainnya. Kraton dikelilingi tembok yang tebal. Di dalamnya terdapat beberapa bangunan dengan aneka rupa dan fungsi. Bangunan kediaman sultan dan kerabat dekatnya dinamakan Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1546. Bangunan Sitihinggil dan Pagelaran selesai dibangun tahun 1757. Gapura penghubung Dana Pertapa dan Kemagangan selesai tahun 1751 dan 1763. Masjid Agung didirikan tahun 1771. Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai tahun 1777. Bangsal Kencana selesai


(43)

tahun 1792. Demikian kraton Yogyakarta berdiri dengan perkembangan yang senantiasa terjadi dari waktu ke waktu.

Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Sehingga pihak Belanda mengusulkan kepada Sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda. Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi “kekuatan” yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh karena itu permohonan ijin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan.

Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang (Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta), pada tahun 1760 atas permintaan Belanda, Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Di keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Oleh


(44)

Sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jaya (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaningprang (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara)

Pada awal berdirinya bahwa benteng tesebut keadaannya masih sangat sederhana. Tembok dari tanah yang diperkuatdengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren. Bangunan di dalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap ilalang.

Dalam perkembangan selanjutnya sewaktu W.H Ossenbrech menggantikan kedudukan Nicolas Hartingh, tahun 1765 mengusulkan kepada Sultan agar benteng diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin keamanan. Usul tersebut dikabulkan, selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan dibawah pengawasan seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir. Frans Haak. Tahun 1767 pembangunan benteng dimulai. Menurut rencana pembangunan tersebut akan diselesaikan tahun itu juga. Akan tetapi dalam kenyataannya proses pembangunan tersebut berjalan sangat lambat dan baru selesai tahun 1787. Hal ini terjadi karena pada masa tersebut Sultan yang bersedia mengadakan bahan dan tenaga dalam pembangunan bentengm sedang disibukkan dengan pembangunan Kraton Yogyakarta, sehingga bahan dan tenaga yang dijanjikan lebih banyak teralokasi untuk pembangunan kraton. Setelah selesai bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Rustenburg yang berarti “Benteng Peristirahatan”.

Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak merobohkan beberapa bangunan besar seperti Gedung Residen (yang dibangun tahun 1824), Tugu Pal Putih, dan Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan yang lain. Bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali. Benteng Rustenburg segera


(45)

diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai bangunan benteng yang semula bernama Rustenburg diganti menjadi Vredeburg yang berarti “Benteng Perdamaian:. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda yang tidak saling menyerang waktu itu ( Baparda DIY, 2009 : 5 )

Bentuk benteng tetap seperti awal mula dibangun, yaitu bujur sangkar. Pada keempat sudutnya dibangun ruang penjagan yang disebut “seleka” atau “bastion”. Pintu gerbang benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Di dalamnya terdapat bangunan-bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rummah residen. Di Benteng Vredeburg ditempati sekitar 500 orang prajurit, termasuk petugas medis dan para medis. Disamping itu pada masa pemerintahan Hindia Belanda digunakan sebagai tempat perlindungan para residen yang sedang bertugas di Yogyakarta. ( wawancara : M. Rosyd Ridlo, 29 Mei 2010 )

C. Penetapan Benteng Vredeburg Sebagai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Setelah Belanda meninggalkan kota Yogyakarta, Benteng Vredeburg dikuasai oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia). Kemudian pengelolaan benteng diserahkan kepada Militer Akademi Yogyakarta. Pada waktu itu Ki Hadjar Dewantara pernah mengemukakan gagasannya agar Benteng Vredeburg dimanfaatkan sebagai ajang kebudayaan. Akan tetapi gagasan itu terhenti karena terjadi peristiwa “Tragedi Nasional” Pemberontakan G 30 S / PKI tahun 1965. Waktu itu untuk sementara


(46)

Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tahanan politik terkait dengan peristiwa G 30 S / PKI yang langsung berada dibawah pengawasan HANKAM.

Rencana pelestarian bangunan Benteng Vredeburg mulai lebih terlihat nyata setelah tahun 1976 diadakan studi kelayakan bangunan benteng yang dilakukan oleh Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Setelah diadakan penelitian maka usaha kearah pemugaran bangunan bekas Benteng Vredeburg pun segera dimulai.

