sehingga terjadi peningkatan konsentrasi K
+
Despopoulos Silbernagl, 2008. Hal ini akan memicu pergerakan ion K
+
dan Ca
2+
menuju membran dan sel-sel rambut luar akan memendek sehingga timbul proses depolarisasi. Sel rambut
dalam terhubung dengan saraf aferen dan saat proses depolarisasi berlangsung, glutamat akan dilepaskan dan sinyal auditorik akan ditransmisikan menuju otak
R.Baiduc et al,.2013. Terbukanya kanal K
+
tension-dependent KCNQ4 di perilimfe, maka proses repolarisasi pada membran berlangsung. Aliran ion K+ yang keluar akan
ditangkap oleh K-Cl kotransporter KCC4 di sel penyokong dan selanjutnya di resirkulasi melalui gap junction yang terdapat di stria vaskularis. Gerakan defleksi
dari stereosilia yang mendekati modiolus, ekstensi dari sel rambut luar, serta penutupan dari kanal transduksi mekanoelektrik menandakan terjadinya
hiperpolarisasi di koklea Despopoulos Silbernagl, 2008.
2.3 Gangguan Pendengaran Akibat Bising GPAB
2.3.1 Definisi Bising adalah suatu bunyi yang tidak dikehendaki, bersifat mengganggu,
serta secara fisik berupa susunan bunyi yang kompleks dan tidak beraturan Seidman, 2010. Klasifikasi bising menurut Buchari 2007 dapat dibedakan
menurut sifat dan spektrum frekuensi bunyi, yakni: 1. Bising Kontinu yang memiliki spektrum frekuensi yang lebar. Karakteristiknya
terbatas pada intensitas 5dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. 2. Bising Kontinu yang memiliki spektrum frekuensi yang sempit. Bersifat tetap
pada frekuensi tertentu seperti 500, 1000, dan 4000Hz. 3. Bising Intermitten yang digambarkan sebagai bising dengan periode tenang.
Bising jenis ini tidak secara terus menerus terjadi, terdapat fase tenang diantaranya.
Universitas Sumatera Utara
4. Bising Impulsif yang karakteristiknya berlangsung sangat cepat, bersifat mengejutkan dengan intensitas bunyi lebih dari 40 dB.
5. Bising Impulsif Berulang memiliki mekanisme yang sama dengan bising impulsif, akan tetapi jenis ini berlangsung secara berulang-ulang.
Gangguan pendengaran akibat bising adalah bentuk menurunnya fungsi pendengaran sensorineural, disebabkan oleh paparan bising yang merusak sel
rambut koklea. Paparan bising berulang dan sering tidak disadari akan berakumulasi sehingga menambah risiko terjadinya GPAB Boger et al,.2009.
Jumlah kejadian GPAB semakin meningkat seiring dengan fenomena krisis ekonomi dan penurunan kualitas kehidupan manusia Li et al,.2011. Munculnya
efek perubahan struktur organ pendengaran yang diakibatkan oleh kasus ini, menimbulkan banyak spekulasi berbeda dan hipotesis yang berkembang, salah
satunya adalah teori stres oksidatif Fetoni et al,. 2013. Banyak literatur yang mengatakan bahwa durasi dari pajanan bising sangat
berhubungan dengan onset dari GPAB. Merujuk kepada WHO World Health Organization, masalah-masalah kesehatan yang dapat disebabkan oleh pajanan
bising berulang dalam durasi yang lama adalah stres oksidatif pada organ pendengaran, peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan kontraksi otot,
peningkatan produksi adrenalin, iritabilitas, stres, insomnia, serta kecemasan. Fenomena tersebut berdasarkan studi epidemiologi sering ditemukan pada
pekerja-pekerja yang memiliki jam kerja yang lama dengan tingkat kebisingan lingkungan kerja yang tinggi seperti pabrik besi, pabrik tekstil, pabrik bahan
kimia, transportasi umum, dan industri yang memiliki tingkat bising yang tinggi Boger et al,.2009.
