Garcinia mangostana TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Salah satu mekanisme yang terlibat dalam proses perubahan struktur organ pendengaran akibat trauma akustik adalah mekanisme hidrodinamika. Sebaran gelombang bunyi dari pajanan bising akan dijumpai di membran basilaris secara merata dan radial, sehingga terjadi regangan sepanjang tepi ligamentum spiralis yang memicu timbulnya fleksi pada membran tersebut. Ketiadaan struktur yang menompang daerah tengah membran spiralis menghasilkan getaran yang lebih kuat dibandingkan dengan daerah lain. Padahal pada daerah yang sama banyak ditemukan bagian basal sel rambut, sehingga kerusakan struktur setelah mendapat pajanan bising intensitas tinggi tidak dapat dielakkan Haryuna, 2013.

2.4 Garcinia mangostana

Garcinia mangostana atau yang lebih dikenal dengan sebutan manggis adalah salah satu jenis buah-buahan yang banyak tumbuh di wilayah Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, Filipina, dan Thailand. Buah ini termasuk jenis tumbuh-tumbuhan tropis yang kaya akan nutrisi dan rasa. Manfaat yang dimilikinya tidak terbatas pada daging buahnya saja, akantetapi sejak zaman dahulu pemanfaat kulit Garcinia mangostana telah banyak dilakukan, misalnya untuk pengobatan tradisional Xu et al.,2014. Menurut Tjitrosoepomo 1994, dalam taksonomi Garcinia mangostana diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Guttiferanales Famili : Guttiferae Universitas Sumatera Utara Genus : Garcinia Spesies : Garcinia mangostana Linn. Gambar 2.7.Garcinia mangostana Shibata et al,. 2011 2.4.1 Sifat Kimia, Fisika, dan Zat Aktif Saat ini penelitian mengenai potensi dari ekstrak kulit Garcinia mangostana sangat berkembang pesat. Beberapa studi berhasil membuktikan bahwa ekstrak tersebut memiliki potensi sebagai antimikroba, antiproliferatif, antioksidan dan antiinflamasi. Kesimpulan tersebut didasari atas hasil studi fitokemikal yang menemukan beberapa zat aktif seperti xanthone, flavonoid, dan vitamin c Ngawhirunpat et al,. 2010. Manfaat xanthone juga dibuktikan dalam pengembangan potensinya sebagai antidiabetes. Zat aktif yang terkandung dalam kulit Garcinia mangostana ini dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus percobaan yang dikondisikan untuk mengidap penyakit diabetes mellitus tipe II. Hal ini bisa terjadi karena xanthone dapat menetralkan radikal bebas sehingga bisa mencegah kerusakan pada sel β pankreas akibat proses oksidasi Pasaribu et al,.2012. Universitas Sumatera Utara 2.4.2 Manfaat xanthone Pada ekstrak kulit Garcinia mangostana terdapat lebih dari 68 jenis xanthone , akantetapi α-, β-, dan γ-mangostin, garcinon E, 8-deoxygartanin dan gartanin adalah konstituen yang banyak dikembangkan Xu, 2014. Diantara semua golongan xanthone , α-mangostin merupakan zat aktif yang kadarnya paling banyak ditemukan pada ekstrak non- polar. Karakteristik dari α-mangostin adalah tidak larut dalam air dan memiliki perbedaan tingkat kelarutan pada pelarut nonpolar Ngawhirunpat et a,. 2010. Kemampuan antioksidan menjadi potensi utama dari zat aktif α-mangostin. Diketahui bahwa α-mangostin dapat menurunkan kadar oksidasi LDL yang dipicu oleh radikal bebas, menurunkan konsumsi tocopherol sel, mampu menghambat oksidasi karena anion peroksinitrit Valadez et al.. 2009. Upaya menghambat aktivitas peroksidasi lemak adalah mekanisme utama sebagai antioksidan, hal ini dapat terjadi karena secara tidak langsung ROS memulai lipid peroksidasi sebagai prekursor untuk molekul oksigen bebas dan OH Ngawhirunpat et al ,. 2010. Gambar 2.8. Struktur Kimia Xanthone Shan et al,.2011 Universitas Sumatera Utara Kandungan α-mangostin C 24 H 26 O 6 yang diekstrak dari kulit Garcinia mangostana juga menunjukkan peranannya dalam mempengaruhi siklus sel dan proses apoptosis pada sel kanker. Jaras yang mengatur proses apoptosis dibedakan menjadi dua jalur yakni jalur ekstrinsik yang dieksekusi oleh caspase-8 dan jalur intrinsik atau jalur mitokondria dengan caspase-9 sebagai eksekutornya. Pada retikulum endoplasma terdapat caspase-12 yang bisa mengubah arah sinyal dari jalur pro-survival ke pro-apoptosis, sedangkan caspase-3 adalah eksekutor terakhir dalam rangkaian proses apoptosis. Pemberian α-mangostin setelah 24 jam terbukti meningkatkan kadar caspase-3, caspase-8, caspase-9, dan sitokrom c. Selanjutnya melalui jalur mitokondria atau instrinsik, sitokrom c akan berikatan dengan apoptosis protease activating factor-1 Apaf-1 dan caspase-9 akan teraktifkan Shibata et al,. 