Tanggal 9 Agustus 1980 dilakukan penandatanganan piagam perjanjian antara Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai pihak I dan Dr. Daud Jusuf (Mendikbud) sebagai pihak II tentang pemanfaatan bangunan bekas Benteng Vredeburg. Dengan pertimbangan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg tersebut merupakan bangunan bersejarah yang sangat besar artinya maka pada tahun 1981 bangunan bekas Benteng Vredeburg di tetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan Ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0224/U/1981 tanggal 15 Juli 1981. Tentang pemanfaatan bangunan Benteng Vredeburg, dipertegas lagi oleh Prof. Dr. Nugroho Notosusanto (Mendikbud RI) tanggal 5 November 1984 yang mengatakan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg akan difungsikan sebagai museum Perjuangan Nasional yang pengelolaannya diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Sesuai dengan Piagam Perjanjian serta surat Sri Sultan Hamengku Buwono IX Nomor 359/HB/85 tanggal 16 April 1985 menyebutkan bahwa perubahan-perubahan tata ruang bagi gedung-gedung di dalam komplek benteng Vredeburg diijinkan sesuai dengan kebutuhan sebagai sebuah museum. Untuk selanjutnya dilakukan pemugaran


(47)

bangunan bekas benteng dan kemudian dijadikan museum. Tahun 1987 museum telah dapat dikunjungi oleh umum. Pada tanggal 23 November 1992 bangunan bekas Benteng Vredeburg secara resmi menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (ketika itu Prof. Dr. Fuad Hasan) Nomor 0475/O/1992 dengan nama Museum Benteng Yogyakarta.

Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi yaitu sebagai museum khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala yang bertugas melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta. ( Wawancara : M. Rosyd Ridlo, 29 Mei 2010 )

D. Komplek Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai sebuah museum khusus sejarah perjuangan nasional yang bertugas mengumpulkan, merawat, menyimpan, meneliti dan mengkomunikasikan benda-benda bernilai sejarah baik berperan langsung maupun tidak langsung dalam peristiwa sejarah. Nilai-nilai historis yang terkandung dalam sebuah benda itulah yang menjadi aspek yang harus dilestarikan untuk selanjutnya dapat dikomunikasikan kepada generasi muda secara berkesinambungan.


(48)

Sebagai benda yang telah menjadi bagian dari museum, untuk selanjutnya dalam ilmu permuseuman benda-benda tersebut dinamakan koleksi museum. Secara keseluruhan, koleksi Museum Benteng Vredeburg sampai sekarang berjumlah 6952, yang terdiri dari 15 miniatur peta, 55 diorama, 85 relief/patung, 32 lukisan, 2555 foto, 31 duratran, 5 film, 211 replika dan 3963 realia yang semuanya dipamerkan berkala secara bergantian kecuali diorama ( Wawancara : Amin Sukrilah, 14 Juni 2010 )

Berikut komplek Bangunan Museum Benteng Vredeburg yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Selokan atau Parit

Selokan atau parit ini dibuat dengan maksud sebagai rintangan paling luar terhadap serangan musuh. Parit ini dibuat di sekeliling benteng dengan perhitungan bahwa musuh akan dating dari segala arah. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, parit sebagai sarana pertahanan sudah tidak urgen

lagi. Bahkan untuk tahun-tahun berikutnya parit hanya berfungsi sebagai sarana

drainage ( pembuangan ) saja. Untuk memberi kesan kepada masyarakat bahwa sekeliling benteng terdapat parit, sisa parit masih dapat dilihat di bawah jembatan depan gerbang sebelah barat. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

b. Jembatan


(49)

