131
tersebut berada, membuat berita acara eksekusi, dengan ketentuan memuat waktu hari, tanggal, bulan, tahun dan jam pelaksanaan,
jenis, letak, ukuran dari barang yang dieksekusi.
130
Tentang kehadiran termohon eksekusi, tentang pengawas barang obyek yang dieksekusi,
penjelasan tentang
Niet Bevinding
barangobyek yang
tidak diketemukantidak sesuai dengan amar putusan, Penjelasan tentang dapattidaknya
eksekusi dijelaskan keterangan tentang penyerahan barang obyek kepada pemohon eksekusi. Tanda tangan PaniteraJurusitaJurusita Pengganti eksekutor, 2 dua
orang saksi yang membantu menjalankan eksekusi, Kepala DesaLurahCamat dan termohon eksekusi itu sendiri. Untuk tanda tangan Kepala DesaLurahCamat dan
termohon eksekusi tidaklah merupakan keharusan. Artinya tidaklah mengakibatkan tidak sahnya eksekusi, akan tetapi akan lebih baik jika mereka turut tanda tangan
guna menghindari hal-hal yang tidak diingini.
131
Memberitahukan isi berita acara eksekusi kepada termohon eksekusi Pasal 209 R.Bg, yang dilakukan ditempat dimana eksekusi dijalankan jika termohon
eksekusi hadir pada saat eksekusi dijalankan, atau ditempat kediamannya jika termohon eksekusi tidak hadir pada saat eksekusi dijalankan.
B. Kendala Pelaksaan Eksekusi Terhadap Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang berada dalam Kawasan Hutan.
Sesungguhnya masalah tentang eksekusi, meliputi antara lain permasalahan yang bertalian dengan pelaksanaan hak-hak kreditur dalam hubungan perikatan yang
130
J. Satrio, Op.cit.hlm. 286.
131
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
132
tertuju pada harta kekayaan debitur, manakala perikatan tersebut tidak dipenuhi secara sukarela oleh debitur.
Dalam hubungan perikatan dikenal adanya beberapa macam kreditur, seperti : kreditur preferen atau separatis, kreditur pemegang privilege, dan kreditur
conkurent. Adanya tingkatan beberapa kreditur tersebut, sebetulnya bertalian erat dengan masalah eksekusi atau dalam hal terjadinya kredit macet pada diri debitur.
Manakala terjadi kedua peristiwa ini, maka disinilah tingkatan berbagai kreditur berbicara, dalam arti menentukan kreditur yang mana yang harus didahulukan
terlebih dahulu dalam pemenuhan haknya. Untuk dapat melaksanakan pemenuhan haknya atas benda jaminan dari
debitur melalui cara eksekusi yang telah disebut diatas, kreditur harus mempunyai alas hak untuk melakukan eksekusi melalui penyitaan eksekutorial executorial
beslag. Alas hak yang dimaksud adalah Sertipikat Hak Tanggungan yang mengandung titel eksekutorial. Persyaratan harus adanya titel eksekutorial ini
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi debitur terhadap perbuatan yang melampaui batas dari kreditur.
Hak tanggungan yang dimaksud dalam Undang-Undang Hak Tanggungan agar adanya kepastian hukum. Tidak diwarnai dengan keragu-raguan dan
kekacauan lagi seperti sebelumnya kendati isinya jelas memberikan kedudukan yang utama kepada – atau mendahulukan – pemegangnya, selalu
mengikuti objek yang dijaminkan ditangan siapapun objek itu berada, memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak
ketiga, memberi jaminan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan, serta mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.
132
132
Elza Syarief, Loc.cit. hlm. 284.