GPAB merupakan penurunan fungsi pendengaran yang bersifat progresif, biasanya dimulai dari frekuensi 3, 4, dan 6 kHz dan berlanjut hingga 0,25 kHz.
Peristiwa ini bisa mencapai rentang plateu kira-kira selama 10-15 tahun Metidieri et al,.2013. Sebagai klinisi sangat penting untuk kita membedakan kejadian
GPAB dengan kejadian patologi telinga lainnya, hal yang patut diingat adalah
Universitas Sumatera Utara
efek dari bising yaitu menyebabkan trauma akustik, perubahan ambang batas pendengaran secara temporer, serta menurunnya fungsi pendengaran Maia, 2006
; Metidieri et al,.2013. Kunci utama untuk menurunkan kejadian GPAB adalah mencegah
munculnya kerusakan yang ditimbulkan oleh bising yang lama dan berulang. Proses evaluasi yang dilakukan secara berkala mulai dari perekrutan pekerja dan
dalam masa bekerjapun harus dilakukan, upaya ini bertujuan untuk memonitoring bila muncul tanda-tanda kecendrungan GPAB di tempat kerja. Analisa harus
dilakukan secara hati-hati agar pekerja yang terjaring evaluasi GPAB dapat di rehabilitasi dengan tepat. Aksi yang tepat sasaran untuk mengontrol jumlah bising
di lingkungan merupakan langkah preventif yang sangat disarankan untuk dilakukan oleh pemegang kebijakan di tempat-tempat yang rawan dengan paparan
bising berfrekuensi tinggi Metidieri et al,.2013. Tabel 2.2. Bising NR Noise Reduction-15
Bising dB Pajanan MaksimumHari
85 8 jam
86 7 jam
87 6 jam
88 5 jam
89 4 jam 30 menit
90 4 jam
91 3 jam 30 menit
92 3 jam
93 2 jam 40 menit
Universitas Sumatera Utara
94 2 jam 15 menit
95 2 jam
96 1 jam 45 menit
98 1 jam 15 menit
100 1 jam
102 45 menit
104 35 menit
106 30 menit
108 20 menit
110 15 menit
112 10 menit
114 8 menit
115 7 menit
Sumber: Metidieri et al,. 2013 Menurut National Institute of Safety and Health NIOSH, untuk
pencegahan GPAB dimulai dari membatasi intensitas waktu paparan terhadap tingkat bising yang tinggi. Pada tingkatan bising yang mencapai intensitas 85 dB,
waktu pajanan yang diperbolehkan maksimal adalah 8 jam. Penurunan setengah durasi waktu pajanan sebanding dengan peningkatan tiap 3dB intensitas bising.
Faktor-faktor lain juga diyakini dapat memperburuk kondisi dan keparahan GPAB yaitu: terpapar bahan kimia berbahaya, intoksikasi obat-obatan, merokok,
penyakit kardiovaskuler, gangguan ginjal, serta gangguan imunitas tubuh. Faktor genetik juga berperan penting dalam munculnya GPAB, tidak semua orang yang
Universitas Sumatera Utara
terpapar intensitas bunyi yang tinggi menderita penyakit ini, beberapa peneliti meyakini bahwa terdapat beberapa varian genetik yang terlibat Philips et.al.,
2010. Cedera pada telinga dalam yang disebabkan karena trauma bising dapat
menyebabkan pergeseran ambang batas pendengaran yaitu secara sementara atau temporary treshold shift TTS dan permanent treshold shift PTS. Pada TTS
kondisi GPAB dapat reversibel dalam waktu 24 – 48 jam. Akan tetapi TTS yang dialami oleh anak usia muda akan mempercepat resiko munculnya ketulian.