Pada masa awal Benteng Vredeburg dibangun, antara daerah dalam benteng dan luar benteng dihubungkan dengan jembatan (jembatan angkat). Bekas –bekas jembatan ini masih bisa ditemukan di sebelah barat, timur dan selatan. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

c. Tembok Benteng

Lapisan pertahanan sesudah parit adalah tembok ( benteng ) yamg mengelilingi komplek Benteng Vredeburg. Tembok ini memiliki tinggi 5 meter dan tebal 1 meter. Di sisi tembok bagian dalam juga terdapat anjungan yang berfungsi sebagai tempat pertahanan, pengintaian, penempatan meriam-meriam kecil maupun senjata tangan. Selain itu tembok ini juga memungkinkan jarak pandang pengintaian maupun jarak tembak akan lebih leluasa. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

d. Pintu Gerbang Utama

Pintu gerbang dibangun sebagai sarana jalan keluar masuk atupun komplek benteng. Mengingat konsep awal bahwa benteng dibangun dengan konsep simetris maka pintu gerbang yang ada berjumlah empat ( selatan, timur, utara dan barat ). Tetapi karena situasi keamanan saat itu yang tidak stabil, maka konsep awal berubah. Sampai sekarang hanya ditemukan tiga pintu gerbang yaitu sebelah barat, timur dan selatan. Di sebelah selatan , gerbang hanya dibuat kecil atau lebih tepat disebut terowongan. Pintu gerbang utama barat terdiri dari dua lantai. Pada perode 1765-1830 lantai atas diguanakan sebagai kantor komando. Sedangkan laitai bawah baik di sisi kanan maupun kiri jalan merupakan ruang jaga. Saat ini ruangan atas dimanfaatkan sebagai ruiang rapat.


(50)

Sedangkan ruangan bawah tetap sebagai ruang jaga Satpam dan ruang tiket. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

e. Pintu Gerbang Timur

Fungsi pintu gerbang timur dari periode 1765 -1830 dan tahun-tahun berikutnya sama dengan pintu gerbang barat. Sedangkan lantai atas semula dipergunakan sebagai pos pengamanan daerah disekitar benteng baik di dalam maupun di luar. Saat ini pintu gerbang timur dimanfaatkan sebagai pintu masuk dari arah timur sebagai kawasan 3 in 1 yaitu Taman Pintar, Taman Budaya, dan Museum Benteng (wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

f. Gedung Pengapit Utara

Berfungsi sebagai kantor administrasi. Berdasarkan hasil penelitian bentuk asli, bangunan yang ada merupakan bangunan asli dengan ornament-ornamen gaya Yunani masa Renaisance. Hal ini menunjukkan usia yang relative lebih tua dibandingkan dengan banyunan yang lain. Gaya atap yang lancip, menunjukkan gaya Eropa dengan maksud mengurangi beban salju di musim salju. Ini menunjukkan bahwa arsitektur untuk bangunan ini masih murni gaya Eropa ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

g. Gedung Pengapit Selatan

Fungsi telah mengalami perkembangan. Dilihat dari bentuknya memungkinkan dimanfaatkan sebagai kantor administra. Namun ketika benteng tawanan yang berderajad tinggi (tawanan kraton yang berpangkat tinggi) maka ruangan ini


(51)

dimanfaatkan sebagai sel tahanan khusus. Juga ada kemungkinan ruangan ini dipergunakan sebagai ruang tamu VIP. Hal ini terlihat dari bentuk dan performance ruangan. Sekarang digunakan sebagai ruang tamu VIP ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

h. Barak Prajurit Barat

Terdiri dari dua lantai. Lantai bawah terdiri dari satu rangan luas dan empat ruangan kecil. Dua ruang kecil di sebelah selatan di lantai bawah diperkirakan merupakan fasilitas barak bagian bawah karena posisinya menyatu dengan ruang lantai bawah. Sedangkan dua ruang kecil di utara diperkirakan sebagai ruang pengawsan perwira jaga, karena ruang-ruang tersebut terpisahdengan barak. Pemanfaatan sekarang sebagai ruang Pengenalan Museum ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

i. Barak Prajurit Utara

Bangunan ini dipergunakan sebagai barak prajurit yang telah berkeluarga baik dilanta bawah maupun lantai atas. Sekarang ruang lantai bawah dimanfaatkan sebagai ruang diorama sejarah bangsa yang berisi peristiwa sejarang perjuangan Sekitar Proklamasi Kemerdekaan. Sedangkan lantai atas dimanfaatkan sebagai ruang pameran tidak tetap. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

j. Bangunan Fasilitas Umum

Berdasarkan data bahwa di dalam benteng pernah dibangun rumah sakit, maka bangunan ini diperkirakan sebagai rumah sakit. Ketika benteng dikuasai oleh TNI bangunan ini dimanfaatkan sebagai mushola. Sekarang bangunan lantai bawah dimanfaatkan sebagai Ruang Kerja Teknis. Lantai atas sebagai


