BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Anatomi Sistem Pendengaran
Telinga merupakan organ pendengaran yang menjadi salah satu indra khusus pada manusia. Memahami struktur telinga secara keseluruhan dapat
membantu kita dalam menilai suatu keadaan abnormal, menegakkan diagnosis, serta penatalaksanaan yang tepat Harkin Kelleher, 2011. Secara umum telinga
dapat dibagi menjadi 3 regio utama yaitu: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Pada bagian terluar terdapat daun telinga pinna dan lubang telinga luar
external acoustic meatus. Struktur daun telinga menyerupai bentuk oval dan sisi lateralnya merupakan daerah cekung yang tidak beraturan dengan memiliki
beberapa lekukan menonjol yang disebut helix. Tulang rawan adalah materi penyusun dominan dari daun telinga, selain otot, ligamen, dan jaringan fibrosa.
Daerah yang memanjang hingga membran timpani disebut lubang telinga luar dengan karakteristik panjang sekitar 4cm dari tragus, berbentuk seperti huruf S,
dilapisi oleh kulit, mempunyai kelenjar serumen, dan seperti tabung silindris. Daerah ini sebagian dibentuk oleh kartilago, sedangkan sisi yang lebih medial
disusun oleh tulang. Dijumpai penyempitan pada bagian ujung saluran ini yang mana membentuk daerah miring atau disebut sebagai sulkus timpanikus. Di
tempat tersebut menempel suatu membran yang dinamakan membran timpani telinga Gray, 2000.
Regio tengah dari telinga atau lebih dikenal sebagai kavum timpani terdiri dari membran timpani, tuba eustachius serta tiga buah tulang pendengaran yaitu
malleus, inkus, dan stapes yang masing-masing membentuk suatu persendian sinovial Harkin Kelleher, 2011. Suatu membran yang tipis dan
semitransparan, berbentuk oval dengan bagian atas lebih luas daripada bagian bawah, posisi oblik terhadap kedudukan dasarnya dinamakan sebagai membran
timpani. Sisi medial dari membran ini menjadi tempat perlengketan manubrium
Universitas Sumatera Utara
malleus, adapun sisi lateralnya yang berbentuk cekung dikenal sebagai umbo. Tulang-tulang kecil penyusun kavum timpani merupakan kelompok tulang yang
dapat membentuk gerakan berupa getaran yang dihantar dari membran timpani dengan bantuan otot-otot di kavum timpani. Posisi tulang pendengaran malleus,
inkus, dan stapes terbentuk sedemikian rupa sehingga menyusun pola persendian yang khas. Sendi yang dibentuk oleh inkudomalleolar adalah sendi pelana yang
diarthrosis, akan tetapi hubungan inkudostapedial dibentuk oleh sendi yang enarthrosisGray, 2000.
Keistimewaan dari telinga terdapat pada kedudukan fungsi gandanya, tidak hanya dapat digunakan sebagai fungsi pendengaran, telinga juga mengatur fungsi
keseimbangan tubuh manusia. Organ-organ sensori tersebut berada di bagian telinga dalam, yang dibentuk oleh kanalis semisirkularis yang mampu mendeteksi
pergerakan angular dan makula untuk pergerakan linear. Secara garis besar fungsi keseimbangan juga dipengaruhi oleh kerja otot, sendi, tendon, dan ligamen yang
saling memberikan respon sinergis terhadap stimulus dari organ lain, misalnya mataHarkin Kelleher, 2011.
Gambar 2.1. Anatomi Telinga Harkin Kelleher, 2011
2.1.1 Anatomi Koklea
Universitas Sumatera Utara
Susunan koklea terdiri dari tulang berbentuk saluran melingkar yang simetris dan berisi cairan. Panjang keseluruhan saluran tersebut berkisar 3-4 cm
dan koklea terletak di petrous pyramid pada tulang temporal. Secara keseluruhan koklea dikelilingi oleh tulang yang keras dan kapsul otik. Tulang tersebut terdiri
atas susunan trilamellar, dengan modifikasi oleh tulang rawan dan kandungan mineral yang tinggi sehingga meningkatkan kekakuan pada tulang labirin. Hal ini
sangat mempengaruhi penyaluran getaran suara dari tulang-tulang pendengaran agar tidak diserap oleh tulang temporal. Membran basilaris dan membran reissner
membagi saluran koklea menjadi beberapa ruangan yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Perilimfe adalah cairan yang berada di dalam skala
vestibuli dan timpani. Cairan ini terhubung dengan cairan serebrospinal melalui cochlear aqueduct dan dengan apeks koklea melalui helikotrema, sedangkan pada
skala media diisi oleh cairan endolimfe yang sebagian besar komposisinya adalah kalium Andersen, et al., 2012.
