Profil Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur Pergeseran Bersih Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur

4.4.3. Profil Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur

Profil pertumbuhan sektor industri manufaktur merupakan identifikasi lanjut dari persentase nilai pertumbuhan proporsional PP dan nilai pertumbuhan pangsa wilayah PPW. Nilai tersebut akan menunjukkan pada kuadran mana pertumbuhan sektor industri manufaktur di Sumatera Utara. Pada sumbu horizontal terdapat PP sebagai absis dan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat. -8 -5 PP Kuadran III -10 -12 45° -8;-12 PPW Gambar 4 : Profil Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur Sumatera Utara Dari nilai PP -8 dan nilai PPW -12 membentuk titik koordinat pada -8,-12, dimana titik koordinat tersebut berada pada kuadran III. Maka, melalui titik koordinat tersebut menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur di Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pertumbuhannya lambat PP = -8 0, juga daya saing wilayah sektor industri tersebut kurang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya PPW = -12 0. Pertumbuhan sektor industri yang lambat dikarenakan oleh minimnya sarana dan prasarana pembangunan sektor industri di Sumatera Utara. Sementara, kurangnya daya saing sektor industri diakibatkan kurang maksimalnya penerapan teknologi dan sarana prasarana pendukung serta kurangnya akses pasar dan dukungan kelembagaan di sektor industri Sumatera Utara.

