26
3.4 Pembuatan Media 3.4.1 Media Nutrient Agar NA
Komposisi: Lab-lemco powder 1 g
Yeast extract 2 g
Peptone 5 g
Sodium chloride 5 g
Agar 15 g
Sebanyak 28 g serbuk nutrient agar NA disuspensikan dalam air suling hingga 1000 ml. Suspensi dipanaskan hingga seluruh bahan larut sempurna.
Larutan tersebut disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit Bridson, 1998.
3.4.2 Media Nutrient Broth NB
Komposisi: Lab-lemco powder 1 g
Yeast extract 2 g
Peptone 5 g
Sodium chloride 5 g
Sebanyak 13 g serbuk nutrient broth NB disuspensikan dalam air suling hingga 1000 ml. Suspensi dipanaskan hingga seluruh bahan larut sempurna.
Larutan tersebut disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit Bridson, 1998.
3.5 Sterilisasi Alat
Alat-Alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri ini, disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkan di dalam oven pada
suhu 170°C selama 1 jam. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Jarum ose dan pinset dipijar dengan lampu Bunsen Waluyo,
2004.
Universitas Sumatera Utara
27
3.6 Pembuatan Agar Miring
Sepuluh mililiter media nutrient agar NA dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung kemudian diletakkan dengan kemiringan 30-45°C dan dibiarkan
pada suhu kamar hingga media memadat. Media disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 5
o
C Lay dan Hastowo, 1994.
3.7 Pembuatan Stok Kultur Bakteri 3.7.1 Pembuatan stok Kultur bakteri
Staphylococcus epidermidis Sebanyak satu ose koloni bakteri Staphylococcus epidermidis diambil
dengan menggunakan jarum ose steril, lalu diinokulasikan pada pemukaan media nutrient agar NA miring dengan cara menggores menggunakan jarum ose steril,
kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2°C selama 18 - 24 jam Ditjen POM, 1995.
3.7.2 Pembuatan stok Kultur bakteri Escherichia coli
Sebanyak satu ose koloni bakteri Escherichia coli diambil dengan menggunakan jarum ose steril, lalu diinokulasikan pada pemukaan media nutrient
agar NA miring dengan cara menggores menggunakan jarum ose steril, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2°C selama 18 - 24 jam
Ditjen POM, 1995.
3.8 Pembuatan Inokulum Bakteri 3.8.1 Pembuatan Inokulum Bakteri
Staphylococcus epidermidis
Koloni bakteri Staphylococcus epidermidis diambil dari stok kultur bakteri dengan menggunakan jarum ose steril, lalu disuspensikan dalam tabung reaksi
Universitas Sumatera Utara
28 yang berisi 10 ml media nutrient broth NB steril, diinkubasikan pada suhu 35 ±
2
o
C selama 2 - 3 jam sampai didapat kekeruhan dengan transmitan 25 menggunakan alat spektrofotometer visible pada panjang gelombang 580 nm
Ditjen POM, 1995. 3.8.2 Pembuatan Inokulum Bakteri
Escherichia coli
Koloni bakteri Escherichia coli diambil dari stok kultur bakteri dengan menggunakan jarum ose steril, lalu disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi
10 ml media nutrient broth NB steril, diinkubasikan pada suhu 35 ± 2
o
C selama 2 - 3 jam sampai didapat kekeruhan dengan transmitan 25 menggunakan alat
spektrofotometer visible pada panjang gelombang 580 nm Ditjen POM, 1995.
3.9 Pembuatan Larutan Sabun Dengan Berbagai Konsentrasi 3.9.1 Konsentrasi 5 bv
Sabun madu transparan yang dihasilkan terlebih dahulu dipotong-potong hingga halus kemudian ditimbang 5 g potongan sabun lalu dilarutkan dengan 100
ml akuades steril.
3.9.2 Konsentrasi 10 bv
Sabun madu transparan yang dihasilkan terlebih dahulu dipotong-potong hingga halus kemudian ditimbang 10 g potongan sabun lalu dilarutkan dengan
100 ml akuades steril.
3.9.3 Konsentrasi 20 bv
Sabun madu tranaparan yang dihasilkan terlebih dahulu dipotong-potong hingga halus kemudian ditimbang 20 g potongan sabun lalu dilarutkan dengan
100 ml akuades steril.
Universitas Sumatera Utara
29
3.10 Metode Pengujian Efek Aktivitas Antibakteri Secara In Vitro
Ke dalam cawan petri dimasukkan 0,1 ml inokulum, kemudian ditambahkan 20 ml media nutrient agar steril yang telah dicairkan, dihomogenkan dan
dibiarkan sampai media memadat. Cakram kertas diameter 6 mm direndam ke dalam larutan uji dengan berbagai konsentrasi dan diletakkan diatas permukaan
media agar, kemudian diinkubasi pada suhu 35 ± 2°C selama 18 - 24 jam. Diameter daerah hambat di sekitar cakram kertas diukur dengan menggunakan
jangka sorong. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali. Perlakuan sama terhadap sabun madu transparan yang menggunakan VCO, minyak kelapa sawit palm oil
dan minyak kedelai soybean oil. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 59 - 60.
Universitas Sumatera Utara
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemerikasaan Sifat Fisik Sabun Madu Transparan
Pemeriksaan sifat fisik sabun seperti pH, tinggi busa dan tegangan permukaan dilakukan terhadap sabun madu transparan yang menggunakan
minyak kelapa murni VCO, minyak kelapa sawit dan minyak kedelai, dengan maksud untuk mengetahui apakah ketiga sabun madu tansparan memiliki sifat
fisik yang berbeda. Hasil sifat fisik ketiga sabun madu transparan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
4.1.1 Hasil Pengukuran pH Dari Ketiga Sabun Madu Transparan
Data hasil pengukuran pH dari ketiga sabun madu transparan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran pH Dari Ketiga Sabun Madu Transparan
No. Konsentrasi
sabun madu transparan
bv pH
Sabun VCO Sabun Minyak
Kelapa Sawit Sabun Miyak
Kedelai
1. 0,001
6,70 6,73
6,80 2.
0,005 6,73
6,76 6,86
3. 0,010
6,76 6,83
6,90 4.
0,020 6,80
6,90 6,96
5. 0,030
6,86 6,93
7,10 6.
0,040 7,03
7,13 7,23
7. 0,050
7,20 7,26
7,30 8.
0,060 7,33
7,36 7,46
9. 0,070
7,50 7,53
7,56 10.
0,080 7,53
7,60 7,66
11. 0,090
7,63 7,70
7,73 12
0,100 7,73
7,80 7,86
Universitas Sumatera Utara