(52)

RuangSeminar dan Ruang Bioskop khusus Film Sejarah Perjuangan. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

k. Societet Militaire

Bangunan ini adalah bangunan yang difungsikan sebagai ruang pertemuan. Hal ini diperkuat adamnya data bahwa tahun 1838 di benteng ada societet militaire yang likasinya di timur laut. Sekarang bangunan ini dimanfaatkan sebagai Ruang Diskusi/Ceramah/Seminar di lantai atas, dan Ruang Diorama Sejarah Perjuangan di lantai bawah. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

l. Pavilion

Banguan ini berfungsi sebagai tempat tinggal perwira atau pavilion (guest house). Hal ini sangat memungkinkan dengan adanya fasilitas-fasilitas pelengkapnya seperti dapur, kamar mandi dan WC. Sewaktu di bawah kekuaaan TNI, bangunan ini dimanfaatkan sebagai tempat tinggal prajurit maupun perwira. Pada saat ini difungsikan sebagai guest house seperti semula ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

m. Gudang Mesiu

Bentuk bangunan dengan adanya peninggian-peninggian lantai dan tanpa jendela tetapi hanya ventilasi saja, menguatkan dugaan bahwa fungsi bangunan ini adalah sebagai gudang mesiu. Fungsi ini tetap bertahan dari tahun ke tahun meskipun benteng mengalami pergantian penguasa. Pada saat ini dipergunakan sebagai Strorage Museum ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

n. Dapur Utara


(53)

Pada masa benteng dikuasai oleh TNI bangunan dapur ini dimanfaatkan sebagai rumah tinggal prajurit. Pada saat ini dimanfaatkan sebagai ruang Strorage Museum ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

o. Sel / Ruang Tahanan

Bangunan ini dibangun dengan menempel pada anjungan sebelah barat. Adanya peninggian lantai sewaktu ditemukan bangunan ini diduga merupakan tempat tidur. Kemungkinan juga dimanfaatkan sebagai gudang. Pada saat ini digunakan sebagai fasilitas ibadah di museum yaitu sebagai Mushola Putra dan Putri ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

p. Perumahan Perwira Utara I

Semula mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal perwira. Dengan adanya perubahan bentuk teras depan maka diperkirakan bangunan ini telah mengalami perubahan fungsi yaitu sebagai kantor administrasi. Kemudian ketika benteng digunakan oleh TNI tempat ini digunakan sebagai tempat tinggal prajuirit yang telah berkeluarga. Sekarang bangunan ini merupakan tata pameran tetap Ruang Diorama II ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

q. Perumahan Perwira Selatan I

Bangunan ini mempunyai susunan ruang yang terdiri dari teras depan, bangunan utama, dan teras belakang, diperkirakan berfungsi sebagai perumahan perwira. Dengan adanya perubahan teras depan menjadi ruang depan, diperkirakan bangunan mulai dipergunakan sebagai perumahan prajurit atau perwira yang telah berkeluarga, bukan untuk perwira saja. Hal ini diperkirakan terjadi ketika


(54)

benteng digunakan oleh TNI. Sekarang difungsikan sebagai Ruang Diorama I (wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

r. Gudang Senjata Ringan dan Barak Prajurit

Bangunan ini semula difungsikan sebagai barak prajurit di lantai atas dan sebagai tempat penyimpanan senjata ringan di lantai bawah. Hal ini dikuatkan dengan letaknya yang berdekatan dengan bangunan (N2) yang berfungsi sebagai gudang senjata berat. Disamping itu juga berdekatan dengan ruang mesiu. Saat ini merupakan Ruang Konservasi, fumigasi dan laboratorium di lantai bawah dan ruang dokumentasi di lantai atas ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

s. Gudang Senjata Berat

Bangunan ini berfungsi sebagai gudang senjata. Sedangkan keberadaan ruang-ruang yang berdekatan diperkirakan mempunyuia fungsi yang berkaitan dengan keberadaan gudang senjata ini, antara lain untuk perkantoran bagian administrasi gudang, perawatan senjata, dan lain-lain. Saat ini dipergunakan sebagai kantor Konservasi ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

t. Anjungan

Semula dibangun mengelilingi benteng bagian dalam sebagai sarana pertahanan.di anjungan ini ditempatkan prajurit dengan senjata tangan dan meriam yang dikonsentrasikan pada sudut anjungan. Tahun 1930, anjungan di sudut timur dibongkar dan dibangun gedung Societet. Tahun 1998 anjungan utara dibongkar dan dibangun terowongan untuk mengakses unit service baru di utara benteng. Selanjutnya anjungan tidak punya arti strategi militer dan


