BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: 1 pertumbuhan, 2 penanggulangan kemiskinan, 3 perubahan atau transformasi
ekonomi, dan 4 keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Secara nyata dapat dikatakan bahwa pembangunan yang
dilaksanakan telah menunjukkan keberhasilan dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan, penurunan laju pertumbuhan penduduk,
membaiknya tingkat kesehatan, pendidikan, keadaan perumahan, gizi dan lingkungan hidup masyarakat serta menurunnya jumlah penduduk miskin. Namun, pertumbuhan
ekonomi juga mengakibatkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan
serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri Todaro, 1999.
Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan: 1 menurunnya pangsa sektor primer pertanian, 2 meningkatnya pangsa sektor sekunder industri,
dan 3 pangsa sektor tersier jasa juga memberikan kontribusi yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Todaro, 1999. Masing-masing perekonomian
akan mengalami transformasi yang berbeda-beda, dimana pada umumnya transformasi yang terjadi di negara sedang berkembang adalah transformasi dari
Universitas Sumatera Utara
sektor pertanian ke sektor industri. Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan
dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja, produksi, perdagangan, dan faktor-faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pendapatan perkapita Chenery 1986.
Indonesia, sekitar 250 juta penduduk, pembangunan sektor manufaktur merupakan satu-satunya pilihan. Sebab, sektor inilah yang mampu memberikan
lapangan kerja besar dengan pengupahan yang lebih sistematis dibandingkan sektor industri produk primer pertanian maupun industri jasa. Peranan industri terhadap
perekonomian dapat dilihat dari kontribusinya pada Produk Domestik Bruto PDB, peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, perolehan devisa neto dari kegiatan
ekspor, pembentukan nilai tambah serta sumbangan terhadap pajak bagi negara. Menurut data Badan Pusat Statistik BPS tahun 2013, dari sekitar 118,2 juta
angakatan kerja usia produktif saat ini baru sekitar 14,9 juta orang yang bekerja pada sektor industri. Sektor ini juga hanya baru menyumbang sekitar 25 dari total
PDB Indonesia. Angka yang relatif masih sangat kecil. Saat ini, seharusnya dapat menjadi momentum bagi pemerintah untuk mengikis
gejala deindustrialisasi yang sempat muncul akibat krisis ekonomi tahun 2008, sekaligus menata lagi strategi dalam mengembangkan dan memperkuat struktur
industri nasional. Sekarang semua bergantung pada seberapa serius dan seberapa cerdas pemerintah menciptakan kemakmuran bagi rakyat, dengan belajar pada apa
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi selama tahun 2008, yang merupakan tahun kegagalan dalam pembangunan industri nasional.
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sektor industri manufaktur yang kuat dan berdaya saing. Produk Domestik Regional
Bruto PDRB Sumatera Utara 2008-2012 menunjukkan rata-rata kontribusi sektor industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara setiap tahunnya mengalami
trend yang meningkat. Dengan kata lain tidak menutup kemungkinan terjadinya transformasi struktur perekonomian dimana sektor industri akan menjadi salah satu
sektor basis di Provinsi Sumatera Utara. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku miliar rupiah, 2008-2012
Lapangan Usaha 2008
2009 2010
2011 2012
1. Pertanian
48.871,76 54.431,19
62.984,34 70.655,87
76.838,11 2.
Pertambangan dan Penggalian
2.980,89 3.229,57
3.759,75 4.341,19
4.635,32 3.
Industri 51.640,68
55.050,58 63.013,45
70.672,27 77.484,96
4. Listrik, Gas Air
Minum 2.073,31
2.324,64 2.602,69
2.966,49 3.178,78
5. Bangunan
12.762,99 14.901,55
17.519,79 20.172,80
23.595,94 6.
Perdagangan, Hotel Restoran
41.281,12 44.941,66
52.395,32 60.387,52
67.027,28 7.
Pengangkutan Komunikasi
18.568,82 21.040,75
24.907,45 28.964,29
32.854,36 8.
Keuangan, Asuransi, Usaha per-sewaan
bangunan tanah, Jasa Perusahaan
14.409,71 15.728,68
18.163,84 21.887,63
26.442,21
9. Jasa Kemasyarakatan,
Sosial Perorangan 21.342,41
24.704,99 29.709,88
34.324,37 39.061,18
PDRB 213 931,70
236.353,62 275.056,51 314.372,44 351.118,16
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
Jika mengacu pada salah satu bentuk strategi perencanaan pembangunan ekonomi yang dijalankan saat ini yaitu Masterplan Percepatan dan Perluasan
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI menetapkan bahwa Sumatera Utara merupakan salah satu daerah koridor pembangunan ekonomi Sumatera, dengan tema
pembangunan sebagai “Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Energi Nasional”, dimana sektor industri merupakan bagian dari fokus kegiatan ekonomi
utama. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melihat adanya peran penting sektor
industri manufaktur serta prospek pengembangan yang menjanjikan untuk sektor industri manufaktur di Sumatera Utara. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
mendalami dan menganalisanya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Industri Manufaktur di Provinsi Sumatera Utara”.
1.2. Perumusan Masalah