Aktivitas Peserta Didik Pembahasan

sempurna maka pada pertemuan kedua mulai diperbaiki oleh guru sehingga terjadi perubahan persentase yang lebih tinggi. Hal yang sama juga dilakukan pada pertemuan yang ketiga, bahwa pembelajaran yang terjadi pada pertemuan ketiga ini guru berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangannya pada pertemuan pertama dan kedua. Dapat disimpulkan, bahwa kinerja guru secara umum dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas eksperimen I ataupun II termasuk dalam kriteria baik.

4.3.2 Aktivitas Peserta Didik

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada kelas eksperimen, terjadi perubahan aktivitas peserta didik dari pertemuan 1 ke pertemuan selanjutnya baik kelas yang menerima pembelajaran NHT maupun kelas yang menerima pembelajaran TPS. Di awal pembelajaran aktivitas peserta didik belum begitu terlihat. Hal ini dimungkinkan karena peserta didik belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT maupun model pembelajaran kooperatif tipe TPS, sehingga masih banyak peserta didik yang bergantung pada temannya dan tidak ikut berdiskusi terhadap permasalahan yang diberikan. Pada saat menyajikan hasil diskusi masih ada peserta didik yang merasa ragu untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Sehingga guru menunjuk peserta didik agar ada peserta didik yang mau menyampaikan hasil diskusinya. Pada pertemuan kedua peserta didik mulai terbiasa dan menyesuaikan diri dalam pembelajaran. Peserta didik lebih bersemangat berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk mengerjakan soal pada kartu soal yang diberikan oleh guru. Peserta didik yang belum mengerti tidak terlihat canggung untuk bertanya pada teman sekelompoknya, tetapi masih ada peserta didik yang ragu untuk bertanya kepada guru. Beberapa kelompok sudah berani menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada pertemuan ketiga peserta didik semakin terbiasa dan lebih aktif dalam pembelajaran. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS, peserta didik merasa senang karena telah berhasil mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dalam bentuk kartu soal. Peserta didik juga tidak ragu untuk bertanya apabila ada hal yang kurang jelas mengenai materi yang diberikan. Ketika diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusinya tanpa ditunjuk kelompok mana yang akan maju, banyak peserta didik yang berani menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada kedua kelas eksperimen yang dikenai pembelajaran kooperatif peserta didik terlihat lebih aktif dan cenderung siap mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mempelajari terlebih dahulu topik yang akan dibahas. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran kooperatif lebih banyak berpusat pada peserta didik, sehingga anak diberi kesempatan untuk turut serta dalam diskusi kelompok. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mandal 2009:98, bahwa pembelajaran kooperatif memberikan banyak keuntungan salah satu diantaranya dapat menciptakan lingkungan untuk pembelajaran aktif bagi peserta didik untuk bereksplorasi. Pada pembelajaran kooperatif juga dipelajari keterampilan- keterampilan yang fungsinya untuk memperlancar hubungan kerja dan tugas peserta didik. Keterampilan ini yang dinamakan keterampilan kooperatif. Menurut Ibrahim 2000:47-55, keterampilan kooperatif meliputi keterampilan sosial, keterampilan berbagi, keterampilan berperan serta, keterampilan komunikasi, dan keterampilan kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, pembelajaran tidak dapat berfungsi secara efektif apabila dalam kelompok terjadi miskomunikasi. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi sangat penting dalam pembelajaran ini agar dalam melaksanakan kerja kelompok setiap anggota kelompok dapat mengkomunikasikan gagasan-gagasannya kepada anggota yang lain. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik baik tertulis maupun lisan serta nilai bahkan sampai sikap mereka dalam kelas terhadap matematika. Pada kelas kontrol yang dikenai pembelajaran ekspositori, peneliti tidak melakukan pembelajaran di kelas. Akan tetapi, pembelajaran dilakukan oleh guru matematika sekolah tersebut. Peneliti hanya mengambil data tes hasil belajar kemampuan komunikasi matematik.

4.3.3 Kemampuan Komunikasi Matematik

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65