Keterampilan Sosial KAJIAN PUSTAKA

22 Menjadi bagian dari suatu kelompok, seseorang harus memiliki fungsi yang melengkapi kelompok tersebut. 5. Sebagai alat untuk membentuk kecakapan Sosialisasi bertujuan sebagai pelengkap kecakapan sosial, emosional dan kognitif seorang anak sehingga ia dapat bergaul dengan baik atau berfungsi secara maksimal dalam masyarakat. Prilaku dalam interaksi sosial merupakan proses yang rumit yang tidak hanya kegiatan interaksi antara satu individu dengan individu lain, namun interaksi sosial merupakan suatu proses kompleks yang di dasari oleh berbagai faktor, termasuk faktor psikologis dan faktor lingkungan yaitu orang lain. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya interkasi: 1. Faktor Imitasi Imitasi merupakan dorongan seseorang untuk meniru orang lain. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa imitasi merupakan suatu landasan atau suatu faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial namun imitasi bukanlah satu-satunya faktor yang mendasari interaksi. Faktor imitasi tidak terjadi secara otomatis, melainkan juga terjadi dengan pengaruh dari faktor lain seperti sikap menerima sikapprilaku yang di imitasi tersebut. Imitasi banyak terjadi pada tahap-tahap awal perkembangan individu, seperti perkembangan bahasa anak yang terjadi setelah anak mendengarkan ucapan dari orang lain dan kemudian belajar untuk menyampaikan kembali kataucapan tersebut. 2. Faktor sugesti 23 Sugesti adalah pengaruh psikis yang diterima tanpa banyak kritik dari individu yang bersangkutan, pengaruh psikis tersebut dapat datang dari diri sendiri auto-sugesti maupun orang lain hetero-sugesti. Dalam interaksi sosial di masyarakat, banyak individu menerima suatu cara, pedoman, pandangan maupun norma dari orang lain atau lingkungannya tanpa banyak kritik terhadap norma, pandangan, pedoman maupun cara tersebut. 3. Faktor Identifikasi Identifikasi adalah dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain. Dalam proses terjadinya identifikasi, seluruh norma, cita-cita bahkan sikap dari orang tua dapat dijadikan norma, cita-cita dan sikap anak yang tampak dari prilaku anak sehari-hari. Pada masa remaja, seorang individu tidak lagi melakukan identifikasi terhadap orang tua melainkan mulai mencari norma-norma sosial sendiri. Pencarian tersebut menyebabkan anak mencari sosok atau tokoh dalam masyarakat yang di anggap memiliki pandangan yang sesuai dengan individu. 4. Faktor Simpati Simpati merupakan rasa tertarik kepada orang lain yang timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan atas dasar perasaan atau emosi. Timbulnya simpati dapat mengakibatkan seseorang dapat memahami individu lain dengan lebih mendalam sehingga terjalin interaksi sosial saling pengertian. 24

C. Pembelajaran Kolaboratif Collaborative Learning

1. Pengertian pembelajaran kolaboratif Collaborative diartikan sebagai “act of working together” atau kegiatan bekerja secara bersama yang dimaksudkan ialah seseorang bekerja bersama orang lain untuk menyelesaikan tugasnya, baik itu tugas individu maupun tugas bersama. Gerlach dalam Suryani, 2010: 10 mengartikan pembelajaran kolaboratif sebagai sebuah pendekatan dalam hal pengajaran dan pembelajaran yang melibatkan sekelompok siswa untuk bekerja bersama menyelesaikan masalah, tugas, atau dalam menghasilkan suatu produk. Pendapat lain mengenai pembelajaran kolaboratif disampaikan oleh Ted Panitz sebagai filsafat interaksi dan gaya hidup yang menjadikan kerjasama sebagai suatu struktur interaksi yang dirancang sedemikian rupa guna mempermudah usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Gunawan dalam Hosnan,2014: 310 menjelaskan bahwa collaboratif learning bukan hanya sekedar bekerja sama dalam suatu kelompok, tetapi lebih kepada suatu proses pembelajaran yang melibatkan proses komunikasi secara utuh dan adil di dalam kelas. Bakley, Cross, dan Major 2012, 6 menjelaskan bahwa pembelajaran kolaboratif adalah perpaduan dua atau lebih pelajar yang bekerja bersama-sama dan berbagi beban kerja secara setara sembari secara perlahan mewujudkan hasil pembelajaran yang diinginkan. 25 Bruner dalam Brady, 2006: 3 megatakan bahwa siswa harus bertanggung jawab atas pembelajarannya melalui partisipasi aktif yang dapat mendekatkan siswa pada apa yang dipelajarinya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa akan lebih memahami apa yang di pelajarinya apabila siswa melaksanakan pembelajaran tersebut tanpa tekanan dan menyenangkan bersama teman-teman yang lainnya. Pada teori lain, Vigotsky dalam Brady, 2006: 9 menyampaikan bahwa pendidikan umumnya digelar dengan dasar sosial-budaya. Pandangan ini memandang pembelajaran sebagai hasil dari pengalaman sosial dan budaya dari pelajar, keadaan sosial lingkungan belajar dan interaksi yang telah dilaksanakan pelajar. Laurie Brady memberikan gambaran tentang kegiatan belajar mengajar yang dinamakan model konstruktivis sosial dari pembelajaran dan pengajaran, yaitu: a. Suasana kelas Menciptakan suasana kelas yang yang kolaboratif, saling perduli atau saling menjaga, dan dengan cara berdialog dalam menemukan makna. b. Kondisi belajar Kondisi belajar tersebut ialah dengan mengatur sebuah kasus untuk mendorong rasa ingin tahu siswa, menanyakan pertanyaan- pertanyaan, dan bekerja sama dengan siswa lain untuk membangun pengetahuan baru bagi siswa. 26 c. Kegiatan Pembelajaran Yaitu kegiatan dalam mediskusikan tujuan-tujuan belajar yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuannya. d. Kesempatan Belajar Siswa Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya kepada siswa lain untuk mendapatkan masukan atau timbal balik. Gambaran tentang pembelajaran tersebut memberikan kesempatan yang banyak bagi siswa untuk mengembangkan sikap sosial yang baik dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan sistem kelas yang demokratis. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif adalah suatu pendekatan dalam kegiatan belajar mengajar dimana siswa harus bekerja sama menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu terciptanya suasana kelas, kondisi kelas, kondisi pembelajaran, serta kesempatan belajar yang baik dan kondusif bagi siswa. Selama proses penyelesaian tugas tersebut terjadi partisipasi aktif dan komunikasi antar siswa yang dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya. 2. Macam-Macam Pembelajaran Kolaboratif a. Learning Together. Dalam metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan 27 oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok. b. Teams-Games-Tournament TGT. Setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok. c. Group Investigation GI. Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok. d. Academic-Constructive Controversy AC. Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya. 28 e. Jigsaw Proscedure JP. Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok. f. Student Team Achievement Divisions STAD. Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota- anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok. g. Complex Instruction CI. Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual menggunakan dua bahasa dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok. h. Team Accelerated Instruction TAI. Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif kolaboratif