(55)

difungsikan sebagai sarana rekreasi dan kebun sayur. Pada saat ini anjungan dimanfaatkan sebagai sarana untuk melihat kawasan nol km kota Yogyakarta dan sekitarnya ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

u. Lapangan

Di antara bangsal-bangsal yang terdapat di dalam komplek Benteng Vredeburg masih terlihat adanya lapangan di dalam komplek Benteng Vredeburg yang relatif luas. Semula lapangan tersebut dimungkinkan untuk tempat persiapan militer, latihan maupun upacara-upacara militer lainnya. Setelah Benteng

Vredeburg beralih fungsi sebagai tangsi militer yang memungkinkan prajurit 46


(56)

membawa keluarganya, maka lapangan tersebut berubah sebagai halaman dan tempat bermain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).

Adapun bangunan-bangunan di dalam komplek Benteng Vredeburg tersebut dapat diuraikan dalam denah sebagai berikut :

Keterangan :

Bangunan Kode

Fungsi sekarang Fungsi dahulu

A1 Jembatan dan kolam utama barat Jalan masuk dari arah barat dan parit pertahanan sisi barat

A2 Jembatan dan kolam timur Jalan masuk dari arah timur dan parit pertahanan sisi timur

A3 Kolam selatan Parit pertahanan sisi selatan

B1 Gerbang sebelah barat Bangunan gerbang utama sebelah selatan

B2 Gerbang sebelah timur Bangunan gerbang timur B3 Gerbang sebelah selatan Bangunan gerbang selatan C1 Ruang tamu VIP Bangunan sel tahanan khusus C2 Ruang bimbingan Bangunan kantor administrasi

D Ruang Pameran Tetap ( Realia ) dan Pengenalan

Bangunan barak prajurit barat

E Ruang Pameran Temporer dan Tetap Minirama III

Bangunan barak prajuri utara

F

Ruang Audio Visual (bagian atas) dan Ruang Pokja Teknis (bagian bawah)

Bangunan fasilitas umum (hospital)

G Ruang Auditorium dan Pameran Tetap Minirama III

Bangunan pertemuan / Militaire Societet Hall

H Guest house Pavilion

I Storage Koleksi Gudang Mesiu

J Perpustakaan Gudang perlengkapan non militer / logistik

K1 Storage Koleksi Dapur sebelah utara K2 Storage Koleksi Dapur sebelah selatan L1 Ruang PPPK,gudang,mushola, dan

art shop

Bangunan sel tahanan L2 Ruang gudang Kamar mandi sebelah timur L3 Ruang gudang Kamar mandi sebelah selatan

M1 Ruang pameran tetap minirama II Bangunan perumahan perwira sebelah utara ( I )


(57)

M2 Ruang pameran tetap minirama II Bangunan perumahan perwira sebelah utara ( II )

M3 Ruang pameran tetap minirama I Bangunan perumahan perwira sebelah selatan ( I )

M4 Ruang kantor kepala Museum dan Tata Usaha

Bangunan perumahan perwira sebelah selatan ( II )

M5 Kamar mandi

Bangunan kamar mandi dan dapur(bagi penghuni M4) dan kamar mandi umum (selatan)

N1 Ruang perawatan, Fumigasi Gudang senjata ringan dan barak prajurit

N2 Laboratorium Konservasi Gudang senjata berat ( meriam ) O1 Anjungan barat laut Anjungan pertahanan sebelah barat

laut.

O2 Anjungan barat daya Anjungan pertahanan sebelah barat daya

O3 Anjungan tenggara Anjungan pertahanan sebelah tenggara

P Tanah lapang(open space depan gerbang timur)

Bangunan utama(VIP Guest House) Q Bengkel preparasi Bangunan garasi

R Tempat parkir karyawan Bangunan istal (kandang kuda), dapur

S Sumur Bangunan kamar mandi dan tempat sepeda.

