88
Kegiatan penutup peneliti memberikan PR kepada siswa dalam sebuah lembaran kertas untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Peneliti bersama
dengan siswa mereview pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa. Pada akhir pembelajaran peneliti
menginformasikan kepada siswa materi pembelajaran selanjutnya agar siswa mempelajari terlebih dahulu di rumah.
2. Analisis deskriptif
a. Kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis siswa diukur dengan menggunakan tes uraian yang terdiri dari 4 soal. Tes diberikan sebelum diberikan perlakuan
pretest dan sesudah diberikan perlakuan
posttest untuk mengetahui model pembelajaran yang efektif antara model
Problem Based Learning dan ekspositori. Data kemampuan berpikir kritis dari kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan sebagai berikut.
Tabel 19. Deskripsi Data Hasil Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rata-rata nilai posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kotrol mengalami peningkatan dari nilai pretest. Rata-rata
Deskripsi Kemampuan berpikir kritis
Kelas eksperimen Kelas kontrol
pretest posttest
pretest posttest
Jumlah siswa 28
28 Skor rata-rata
, 86,67
, 70,92
Skor tertinggi ,
98,21 ,
100 Skor terendah
, 62,5
, 33,93
Skor maksimal yang mungkin
100 100
Skor minimal
yang mungkin Modus
, 85,71
, 85,71
Standar deviasi ,
, ,
20,98 Varians
, 78,75
, 440,22
89
nilai posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis pada kedua kelas mengalami peningkatan. Kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen mengalami peningkatan
sebesar , sedangkan kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar , .
Rata-rata nilai pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol jika ditampilkan dalam diagram batang sebagai berikut.
Gambar 13. Diagram Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir
Kritis Diagram menunjukkan bahwa rata-rata
pretest kemampuan berpikir kritis antara kelas kontrol dan kelas eksperimen hampir sama. Rata-rata nilai
posttest kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Kemampuan berpikir kritis terbagi kedalam 5 indikator. Persentase kemampuan berpikir kritis tiap aspek dan indikator sebagai berikut.
10
20
30 40
50 60
70 80
90 100
kelas eksperimen kelas kontrol
pretest posttest
90
Tabel 20. Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Aspek
Berdasarkan tabel di atas, pada indikator merumuskan solusi dengan cara alternatif dan membuat suatu kesimpulan pada
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki persentase yang sama. Terlihat bahwa setiap aspek kemampuan
berpikir kritis antara pretest dan posttest mengalami peningkatan baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Peningkatan yang signifikan terdapat pada indikator menentukan suatu tindakan untuk merumuskan solusi, merumuskan
solusi dengan cara alternatif, dan membuat suatu kesimpulan. Aspek pertama yaitu kemampuan memberikan penjelasan dasar yang meliputi indikator untuk
Aspek Indikator
Kemampuan berpikir kritis Kelas eksperimen
Kelas kontrol Pretest Posttest Pretest
Posttest 1.
Menuliskan apa yang
diketahui A
91 94
95 97
Peningkatan Menuliskan apa
yang ditanyakan B
67 80
78 96
Peningkatan 2.
Menentukan suatu
tindakan untuk
merumuskan solusi C
46 97
27 75
Peningkatan Merumuskan
solusi dengan cara alternatif D
78 25
Peningkatan 3.
Membuat suatu
kesimpulan E 19
65 19
55 Peningkatan
91
menuliskan apa yang diketahui dan menuliskan apa yang ditanyakan meningkat tetapi tidak terlalu signifikan dikarenakan pada saat
pretest kedua kelas tersebut termasuk cukup baik dibandingkan dengan aspek lainnya.
Aspek kedua yaitu kemampuan mengatur strategi dan taktik pada indikator merumuskan solusi dengan cara alternatif pada
pretest kelas kontrol maupun eksperimen memiliki persentase yang paling rendah karena siswa menganggap
ketika sudah dapat menentukan suatu tindakan untuk merumuskan solusi tidak perlu merumuskan solusi dengan cara alternatif, siswa menganggap bahwa hal itu
akan menyita lebih banyak waktu dalam mengerjakannya. Begitu pula pada aspek ketiga yaitu menyimpulkan dengan indikator membuat kesimpulan, pada kedua
kelas memiliki persentase tidak terlalu tinggi jika dibandingkan yang lainnya. Siswa juga beranggapan akan menyita waktu lebih banyak. Pada indikator menuliskan apa
yang diketahui dan ditanyakan termasuk dalam persentase yang tinggi dibandingkan yang lainnya karena setiap mengerjakan soal ulangan ataupun soal
latihan, dalam kesehariannya guru sudah membiasakan diberikan soal uraian dan jarang sekali diberikan soal pilihan ganda. Dengan begitu siswa sudah terbiasa
mengerjakan soal dengan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Akan tetapi siswa lebih suka mengerjakan soal secara langsung menuju jawaban
tanpa merumuskan solusi alternatif dan menyimpulkan. Adapun nilai
pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol terbagi dalam 5 klasifikasi sebagai berikut.
92
Tabel 21. Klasifikasi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Gambar 14. Diagram Klasifikasi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan diagram batang di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan
berpikir kritis kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan didominasi dengan klasifikasi nilai kurang sekali. Setelah diberikan perlakuan model ekspositori
didominasi dengan klasifikasi nilai sangat baik, akan tetapi masih ada 5 siswa yang mendapatkan klasifikasi kurang sekali dan 1 siswa mendapatkan klasifikasi nilai
kurang. Terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol meningkat akan tetapi belum diketahui efektif atau tidaknya. Kemampuan berpikir kritis siswa
kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan juga didominasi dengan klasifikasi nilai kurang sekali bahkan lebih banyak siswa yang mendominasi dibandingkan
2
4 6
8 10
12 14
16 18
20
pretest kelas eksperimen
posttest kelas eksperimen
pretest kelas kontrol posttest kelas kontrol Series1
Series2 Series3
Series4 Series5
Klasifikasi Kelas eksperimen
Kelas kontrol Pretest
Posttest Pretest
Posttest Sangat baik
Baik Cukup
Kurang Kurang sekali
93
kelas kontrol. Setelah diberikan perlakuan, kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen meningkat dengan didominasi oleh klasifikasi nilai sangat baik namun
ada pula yang mendapatkan nilai cukup yaitu 2 siswa. Kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen meningkat secara signifikan dan tidak ada klasifikasi nilai kurang
bahkan kurang sekali.
b. Kemampuan Komunikasi Matematis