Kehilangan pendengaran ringan 15 – 20 dB pada penderita GPAB jenis PTS tidak terlalu memiliki dampak yang signifikan terhadap aktivitas harian,
akantetapi secara umum bisa mengganggu bila melakukan percakapan di lingkungan yang ramai. Pada tingkatan yang lebih parah, gangguan yang terjadi
bisa melibatkan kelainan persepsi bicara dan ketulian Oishi Schacht, 2011. 2.3.2 Stres Intraseluler
Stres lingkungan yang dipicu oleh intensitas bising yang tinggi akan menimbulkan respon tubuh untuk mempertahankan diri atau lebih sering disebut
sebagai heat shock response HSR, salah satunya melalui sintesis protein asing heat shock protein HSP. Protein ini merupakan jenis molekul chaperon yang
pada keadaan fisiologis berfungsi untuk melindungi protein dari proses denaturasi akibat stres, sintesis dan transport protein Gong et al., 2012. Terdapat beberapa
jenis HSP yang telah diidentifikasi, yakni: HSP 60, HSP 70, dan HSP 90, yangmana secara keseluruhan memiliki peranan penting dalam aktivasi makrofag
dan limfosit Tsan Gao, 2009. HSP 70 merupakan protein chaperon yang berperan dominan dalam menjaga fungsi kontrol sel. Bila terdapat stimulasi
akustik yang berlebihan, maka koklea akan menginduksi pembentukan HSP untuk melindungi koklea dari kerusakan. Salah satu molekul yang membantu dalam hal
pelepasan HSP adalah geranylacetone Konings, 2009. Proses transkripsi gen HSP melibatkan aktivasi heat shock factor 1HSF-1.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mekanisme pengaktifan HSF-1
Universitas Sumatera Utara
yaitu kesalahan dalam pelipatan protein sel, kelainan homeostasi sintesis protein, dan perubahan potensial redoks intraselular akibat stres. Akantetapi proses ini
dapat diinhibisi bila HSF-1 telah berikatan dengan HSP-70 dan HSP-90 dan mencapai kadar tertentu di dalam darah. Pada keadaan patologis dimana terjadi
peningkatan pada ekspresi HSP-70 dan HSP-90 akan mengakibatkan pemberhentian ekspresi gen heat shock. Keterlibatan jalur fosforilasi juga mampu
menghambat aktivasi HSF-1 melalui mekanisme umpan balik via jalur protein kinase Haryuna, 2013.
Terbentuknya radikal bebas reactive oxygen species ROS akibat paparan bising intensitas tinggi merupakan akibat dari stres metabolik dan mekanik dari
telinga yang memicu terjadinya kerusakan sel. Pada umumnya, pembentukan ROS akan diikuti dengan aktivasi sinyal apoptosis dan kematian sel Oishi
Schacht, 2011. ROS yang telah berinteraksi dengan DNA, protein, dan lemak akan merangsang respon HSF dan pelepasan HSP-70. Protein yang telah
teroksidasi oleh ROS akan berkompetisi dengan HSF-1 untuk mengikat protein chaperon Gong et al,. 2012. ROS mampu bertahan 7-10 hari setelah pajanan
bising yang lama dan menyebar dari daerah basal organ korti, sehingga menimbulkan kerusakan yang luas. Salah satu kemampuan radikal bebas yang
merugikan tubuh adalah kemampuan membuat vasokonstriksi. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh kandungan peroksidase lemak yang bersifat vasoaktif,
misalnya isoprostan. Apabila terjadi pada koklea, tentu saja akan mengurangi aliran darah dan mengganggu proses perfusi jaringan Oishi Schacht, 2011.