Sumber : Arsip Museum Benteng Vredeburg

E. Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Museum Benteng Vredeburg menyajikan banyak koleksi yang berhubungan dengan sejarah perjuangan bangsa. koleksi – koleksi tersebut antara lain :

1. Koleksi Realia

Koleksi realia adalah koleksi yang berupa benda (material) yang benar-benar nyata bukan tiruan dan berperan langsung dalam suatu proses terjadinya peristiwa sejarah yang punya arti penting dalam pembinaan dan atau pengembangan sejarah. Koleksi realia ini diperoleh antara lain dari hibah dari masyarakat yang mempunyai koleksi realia. Akan tetapi keasliannya perlu diuji terlebih dahulu. Koleksi realia


(58)

antara lain berupa peralatan rumah tangga, senjata, peralatan dapur, naskah, pakaian, dan lain-lain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ). Berikut beberapa koleksi realia Museum Benteng Vredeburg :

a. Mesin Jahit Engkel

Koleksi mesin jahit ini dipergunakan untuk memperbaiki pakaian para prajurit anak buah Kolonel TB Simatupang yang bermarkas di rumah Kariyo Utomo yang beralamat di Banaran, Kulon Progo tahun 1948-1959

b. Topi Baja

Topi baja milik Sdr. Ansor yang dipergunakan dalam perjuangan dalam masa revolusi fisik tahun 1945-1949. Sdr Ansor adalah seorang pejuang yang aktif dalam Laskar Hisbullah, BKR, TKR Batalyon 33, resimen 22 devisi III Diponegoro, TRI Batalyon VI, TNI Batalyon 74 brigade X Garuda Mataram devisi III Diponegoro.

c. Pedang Pertempuran Kota Baru

Pedang tersebut milik bpk Siswo Pawiro warga dusun Tirtosari Kretek Bantul yang diperoleh sewaktu perjuangan melucuti senjata Jepang di Yogyakarta tahun 1945-1948.

d. Peralatan Kesehatan Rumah Sakit Santo Yusuf

Peralatan kesehatan ini berasal dari Rumah Sakit Santo Yusuf yang terletak di dusun Banjar Sari Kulon Progo. Peralatan ini dipergunakan untuk membantu warga sipil maupun militer korban perang pada masa Agresi Militer Belanda II e. Meja Tamu TB Simatupang


(1)

Mulai tahun 2008 Museum Benteng Vredeburg menyelenggarakan Wisata Sepeda Onthel. Kegiatan ini diselenggarakan secara rutin setiap seminggu sekali pada hari sabtu dan atau minggu dengan peserta dari kalangan umum.

Wisata sepeda onthel bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap benda sejarah serta mampu menumbuhkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan. (wawancara: Suseno, 03 Juli 2010)

6. Seminar / Ceramah

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan untuk mewujudkan suatu media apresiasi bagi masyarakat tentang aspek sejarah dan budaya bangsa. Sedangkan tujuan dari kegiatan tersebut adalah meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap aspek sejarah dan budaya bangsa melalui kegiatan di museum. Adapun seminar yang telah dilaksanakan bertemakan Historigrafi Pendidikan di Indonesia, Tinjauan Hastoris Sosial Kultural Yogyakarta pada masa pendudukan Jepang, Peranan Pers Pada Masa Revolusi Fisik serta Benteng Vredeburg sebagai Ruang Pubilk yang Harus Dilestarikan. Untuk tahun 2010 diselenggarakan pada bulan Mei seminar atau ceramah mengambil tema Pendidikan Sejarah dan Masa Depan Bangsa. ( wawancara : Suseno 03 Juni 2010 ) 7. Festival Kesenian Yogyakarta

Festival Kesenian Yogyakarta adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Departemen Pariwisata bekerja sama dengan Museum Benteng Vredeburg. Diselenggarakan setiap setahun sekali mulai tahun 2010 diselenggarakan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Festival Kesenian Yogyakarta ini berlangsung selam sebulan penuh dari tanggal 14 Juni – 14 Juli 2010. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memasyarakatkan dan mendekatkan nilai-nilai kesenian kepada masyarakat luas.