Universitas Sumatera Utara
133
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan, maka hak kreditur untuk dilindungi sesuai dalam pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata tidak terpenuhi, begitu juga
perlindungan kreditur dalam UUHT. Walaupun Mahkamah Konstitusi telah melakukan pengujian ulang terhadap pasal 1 angka 3 UU Kehutanan, namun
pencabutan SK.44Menhut-II2005 belum dilakukan, sehingga masyarakat Padang Lawas Utara dan kreditur-kreditur disana masih mematuhi keputusan Menteri
Kehutanan tentang penetapan wilayah hutan. Penunjukan
kawasan hutan
melalui SK.44Menhut-II2005
ternyata mendiskriminasikan hak kreditur untuk memperoleh perlindungan hukum, kepastian
hukum dan keadilan. Surat Keputusan tersebut sangat bertentangan dengan Pasal 28D UUD 1945, yang berbunyi :
1 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
2 Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
3 Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
4 Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Menurut Pasal 28D ayat 1 dan 2, sebenarnya kreditur dapat melakukan
gugatan ke peradilan atas kepastian hukum yang diterimanya terhadap jaminannya yang berada dalam kawasan hutan guna pelunasan hutang-hutanngnya. Pihak kreditur
dapat menyelesaikan sengketa ini melalui lembaga peradilan. Karena lembaga peradilan adalah tempat bagi pencari keadilan, jadi ketika hak milik atas tanah yang
telah dijaminkan tidak dapat dilakukan penyitaan karena bertentangan dengan Surat
Universitas Sumatera Utara
134
Keputusan Menhut, maka para pihak yang bersangkutan dapat mengajukan perkara ke Pengadilan.
Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum harus mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai, yaitu
menciptakan tatanan
masyarakat yang
tertib, menciptakan
ketertiban dan
keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. Dalam mencapai tujuan itu hukum bertugas
membagi hak dan kewajiban perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.
Untuk tanah-tanah hak milik yang berada dalam kawasan hutan akibat terbitnya SK. Menteri Kehutanan untuk wilayah Kabupaten Padang Lawas
Utara penyelesaian masalah hutang-piutang melalui eksekusi tidak dapat dilakukan. Kreditur yang tidak ingin dirugikan lebih memilih tindakan
pendekatan kepada debitur dalam hal pelunasan hutang-hutangnya.
133
Bagi kreditur yang tidak mempunyai sertipikat hak tanggungan sebagai bukti hak dalam eksekusi menimbulkan beberapa hambatan dalam eksekusi, yaitu sebagai
berikut : a.
Adanya penjelasan Pasal 20 ayat 1 UUHT yang dapat disimpulkan bahwa Kreditur berhak mengambil pelunasan piutang yang dijamin dari hasil penjualan
obyek Hak Tanggungan dalam hal hasil penjualan itu lebih besar daripada piutang tersebut yang setinggi-tingginya sebesar nilai tanggungan, sisanya
menjadi hak pemberi Hak Tanggungan. Dari ketentuan tersebut berarti utang
133
Hasil wawancara dengan Astro Simamora, Kepala Bidang Rehabilitas Dan Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Padang Lawas Utara, pada tanggal 20 Nopember
2013.
Universitas Sumatera Utara
135
yang harus dibayar dari uang hasil penjualan lelang obyek Hak Tanggungan milik Debitur setinggi-tingginyamaksimal adalah sebesar nilai tanggungan yang
disebut dalam Sertipikat Hak Tanggungan itu. Sedangkan biasanya Kreditur menetapkan jumlah lebih besar dari apa yang tertuang dalam Sertipikat Hak
Tanggungan, hal ini dikarenakan pada pembebanan Hak Tanggungan ada syarat- syarat, bahwa Debitur sepanjang mengenai besarnya jumlah yang tergantung,
harus menerima pembukuan dari pemberi kredit bagi penetapan jumlah yang tergantung itu termasuk bunga dan denda, sehingga jumlahnya bisa melebihi
yang tersebut dalam Sertipikat Hak Tanggungan. Namun, karena tidak terdaftarnya hak tanggungan atas jaminan tanah hak
milik yang berada dalam kawasan hutan mengakibatkan bukti untuk kreditur sebagai kreditur yang diistimewakan tidak ada sehingga proses penyitaan yang
berujung kepada eksekusi juga tidak dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan UUHT.