2011. Adanya hubungan antara jalur inflamasi dengan karsinogenesis meningkatkan rasa keingintahuan peneliti dalam mengetahui lebih lanjut efek dari α-mangostin. Beberapa tahapan penelitian mendapatkan bahwa zat aktif α- mangostin dapat menurunkan ekspresi gen LPS-induced inflammatory dari TNF, IL-1b, IL-6, IL-8, monosit kemoattraktan protein-1, Toll-like receptor-2 TLR-2, secara keseluruhan efek hambatan tersebut dipengaruhi oleh keterlibatan mitogen- activated kinase MAPK, c-jun NH2-terminal kinase JNK, extracellular signal- related kinase ERK, p38, activator protein AP-1, dan NF- κB Shan et al.,2011. Efek proteksi yang dijumpai pada ekstrak kulit Garcinia mangostana juga dikonfirmasi oleh Sattayasai 2013 yang melakukan percobaan efek proteksi ekstrak kulit Garcinia mangostana terhadap kultur sel yang diberi toksin β- amiloid peptida. Kadar ROS dan aktivitas dari caspase-3 dapat diturunkan oleh ekstrak tersebut. Hasil yang konsisten dengan percobaan sebelumnya juga ditemukan pada percobaan yang menggunakan toksin H 2 O 2 . Zat kimia yang dapat memicu proses apoptosis tersebut secara signifikan dapat dicegah oleh ekstrak Garcinia mangostana. Data tersebut berhasil menunjukkan potensi efek proteksi yang kuat dari ekstrak kulit Garcinia mangostana. Universitas Sumatera Utara 2.4.4 Dosis Terapi xanthone Pemberian α-mangostin selama 6 hari dengan dosis 200mgkg menunjukkan efek proteksi terhadap enzim lipid peroksidase dan berperan sebagai antioksidan terhadap kerusakan yang mempengaruhi infark miokardiak pada tikus Ibrahim et al., 2014. Ekstrak Garcinia mangostana yang diberikan pada tikus mencapai 84 hari dengan dosis 50 sampai 500 mgkg tidak menampakkan efek toksisitas yang signifikan. Hasil tersebut juga dikuatkan melalui percobaan dengan memberikan ekstrak secara intragastrik dengan dosis 2 – 5 grkg berat badan. Penelitian yang dipublikasikan ini menyatakan bahwa pada dosis tersebut tidak dijumpai toksisitas, mortalitas, bahkan efek samping pada laju pertumbuhan tikus Sattayasaiet al., 2013. Penelitian pada tikus selama 14 hari, dimana tikus diberikan α-mangostin dengan dosis 20 mgkghari melalui bantuan alat pompa osmotik mini memiliki efek klinis yaitu peningkatan efek apoptosis yang signifikan pada tikus yang dikondisikan menderita tumor payudara. Hal ini berkaitan dengan peningkatan ekspresi caspase-3 dan caspase-9 dan penekanan aktivitas siklus sel yang dimediasi oleh mitokondria sehingga fase G1 dan fase S dari siklus sel dapat diberhentikan Shibataet al., 2011. Penelitian mengenai ekstrak Garcinia mangostana menunjukkan bahwa toksisitas Garcinia mangostana tidak signifikan. Pada tikus yang diberikan ekstrak secara oral dengan dosis 1-3 grkg berat badan dan diobservasi setiap jam untuk 24 jam pertama dan setiap hari untuk 14 hari berikutnya, tidak memberi perubahan pada aktivitas dan mortalitas. Pemeriksaan darah dan serum juga dilakukan untuk dilihat secara biokimia dan analisis enzim. Tidak ada efek yang berubah pada penampilan klinis, pertumbuhan, konsumsi makanan dan air, berat Universitas Sumatera Utara organ, pemeriksaan histopatologi, serta pemeriksaan hematologi bila sampel dibandingkan dengan kontrol Priya et al., 2010.

2.5 Scanning Electron Microscope SEM

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

PENGARUH PAPARAN BISING INTERMITTENT KRONIK TERHADAP CD8+ PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

0 7 54

PENGARUH PAPARAN BISING KONTINYU AKUT TERHADAP CD8+ PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus

0 4 53

ANALISA SCANNING ELECTRON MICROSCOPE KOMPOSIT Analisa Scanning Electron Microscope Komposit Polyester Dengan Filler Karbon Aktif dan Karbon non Aktif.

0 3 20

KARAKTERISASI SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM) HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG.

0 7 9

KARAKTERISASI TIPE FOSILISASI ELEPHAS HYSUDRINDICUS BERDASARKAN METODE ANALISIS SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM) DAN PETROGRAFI.

0 0 4

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Anatomi Sistem Pendengaran - Pengaruh Garcinia Mangostana Terhadap Paparan Bising Yang Dinilai Dari Pemeriksaan Scanning Electron Microscope (SEM) Pada Rattus norvegicus

0 0 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Garcinia Mangostana Terhadap Paparan Bising Yang Dinilai Dari Pemeriksaan Scanning Electron Microscope (SEM) Pada Rattus norvegicus

0 0 6