KESIMPULAN DAN SARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI PEMBELAJARAN KOLABORATIF BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS 4 SEKOLAH DASAR DI SLB NEGERI 2 BANTUL.
2
penglihatan untuk menangkap pesan visual juga sebagai pintu masuknya konsep-konsep bahasa.
Hambatan lain yang dialami anak tunarungu akibat terhambatnya perkembangan bahasanya ialah hambatan dalam berkomunikasi dimana anak
sulit dalam memahami perkataan orang lain serta kesulitan dalam menyampaikan ide dan pikiran serta perasaannya. Hal tersebut menyebabkan
orang lain akan sulit untuk melibatkan anak dalam berbagai kegiatan seperti diskusi dalam keluarga maupun kelompok belajar. Kesullitan yang dialami
dikarenakan sulitnya memahamkan anak tentang keseluruhan situasi baik situasi dalam bahasan diskusi maupun situasi diskusi dalam kelompok itu
sendiri. Terhambatnya perkembangan bahasa anak juga sering kali menyebabkan anak salah menafsirkan suatu hal.
Kondisi ketunarunguan tersebut mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak yang memberikan karakteristik khusus bagi anak yang
mengalami hambatan pendengaran. Bidang perkembangan tersebut meliputi perkembangan akademis anak, perkembangan fisik kesehatan serta pada
perkembangan sosial-emosional anak. Hambatan pendengaran yang dialami anak pada kemampuan interaksi akan membentuk karakteristik anak dalam
bidang sosial emosional seperti anak memiliki pergaulan yang terbatas hanya dengan anak lain yang juga mengalami ketunarunguan, memiliki sifat
egosentris yang lebih besar dibandingkan anak pada umumnya, memendam perasaan takut atau hawatir akan lingkungan sekitar, perhatian yang susah
3
dialihkan apabila suka terhadap suatu hal, memiliki sifat polos, cepat marah serta mudah tersinggung.
Anak dalam aktivitas sehari-hari, baik untuk berhubungan dengan lingkungan keluarga, sekolah atau dengan lingkungan yang lebih luas yaitu
masyarakat sekitar sangat diperlukan keterampilan sosial dengan orang lain agar terjadi interaksi yang baik. Keterampilan sosial tersebut berguna agar
anak dapat diterima di lingkungannya dengan melakukan penyesuaian diri sesuai dengan kondisi dan keadaan lingkungannya atau dapat pula dengan
menyesuaikan lingkungan sesuai dengan kondisi dan keadaan anak yang memiliki hambatan. Dalam interaksi tersebut terjadi hubungan timbal balik
antara individu diri anak dengan masyarakatlingkungannya. Begitu pula dengan aktivitas di sekolah, anak tidak akan dapat bergaul
dengan teman lainnya apabila anak terus memaksakan kehendak sendiri tanpa menerima masukan dan kehendak orang lain, baik dalam aktivitas bermain
maupun dalam kegiatan belajar di kelas. Sifat tunarungu yang memiliki tingkat egosentris yang tinggi menyebabkan anak sering kali bersikap paling
benar dan tidak mau mendapat koreksi dari teman yang dianggap setara atau bahkan memiliki pengetahuan yang lebih rendah, terkecuali koreksi dari
orang yang dianggap benar dan dipercaya anak seperti guru atau orang tua. Sedangkan anak yang tidak mengetahui suatu hal akan mudah percaya pada
informasi yang diperoleh dari orang lain tanpa mengoreksi atau mempertanyakan informasi tersebut padahal informasi yang di peroleh anak
memiliki kekurangan karena hambatan pendengaran yang dimiliki anak
4
sehingga sering kali timbul masalah akibat sikap anak dengan kesalahan informasi tersebut.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di SLB N 2 Bantul, khususnya pada siswa-siswi kelas 4 Sekolah Dasar tampak adanya perbedaan
sikap dari siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. di kelas 4 SD tersebut terdapat siswa dengan sikap yang ramah dengan terus menyapa orang lain dan
membantu siswa lain yang mengalami kesulitan memahami penjelasan ataupun perintah guru. Di kelas yang sama juga terdapat siswa yang sangat
jarang terlihat berinteraksi dengan teman lainnya, jarang merespon ketika diajak berbicara, menyendiri saat jam istirahat dan tidak menyelesaikan tugas
ketika tidak memahami perintah yang disampaikan guru. Hal tersebut menunjukkan perbedaan keterampilan sosial yang mencolok antara siswa
yang satu dengan siswa lainnya walaupun mereka berada dalam satu kelas yang sama.
Berdasarkan masalah yang ditemukan di lapangan tersebut, peneliti berpendapat diperlukan adanya suatu penanganan yang dapat di gunakan
untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa dengan bantuan dari siswa lain yang memiliki sikap dan keterampilan yang baik dalam bidang sosialnya.
Guru selaku orang yang dianggap anak memiliki kebenaran pengetahuan diharapkan mengarahkan siswa dalam berbagai hal termasuk dalam
berinteraksi dimana siswa perlu mengolah informasi yang diterima atau menjaga sikap dalam menyampaikan informasi agar berguna bagi orang lain
dan dapat dipastikan bahwa informasi tersebut memiliki landasan untuk
5
disampaikan kepada orang lain. Guru dapat mengajarkan anak untuk dapat menyampaikan dan menanggapi informasi yang diterima dengan benar di luar
proses pembelajaran dengan membiasakan anak saling bertutur sapa dengan anggota masyarakat sekolah lainnya atau dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan media, metode dan atau pendekatan yang dapat memahamkan anak cara yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan sikap kerja sama dan kemampuan interaksi siswa
ialah pembelajaran kolaboratif. Gunawan dalam Hosnan, 2014: 310 menjelaskan bahwa collaboratif learning bukan hanya sekedar bekerja sama
dalam suatu kelompok, tetapi lebih kepada suatu proses pembelajaran yang melibatkan proses komunikasi secara utuh dan adil di dalam kelas, pendapat
tersebut jelas memberikan keterangan bahwa pentingnya terjadi komunikasi antar siswa dalam menyelesaikan suatu persoalan. Pembelajaran kolaboratif
bukan metode yang hanya menekankan pada perkembangan akademik siswa, namun juga pada perkembangan sosial siswa karena metode pembelajaran
kolaboratif dilaksanakan dengan memberikan suatu tugas untuk diselesaikan oleh siswa bersama dengan siswa lainnya dalam suatu kelompok diskusi.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin menjelaskan peningkatan keterampilan sosial yang dapat dicapai anak tunarungu tingkat sekolah dasar
kelas 4 kelas di SLB Negeri 2 Bantul dengan penerapan pembelajaran kolaboratif.