28
e. Jigsaw Proscedure JP. Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok
bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian
didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok. f. Student Team Achievement Divisions STAD. Para siswa dalam
suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota- anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan
sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan
kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun
kelompok. g. Complex Instruction CI. Metode pembelajaran ini menekankan
pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika dan pengetahuan sosial.
Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan
dalam pembelajaran yang bersifat bilingual menggunakan dua bahasa dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian
didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok. h. Team Accelerated Instruction TAI. Bentuk pembelajaran ini
merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif kolaboratif
29
dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih
dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar,
setiap siswa mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun jika seorang siswa belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan
benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian
didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok. i. Cooperative Learning Stuctures CLS. Dalam pembelajaran ini setiap
kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa berpasangan. Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor
mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan
terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran.
j. Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC. Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model
pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai
kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.
30
3. Kelebihan Pembelajaran Kolaboratif a. Siswa belajar bermusyawarah
b. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain c. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional
d. Dapat memupuk rasa kerja sama. e. Adanya persaingan yang sehat
4. Kelemahan Pembelajaran Kolaboratif a. Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok
persoalan. b. Membutuhkan waktu yang cukup lama.
c. Terdapat siswa yang ingin tampil menonjol dan siswa yang lemah d. Merasa rendah diri dan selalu berketergantungan pada orang lain.
e. Kesimpulan atau penyelesaian masalah yang sering kali menyimpang dari tujuan.
D. Kerangka Berpikir
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami hambatan pendengaran yang menyebabkan anak mengalami hambatan dalam perkembangan
bahasanya. Bagi anak tunarungu yang memperoleh pendidikan dan pelatihan pengembangan bahasa baik di sekolah maupun di lembaga rehabilitasi
lainnya memiliki kesempatan untuk mengembangkan bahasanya serta belajar menggunakan indera lain sebagai kompensasi hambatan pendengaran yang
dialami, walaupun perkembangan bahasa anak tunarungu tidak akan sebaik
31
perkembangan bahasa anak normal. Walaupun perkembangan bahasa anak telah berkembang dengan baik, namun ketunarunguan terkadang membentuk
prilaku anak yang lebih mementingkan diri sendiri dan kurang perhatian dengan orang di sekitar anak termasuk dalam hal komunikasi dengan orang
lain. Anak tunarungu terbiasa dengan sikap lingkungan yang kurang menghiraukan anak karena di anggap sulit untuk di ajak berkomunikasi,
menyebabkan anak lebih memfokuskan pada diri sendiri egosentris, sehingga anak kurang dapat menerima informasi dan pendapat orang lain.
Besarnya sifat egosentris anak tersebut sering kali menyebabkan kesalahpahaman antara individu dengan orang lain, termasuk pada anak
tunarungu tingkat Sekolah Dasar kelas 4 dimana anak hanya menerima informasi tanpa menyaringnya, menyampaikan informasi tanpa mengetahui
kebenarannya, serta tetap berpegang teguh pada pengetahuan yang ia percayai walaupun salah.
Dengan sifat anak yang demikian, guru sebagai pendidik utama siswa di sekolah hendaknya mengajarkan siswa cara untuk saling menghargai
pendapat, menyampaikan informasi dengan alasan yang benar. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan ialah pembelajaran kolaboratif dimana
siswa berada dalam suatu kelompok untuk membahas suatu masalah dengan bekerja sama mencapai tujuan yang telah di tetapkan kelompok. Dalam
pembelajaran kolaboratif, setiap siswa memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya dan siswa lain berkewajiban mendengarkan
pendapat siswa tersebut serta memberi respon terhadap pendapat tersebut.
32
Peneliti meyakini bahwa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kolaboratif dalam kegiatan belajar siswa, dapat membantu siswa untuk
bersosialisasi dengan lebih baik terhadap lingkungannya, begitu pula pada siswa tingkat Sekolah Dasar kelas 4 di SLB Negeri 2 Bantul.
E. Hipotesis Tindakan
Dari kajian teori dan kerangka berpikir yang telah di uraikan di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan yaitu ”Keterampilan sosial dapat
ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran kolaboratif pada anak tunarungu tingkat Sekolah Dasar kelas 4 di SLB Negeri 2 Bantul.”
33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekataan penelitian dibedakan menjadi 2 jenis pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Menurut Purwanto 2008:
16 Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang mengukur kualitas suatu produk dalam bentuk angka dalam pengumpulan dan analisis datanya,
sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang mempertahankan keaslian data tanpa penapsiran menggunakan angkapurwanto, 2008: 20.
Pendekatan penelitian yang di gunakan pada penelitian ini ialah pendekat Penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian yang digunakan ialah
Penelitian Tindakan Kelas Classroom Action Research yang merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik
dengan memberikan sebuah tindakan treatment yang sengaja dimunculkan Mulyasa, 2009: 11. Dalam penelitian ini, tindakan yang dimaksudkan ialah
tindakan yang dilaksanakan oleh peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kolaboratif dibawah
bimbingan dan arahan dari guru, sedangkan peneliti bertugas sebagai pengamat perubahan prilaku siswa dan faktor-faktor yang menyebabkan
tindakan yang dilaksanakan tersebut gagal atau berhasil Mulyatiningsih, tt: 1.
Menurut Suharsimi Arikunto 2010: 1, Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah melalui suatu tindakan nyata.
34
Tindakan yang di berikan peneliti dalam menyelesaikan masalah keterampilan sosial siswa ialah dengan menggunakan metode pembelajaran
kolaboratif.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini ialah model Kemmis dan McTaggart