112
dalam pembelajaran pada umumnya mereka menggunakan LKS yang berisi latihan soal. Meskipun siswa mengerjakan LKS yang berisi latihan soal secara individu
tidak menutup kemungkinan berdiskusi dengan teman lainnya, akan tetapi hal tersebut kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritisnya khususnya aspek kemampuan untuk memberikan penjelasan dasar dan kemampuan strategi dan taktik. Hal ini dibuktikan dengan
melihat hasil pengerjaan latihan soal dalam LKS cenderung mengikuti apa yang dicontohkan oleh peneliti, dengan begitu maka kurang adanya inisiatif dari siswa
untuk mencari solusi sesuai dengan cara mereka sendiri. Ada beberapa pula siswa yang cenderung kurang memperhatikan dalam proses pembelajaran. Kurangnya
partisipasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar karena lebih tertarik untuk bercerita dengan teman sebangkunya sehingga kehilangan informasi terkait dengan
materi pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti.
4. Keefektifan model ekspositori ditinjau dari kemampuan komunikasi
matematis siswa
Keefektifan model ekspositori ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis dapat diketahui berdasarkan hasil uji hipotesis yang sudah dilakukan.
Berdasarkan uji hipotesis dengan statistik uji one sample t-test maupun perhitungan
manual didapatkan
ℎ �
= − , = ,
, sehingga
dapat disimpulkan bahwa
diterima. Dengan demikian model ekspositori tidak efektif
ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa. Meskipun tidak efektif, kemampuan komunikasi matematis melalui model ekspositori mengalami
peningkatan rata-rata posttest sebesar
, . Nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa memiliki peningkatan yang cukup tinggi tetapi berada
113
di bawah kategori kriteria efektif . Meskipun didominasi oleh klasifikasi nilai yang sangat baik tetapi masih terdapat siswa yang mendapatkan nilai
dalam klasifikasi cukup, kurang, bahkan kurang sekali sejumlah 13 siswa.
Model ekspositori tidak efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis karena dalam proses pembelajaran lebih ke dalam individu yang kurang
memberikan kesempatan untuk berdiskusi kelompok. Siswa sudah mampu mengembangkan aspek kemampuan komunikasi matematis yaitu menggambarkan
dan menuliskan jawaban ke dalam simbol maupun model matematika. Akan tetapi siswa belum sepenuhnya mampu menuliskan argumen dari suatu pernyataan dari
permasalahan yang diberikan guru. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang membutuhkan bantuan dari guru untuk dapat menuliskan argumen dari
permasalahan yang diberikan. Selain itu, meskipun siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas, siswa hanya sebatas menuliskan
di papan tulis. Beberapa siswa sudah menyampaikan hasil pekerjaan mereka tanpa diminta
oleh peneliti. Mereka maju di depan kelas secara inisiatif. Siswa lain yang tidak mempresentasikan di depan kelas masih belum sepenuhnya berani membenarkan
jawaban maupun memberikan saran sehingga kurang terjadi proses diskusi dalam menentukan solusi permasalahan, dimana kegiatan ini masuk dalam aspek ketiga
kemampuan komunikasi matematis. Hal yang menjadi penyebab lainnya diduga karena proses pembelajaran ini hanya dalam 4 kali pertemuan yang mana kurang
memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menyajikan gagasannya di depan kelas.
114
5. Perbandingan keefektifan model Problem Based Learning dan ekspositori