4.4.4. Pergeseran Bersih Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur

Pergeseran Bersih Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur di Sumatera Utara dapat diketahui dari hasil penjumlahan antara pertumbuhan proposional PP dengan pertumbuhan pangsa wilayah PPW pada sektor industri tersebut. PBij = PPij + PPWij PBij = -1.704,42 + -2.556,64 PBij = -4.261,06 miliar rupiah atau : PBij = PPij + PPWij PBij = -8 + -12 PBij = -20 Universitas Sumatera Utara Dari hasil perhitungan, diperoleh angka Pergeseran Bersih PBij sebesar –Rp 4.261,06 miliar atau sebesar -20, menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor industri termasuk kelompok yang tidak progresif lambat. Ini terlihat dari pertumbuhan sektor industri tidak mampu menutupi daya saing sektor industri yang kurang baik dan sebaliknya daya saing sektor industri tidak mampu untuk menutupi pertumbuhan sektor industri yang lambat. Hal tersebut dikarenakan nilai pertumbuhan dan daya saing sektor industri bernilai negatif masing. Sehingga dihitung perlambatan pertumbuhan dan lemahnya daya saing tersebut selama periode 2005-2012 bernilai sebesar –Rp4.261,06 miliar. 4.5. Potensi dan Kontribusi Sektor Industri Manufaktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara Dari pembahasan sebelumnya, telah diketahui bahwa pertumbuhan sektor industri manufaktur di Sumtaera Utara tergolong lambat dan daya saing yang kurang baik. Tetapi jika melihat dari perkembangannya, sektor industri manufaktur di Sumatera Utara berkembang positif secara perlahan. Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui potensi sektor industri tersebut dan perlu dilakukan suatu perhitungan lebih lanjut yang mendalam dengan menggunakan analisis data yang ada. Analisis Location Quotient LQ sebagai alat analisis yang memberikan indikator potensi sektor industri di Sumatera Utara, apakah merupakan sektor unggulan atau bukan sektor unggulan. Adapun perhitungan nilai LQ sektor industri di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8. Indeks Location Quotient Sektor Industri Sumatera Utara 2005-2012 Tahun Si S Ni N Nilai LQ 2005 21.305,37 87.897,79 442.902,60 1.750.815,20 0,96 2006 22.470,57 93.347,40 466.249,10 1.847.126,70 0,95 2007 23.615,20 99.792,27 490.261,60 1.964.327,30 0,95 2008 24.305,23 106.172,36 510.101,70 2.082.456,10 0,93 2009 24.977,11 111.559,22 523.167,60 2.178.850,40 0,93 2010 26.015,21 118.718,90 549.935,60 2.314.458,80 0.92 2011 26.548,66 126.587,62 587.024,10 2.464.566,10 0,88 2012 27,513,09 134.463,95 624.740,00 2.618.938,40 0,86 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara diolah Hasil perhitungan LQ pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai LQ sektor industri selama periode 2005-2012 adalah lebih kecil dari 1 LQ 1. Bahkan selama periode tersebut trend nilai LQ sektor industri terus menurun. Ini mendefinisikan sektor industri manufaktur di Sumatera Utara belum mampu untuk memenuhi kebutuhan di wilayahnya sehingga diperlukan tambahan berorientasi impor dari daerah lain untuk memenuhinya. Sejak tahun 2005-2012 nilai LQ menurun sebesar 0,1, artinya pertumbuhan nilai produksi sektor industri belum mampu untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan lokal akan sektor industri atau dapat dikatakan ketergantungan sektor industri akan wilayah lain justru semakin naik. Dalam hal ini, sektor industri manufaktur di Sumatera Utara belum menjadi sektor unggulan atau sektor basis bagi perekonomian daerah. Meskipun dari hasil perhitungan analisis shift share dan analisis location quotient dibuktikan bahwa pertumbuhan sektor industri manufaktur tergolong lambat dan belum berpotensi sebagai sektor unggulan, namun kontribusi sektor industri manufaktur di Sumatera Utara dapat dikatakan berkontribusi atau berperan baik terhadap perumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Pada uraian sebelumnya mengenai Universitas Sumatera Utara perkembangan sektor industri seperti pada tabel 4.4 kontribusi sektor industri terhadap PDRB Sumatera Utara sangat penting dengan rata-rata diatas 20 setiap tahunnya dibawah kontribusi sektor pertanian. Tabel 4.5 juga menunjukkan peningkatan kontribusi sektor industri bagi perkembangan nilai ekspor Sumatera Utara. Pada indikator lain kontribusi sektor industri di Sumatera Utara juga dapat dilihat dari penyerapan jumlah tenaga pada sektor industri tersebut. Sebab sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu menyerap jumlah tenaga kerja lebih banyak dibanding sektor lainnya. Tabel 4.9. Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Menurut Golongan Industri orang Golongan Industri 2005 2008 2010 2012 1. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 59.261 62.513 58.978 66.031 2. Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit 3.205 3.198 5.801 5.658 3. Industri Kayu, Perabotan Rumah Tangga 21.070 16.622 16.119 14.972 4. Industri Kertas, Percetakan dan Penerbit 4.238 5.375 4.629 5.387 5. Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik 40.221 36.964 40.287 38.342 6. Industri Barang Galian Bukan Logam Kecuali Minyak Bumi dan Batubara 4.585 3.932 4.903 6.161 7. Industri Logam Dasar 5.304 6.044 6.432 4.220 8. Industri Barang dari Logam, Mesin dan Peralatannya 9.523 8.097 7.117 4.301 9. Industri Pengolahan Lainnya 842 808 1.083 5.053 Jumlah 148.249 143.553 145.349 150.125 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Secara garis besar kontribusi sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja tahun 2005-2012 memiliki pola yang meningkat. Krisis ekonomi tahun 2008 terlihat jelas sangat berdampak pada jumlah tenaga kerjas sektor industri di Sumatera Utara yang berkurang mencapai 4.696 orang dari tahun 2005. Dikarenakan kebijakan- Universitas Sumatera Utara kebijakan pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan-perusahaan kepada tenaga kerja pada masa itu. Namun, kondisi tersebut berangsur pulih pasca krisis ekonomi tersebut, ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja di tahun 2010 dan 2012 yang meningkat dari 148.249 orang tahun 2008 menjadi 150.125 orang tahun 2012. Jika melihat penyebaran tenaga kerja sektor industri di Sumatera Utara, golongan industri makanan, minuman dan tembakau menjadi salah satu industri yang terkonsentrasi lebih banyak menyerap tenaga kerja dengan jumlah 66.031 orang. Hal ini sedikit mengindikasikan bahwa pola industri di Sumatera Utara cukup dekat dengan sektor pertanian sebagai penghasil bahan baku industri makanan, minuman dan tembakau. Kontribusi sektor industri juga terlihat dari nilai output sektor industri di Sumatera Utara. Nilai output sektor industri di Sumatera Utara pada tabel dibawah ini menunjukkan pertambahan nilai output sektor industri pada periode 2005-2012 mencapai sebesar Rp119.605,69 miliar. Subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau menjadi subsektor yang dominan berkontribusi pada sektor industri di Sumatera Utara dengan pertambahan sebesar Rp78.449,22 miliar pada tahun 2012. Ini juga memberikan gambaran peluang bagaimana pertumbuhan industri usaha mikro kecil dan menengah UMKM di Sumatera Utara. Sebab subsektor industri makanan, minuman dan tembakau cenderung dapat beroperasi dalam usaha yang kecil dan menengah. Namun untuk itu perlu dukungan yang kuat dari sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10. Nilai Output Industri Besar dan Sedang Menurut Golongan Industri miliar rupiah di Sumatera Utara Tahun 2005-2012 Golongan Industri 2005 2008 2010 2012 1. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 37.187,28 74.982,48 58.335,61 115.636,50 2. Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit 149,86 239,65 914,55 832,07 3. Industri Kayu, Perabotan Rumah Tangga 2.411,12 2.481,65 2.160,04 2.642,45 4. Industri Kertas, Percetakan dan Penerbit 1.485,24 1.726,13 1.893,32 2.761,51 5. Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik 10.890,94 18.288,91 29.839,65 45.062,55 6. Industri Barang Galian Bukan Logam Kecuali Minyak Bumi dan Batubara 847,38 1.878,88 1.369,80 3.144,02 7. Industri Logam Dasar 6.394,20 9.924,29 12.742,05 6.695,13 8. Industri Barang dari Logam, Mesin dan Peralatannya 1.021,51 1.051,39 1.149,80 1.379,58 9. Industri Pengolahan Lainnya 23,80 35,64 33,43 1.917,22 Jumlah 60.411,33 110.609,02 108.438,25 180.071,02 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

4.6. Strategi Pengembangan dan Pembangunan Industrialisasi di Provinsi Sumatera Utara