Kerusakan juga dialami khususnya oleh sel rambut luar diakibatkan terjadinya peningkatan kadar Ca
2+
secara tiba-tiba setelah mendapatkan rangsangan akustik secara berlebihan. Berlebihnya kadar Ca
2+
mampu merangsang apoptosis dan kematian sel yang independen terhadap pembentukan
ROS. Calcineurin merupakan golongan Ca
2+
atau calmodulin dependen protein fosfatase yang aktif setelah terpapar bising dan juga bisa mengaktifkan
mitochondria-mediated cell death pathway via Bcl-2 associated death promoter BAD di sel rambut luar. Faktor lain yang menyebabkan kerusakan sel berasal
Universitas Sumatera Utara
dari segi neurotransmitter yang terlibat. Produksi glutamat di sel rambut dalam yang berlebihan dapat memicu timbulnya eksotoksisitas yang merusak sinaps di
serabut saraf auditori ganglion spinal. Adanya perubahan pada sensitivitas akustik setelah pajanan bising intensitas tinggi dapat menurunkan ekspresi dari
reseptor glutamat AMPA Oishi Schacht, 2011.
Gambar 2.5. Stres Oksidatif Silbernagl Lang, 2010
2.3.3 Pengaruh Bising terhadap Organ Pendengaran Kerusakan yang disebabkan karena paparan bising intensitas tinggi
130dB tidak hanya dijumpai pada sel rambut, melainkan juga terjadi pada membran reissner, memban tektorial dan sel-sel penyokong. Penumpukan radikal
bebas dan neurotransmitter di cairan perilimfe dan endolimfe mengakibatkan degenarasi sel saraf auditori dan kerusakan jaringan, khususnya telinga dalam.
Stereosilia merupakan struktur jaringan yang sangat rentan mengalami kerusakan
Universitas Sumatera Utara
secara mekanik bila terpapar stres yang kontinu. Kelelahan metabolik dapat timbul akibat kerja mitokondria untuk menghasilkan energi secara berlebihan dan
meningkatnya produksi vakuola retikulum endoplasma akibat rendahnya sintesis protein. Perubahan struktur pada sel rambut luar terjadi ketika diberi paparan
bising 130 dB selama 1jam. Hal serupa juga ditemukan pada serabut aferen yang mengalami pembengkakan akibat hipoksia dan peningkatan jumlah granul
lisosom. Paparan yang berat akan merangsang sinyal apoptosis sehingga sel akan degenerasi secara keseluruhan. Pada keadaan fisiologis, sel stereosilia secara utuh
tersusun di membran tektorial. Hubungan antar sel membentuk persilangan pada ujungnya dan mengokohkan posisi sel rambut luar . Trauma akustik yang diterima
oleh sel ini mengakibatkan kerusakan struktur, sehingga posisinya bisa terlepas dari membran tektorial. Filamen aktin yang terdapat di ujung stereosilia
mengalami denaturasi dan menjadi kaku Harrison, 2012. Pengamatan lebih baik dilakukan pada daerah 10-30mm dari foramen ovale
atau tingkap bundar. Hal ini disebabkan karena pada daerah tersebut frekuensi suara 3-6kHz diterima dan gambaran kerusakan dapat dengan mudah dijumpai
setelah terpapar bising Maltby, 2005.
Gambar 2.6 Sel rambut luar normal a dan sel rambut luar setelah diberi paparan bising Harrison, 2012
Universitas Sumatera Utara
Salah satu mekanisme yang terlibat dalam proses perubahan struktur organ pendengaran akibat trauma akustik adalah mekanisme hidrodinamika. Sebaran
gelombang bunyi dari pajanan bising akan dijumpai di membran basilaris secara merata dan radial, sehingga terjadi regangan sepanjang tepi ligamentum spiralis
yang memicu timbulnya fleksi pada membran tersebut. Ketiadaan struktur yang menompang daerah tengah membran spiralis menghasilkan getaran yang lebih
kuat dibandingkan dengan daerah lain. Padahal pada daerah yang sama banyak ditemukan bagian basal sel rambut, sehingga kerusakan struktur setelah mendapat
pajanan bising intensitas tinggi tidak dapat dielakkan Haryuna, 2013.
2.4 Garcinia mangostana