3.6.2.3 Uji Hipotesis
3.6.2.3.1 Uji Ketuntasan Belajar
Pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi syarat ketuntasan belajar yaitu jika sekurang-kurangnya 75 dari jumlah peserta didik yang ada dalam
kelas tersebut tuntas belajar. Setiap peserta didik dikatakan tuntas belajar jika nilai tes kemampuan komunikasi matematik
≥ 65. Untuk uji ketuntasan individual dilakukan dengan membandingkan antara nilai kemampuan komunikasi
matematik peserta didik dengan KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah. Uji ketuntasan klasikal menggunakan uji proporsi satu pihak.
Untuk uji proporsi, digunakan uji satu pihak kanan untuk pasangan hipotesis H
dan tandingannya H
a
. H
: π ≤ 0,74 proporsi peserta didik dengan nilai kemampuan komunikasi matematik
≥ 65 yang memperoleh model pembelajaran NHT atau TPS kurang dari atau sama dengan 74, oleh karena itu dipilih
= 74. H
a
: π 0,74 proporsi peserta didik dengan nilai kemampuan komunikasi matematik
≥ 65 yang memperoleh model pembelajaran NHT atau TPS lebih dari 74, oleh karena itu dipilih
= 74. Untuk uji hipotesisnya menggunakan statistik z yang rumusnya adalah sebagai
berikut Sudjana, 2002: 233.
= ,
Keterangan : x
: banyak peserta didik yang tuntas. n
: banyaknya peserta didik pada kelas ekperimen. Z : nilai z yang dihitung selanjutnya disebut z
hitung.
: suatu nilai yang merupakan anggapan atau asumsi tentang nilai proporsi sampel.
Kriterian pengujian H ditolak jika z
hitung
≥ z
0,5-
dengan taraf signifikansi 5. Setelah itu dilakukan uji beda satu rata-rata menggunakan uji t
satu pihak, yaitu uji pihak kanan, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. H :
≤ 65 H :
65 Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Sudjana 2002:227
= ̅−
√
Keterangan: :
nilai t yang dihitung.
̅
: rata-rata nilai. : nilai yang dihipotesiskan.
: simpangan baku. n : jumlah anggota sampel.
Nilai dengan dk = n – 1 dan peluang
1 − . Kriteria pengujian
yaitu H ditolak jika
≥ dengan taraf signifikansi 5.
3.6.2.3.2 Uji Perbedaan Rata-Rata