(2)

Kegiatan ini antara lain diisi dengan berbagai seminar kesenian, workshop,

pameran benda-benda khas Yogyakarta, pentas seni, serta berbagai stand yang ikut menambah semaraknya kegiatan tersebut (wawancara : Suseno, 03 Juli 2010 )

Data Pengunjung Museum Benteng Vredeburg dari Tahun 2006-2009

Dari tabel di atas dapat disimak bahwa secara garis besar terjadi peningkatan arus wisatawan sejak tahun 2006-2009, hal ini dikarenakan program sosialisasi museum yang dikembangkan oleh pihak Museum Benteng Vredeburg berhasil mencapai tujuannya dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke museum juga karena rasa

Jenis Pengunjung Pelajar

N

o Tahun

TK SD SMP SMA

Mh

s Wis Nus Wis Man Perpus

Tamu Dinas

Lain-lain

Jumlah 1 2006 468 3515 6103 3313 1150 4134 571 33 206 32855 52571

2 2007 1457 4657 5719 1955 1325 7652 833 30 318 32214 56461

3 2008 924 4673 6008 2947 864 19215 1597 66 320 32519 68972

4 2009 1764 6497 6614 6120 1498 45124 2762 74 5124 32563 103662

Sumber : Arsip Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta


(3)

kesadaran akan pentingnya peran museum bagi masyarakat luas dalam pelestarian seni

dan budaya bangsa.

Akan tetapi untuk data pengunjung tahun 2006 dan 2008 khususnya pelajar tingkat TK mengalami penurunan karena menurut pihak Museum hal ini bukan termasuk program sasaran dari Museum Benteng Vredeburg. ( wawancara : Suseno, 14 Juni 2010

Data Pengunjung Museum Benteng Vredeburg dari Januari-Mei 2010

Dari tabel pengunjung Museum Benteng Vredeburg tahun 2010 di atas, dapat dilihat jumlah wisatawan sedikit banyak dipengaruhi oleh kalender pendidikan. Pada bulan Januari lebih banyak daripada bulan Februari dan Maret dikarenakan pada bulan Januari berlangsung liburan Natal dan Tahun Baru. Sedangkan pada bulan April dan Mei jumlah wisatawan yang berkunjung juga cukup banyak dikarenakan pada bulan-bulan tersebut berlangsung liburan sekolah.

Jenis Pengunjung Pelajar

N

o Bulan

TK SD SMP SMA

Mh

s Wis Nus Wis Man Perpus PKL

Tamu Dinas

Lain -lain

Jumlah

1 Januari 20 456 848 386 692 9124 156 33 11 13 600 12339

2 Februari 817 1227 278 200 64 6011 193 30 5 30 675 9530

3 Maret 70 20 834 1389 212 6082 218 66 7 164 413 9475

4 April 505 508 1634 1295 280 7535 293 74 7 5 548 12682

5 Mei 174 795 550 81 241 10113 265 52 - 182 225 12678

Sumber : Arsip Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta


(4)

Namun untuk bulan Februari dan Maret, wisatawan yang berkunjung di Museum Benteng Vredeburg mengalami penurunan dikarenakan bertepatan dengan hari masuk sekolah ( wawancara : Suseno, 14 Juni 2010 )


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin MM. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia Baparda DIY. 2007. Petunjuk Wisata Jogja.

Barahmus DIY. 2001.P eran Museum bagi Kesinambungan Budaya.

Depdikbud. 1994. Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Kehidupan Sosial Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.

James Spillane. 1994. Pariwisata Indonesia, Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisius

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta M.A. Desky. 1999. Manajemen Perjalanan Wisata. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa Nyoman S. Pendit. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT.

Pradnya Paramitha.

Oka A. Yoeti. 1996. P engantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa

R.S. Damardjati. 2001. Istilah – Istilah Dunia Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramitha.

Saifuddin Azwar, MA. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Tontje Tnunay. 1991. Yogyakarta Potensi Wisata. Klaten : CV Sahabat

http://www.Tugu Jogja, Landmark Kota Jogja yang Paling Terkenal.htm ( diakses tanggal 11 Mei 2010 pukul 13.18 WIB )


(6)