Tabel 2.1. Komposisi Cairan Koklea KOMPONEN
ENDOLIMFE SKALA
VESTIBULI SKALA
TIMPANI Na mM
1,3 141
148 K mM
157 6
4,2 Ca mM
0,023 0,6
1,3 HCO
3
mM 31
21 21
Cl mM 132
121 119
Protein mgdl 38
242 178
pH 7,4
7,3 7,3
Sumber: Gillespie,2006; Haryuna,2013
Universitas Sumatera Utara
Membran basilaris terdiri atas susunan serat elastik yang menyerupai seperti trampolin, membran ini terletak diantara modiolus dan dinding lateral. Susunan
kolagen, proteoglikan, dan fibronektin dijumpai pada matriksnya. Bagian basis membran tersebut sempit dan memiliki ketebalan sekitar 0,1mm, sedangkan
apeksnya memiliki struktur yang lebih tebal yakni 0,5 mm. Terdapat ligamen spiralis yang menguatkan anchor posisi membran basilaris pada bagian lateral
kapsul otik. Ligamen ini juga berfungsi untuk suplai dan drainase cairan perilimfe, hal tersebut dapat berlangsung karena ligamen spiralis mampu
mengatur keseimbangan ion melalui gap junction dan pompa Na
+
K
+
-ATPase Andersen, et al., 2012.
Lapisan sel epitel pada skala media dan sel mesotelial pada skala vestibuli disebut sebagai membran reissner, membran ini membentuk sebuah sawar antara
dua cairan yang berbeda komposisi ion penyusunnya. Membran reissener menjaga fungsi homestasis dan distribusi cairan. Integritas dari membran ini penting untuk
pendengaran karena dapat menjaga potensial dari endokoklea +80mV. Stria vaskularis terdiri dari tiga jenis sel yaitu: sel marginal, sel intermediate, dan sel
basal. Ketiga jenis sel tersebut merupakan jaringan yang memiliki metabolisme tinggi berbentuk anyaman kapiler dan terletak diantara skala media dan membran
reissner. Peranan penting dari stria vaskularis adalah fungsi pengaturan dari potensial endokoklea Andersen et al., 2012.
Matriks ekstraseluler yang dapat menyebabkan pergerakan dari stereosilia saat getaran dihantarkan ke koklea disebut sebagai membran tektorial.
Komposisinya terdiri dari kolagen tipe II dan tipe IX yang tidak bercabang dan kolagen tipe V yang bercabang. Matriks penyusunnya menyerupai gel disebabkan
karena terdapat beberapa jenis glikoprotein, misalnya tektorin dan otogelin Andersen et al., 2012.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Anatomi Koklea Despopoulos Silbernagl, 2008 Keistimewaan fungsi koklea sebagai organ pendengaran dipengaruhi karena
adanya struktur organ korti yang terletak di membran basilaris koklea. Penyusun organ korti adalah sel-sel mekanoreseptor yang terdiri dari satu baris sel rambut
dalam dan tiga sampai empat baris sel rambut luar. Terdapat sekitar 3.400 sel dan 12.000 sel masing-masing untuk sel rambut dalam dan sel rambut luar. Sel-sel
rambut dikelilingi oleh beberapa sel penyokong yang memperkuat hubungan sel- sel rambut dengan membran basilaris. Sel merupakan sel pillar yang mengandung
susuran filamen tubular tonofibril sehingga membentuk saluran dari organ korti. Terdapat juga kumparan rambut-rambut halus pada daerah apikal dari reseptor sel
sensori yang disebut sebagai stereosilia. Posisi stereosilia pada membran tektorial adalah berpasangan sehingga getaran dari membran basilar menyebabkan defleksi
dari kumparan rambut. Gerakan tersebut tidak berjalan secara seragam untuk keseluruhan sel-sel rambut sepanjang koklea spiral, dikarenakan membran ini
Universitas Sumatera Utara
semakin menyempit dan agak kaku pada bagian dasarnya akan tetapi pada daerah yang mendekati apeks saluran koklea, membran basillaris menjadi lebih lebar
Andersen et al., 2012. Sel rambut dalam merupakan sel sensori aferen primer dalam proses
pendengaran yang memiliki 50-70 stereosilia di daerah basal dan 100 di apeksnya. Inervasi sel rambut luar diambil alih oleh neuron di spinal ganglion, dimana
maksimal terdapat 15 serabut saraf untuk tiap-tiap sel rambut dalam. Secara keseluruhan densitas inervasi aferen adalah 1.400 serabut sarafmm. Masing-
masing terminal saraf membentuk sinaps dengan satu sel rambut luar. Serabut terminal eferen hanya membentuk sinaps dengan dendrit aferen, sehingga hanya
sedikit dari serabut terminal eferen yang mencapai sel rambut dalam Andersen et al., 2012.
Pada sel rambut luar sangat sedikit dijumpai serabut saraf aferen atau serabut saraf basilaris. Pada bagian bawah sel rambut luar ditemukan serabut
spiral luar yang berorientasi pada serabut saraf dari kelompokan antara sel deiter, tersusun atas neurokanalikuli yang memiliki ketebalan 0,1
µm. Beberapa serabut saraf eferen melalui kumparan sel ini. Jumlah serabut saraf spiral meningkat pada
daerah apeks yaitu sebanyak 300. Basis sel rambut luar, terdapat ujung saraf aferen yang kecil. Hal tersebut memungkinkan untuk terjadi sinkronisasi antara
serabut spiral luar dengan organ korti dalam merespon stimulus pendengaran Andersen et al., 2012.
2.2 Fisiologi Pendengaran