Scanning Electron Microscope SEM

organ, pemeriksaan histopatologi, serta pemeriksaan hematologi bila sampel dibandingkan dengan kontrol Priya et al., 2010.

2.5 Scanning Electron Microscope SEM

SEM adalah salah satu mikroskop elektron yang memiliki resolusi lebih tinggi bila dibandingkan dengan mikroskop optik. SEM bekerja dengan cara menembakkan elektron pada permukaan obyek dan menangkap elektron sekunder yang dipantulkan kembali dari segala arah, serta menentukan derajat pantulan yang berintensitas tinggi untuk menangkap sinyal kemiringan obyek. Gambaran yang ditangkap oleh detektor pada SEM dapat diolah melalui suatu komputer khusus. Bayangan yang jelas digambarkan oleh SEM minimal berukuran 0,5 nm namun, bila ukurannya lebih kecil maka bayangan yang tampak akan tidak jelas. Permukaan obyek yang diamati haruslah mampu untuk memantulkan elektron sekunder ke detektor SEM, biasanya kekhasan ini dimiliki oleh logam. Pada obyek yang bukan termasuk jenis logam, maka sebelum diamati terlebih dahulu sediaan dilapisi oleh logam pelapis misalnya emas. Abdullah Khairurrijal, 2009. Sinyal elektron yang dipantulkan oleh obyek dinamakan elektron sekunder yang akan diterima oleh scintillator. Sinyal ini akan dikonversikan menjadi sinyal foton cahaya tampak kemudian dihantarkan menuju Photon Multiplier Tube PMT yang akan mengonversikan kembali sinyal tersebut menjadi elektron. Lingkungan pemeriksaan SEM haruslah merupakan suatu lingkungan yang terisolasi atau vakum, hal tersebut bertujuan agar elektron tidak menyebar ke udara. Zhou et al., 2007. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.9. Scanning Microscope Electron Nano, 2014 Pengamatan yang bertujuan untuk melihat struktur mikro-morfologi membutuhkan alat yang dapat menghasilkan gambar dengan resolusi yang sangat tinggi. Bila dibandingkan dengan mikroskop optik, kelebihan yang mendasar dari SEM adalah kemampuan pembesaran gambarnya. Penggunaan SEM dapat menggunakan pembesaran mencapai 2x10 5 kali. Hal ini dipengaruhi oleh panjang gelombang de Broglie dari elektron. Diketahui bahwa elektron mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek dari gelombang optik, sehingga resolusi gambar akan semakin tinggi apabila kita menggunakan panjang gelombang yang pendek Nasution, W., et al., 2013. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

PENGARUH PAPARAN BISING INTERMITTENT KRONIK TERHADAP CD8+ PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

0 7 54

PENGARUH PAPARAN BISING KONTINYU AKUT TERHADAP CD8+ PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus

0 4 53

ANALISA SCANNING ELECTRON MICROSCOPE KOMPOSIT Analisa Scanning Electron Microscope Komposit Polyester Dengan Filler Karbon Aktif dan Karbon non Aktif.

0 3 20

KARAKTERISASI SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM) HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG.

0 7 9

KARAKTERISASI TIPE FOSILISASI ELEPHAS HYSUDRINDICUS BERDASARKAN METODE ANALISIS SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM) DAN PETROGRAFI.

0 0 4

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Anatomi Sistem Pendengaran - Pengaruh Garcinia Mangostana Terhadap Paparan Bising Yang Dinilai Dari Pemeriksaan Scanning Electron Microscope (SEM) Pada Rattus norvegicus

0 0 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Garcinia Mangostana Terhadap Paparan Bising Yang Dinilai Dari Pemeriksaan Scanning Electron Microscope (SEM) Pada Rattus norvegicus

0 0 6