134
b. Kendala lain yang berhubungan dengan janji yang terdapat dalam Pasal 11 ayat
2 j yaitu janji bahwa pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan obyek Hak Tanggungan pada waktu eksekusi Hak Tanggungan. Janji seperti ini oleh
Kreditur selalu dimasukkan dalam Sertipikat Hak Tanggungan akan tetapi kebanyakan Debitur tidak akan secara sukarela mengosongkan obyek Hak
134
Hasil wawancara dengan Toguan Siregar, Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Gunung Tua pada tanggal 19 Nopember 2013.
Universitas Sumatera Utara
136
Tanggungan itu baik pada saat obyek Hak Tanggungan tersebut akan dieksekusi, sebelum pelelangan maupun setelah pelelangan dilaksanakan.
c. Kendala lain yang sering terjadi yaitu adanya perlawanan oleh pemegang Hak
Tanggungan itu sendiri terhadap eksekusi atas permohonan pemegang Hak Tanggungan pertama. Tentang masalah ini tidak diatur dalam UUHT tetapi ada
dalam Materi Hukum Acara Perdata. d.
Menurut Toguan Siregar, Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Gunungtua, “meskipun telah ada kesepakatan antara debitur dengan kreditur atas penjualan
objek jaminan, tetap saja tidak dapat dilakukan eksekusi, karena adanya perubahan status tanah hak milik menjadi hutan negara. Sehingga jika dilakukan
eksekusi harus berlawanan dengan Dinas Kehutanan sehubungan dengan adanya penetapan kawasan hutan dalam SK Menteri Kehutanan. Hal ini tentu
menghambat proses eksekusi jaminan dan tidak melindungi kreditur terhadap pembayaran kerugiannya.”
Selain hambatan-hambatan tersebut diatas kemungkinan ada juga hambatan yang terjadi diluar prediksi di lapangan, seperti :
135
a. Bagi “debitur yang nakal”, akan sengaja mengerahkan massanya untuk
menghambat jalannya eksekusi, dengan cara-cara memblokade dan memblokir jalan dan letak obyek eksekusi agar Team Pelaksana Eksekusi tidak bisa masuk
kelokasi, serta menghalangi aparat keamanan, sehingga keadaan menjadi tidak
135
Hasil wawancara melalui telepon dengan Jul Amri, Juru Sita Pengganti Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan, pada tanggal 27 Januari 2014.
Universitas Sumatera Utara
137
kondusif. Keadaan demikian ini membuat repot Pelaksana Eksekusi dan aparat keamanan, sehingga jelas eksekusi tidak bisa dilaksanakan bahkan harus ditunda,
karena bila eksekusi dipaksakan atau tetap dilaksanakan akan menimbulkan Pelaksana Eksekusi menjadi sasaran masa pendukung pihak Tereksekusi.
Penundaan pelaksanaan eksekusi dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang tidak dikehendaki.
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hukum sehingga mudah dipengaruhi
dan diprovokasi oleh pihak Termohon Eksekusi. c.
Bahkan beberapa debitur yang menjaminkan tanah-tanah adat yang telah berubah menjadi milik perorangan dan memiliki status hak milik, melarikan diri karena
tidak ingin menanggung malu terhadap masyarakat setempat. Kemudian pada saat penyitaan banyak masyarakat adat atau keturunannya yang keberatan karena
tanah adatnya akan disita dan dijual kepada pihak ketiga. Oleh karena itu maka bagi kreditur dalam hal ini P.T. Bank Sumut lebih
cenderung mengambil jalan musyawarah untuk menyelesaikan permasalahan eksekusi yang tidak dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sehingga
tidak merugikan kreditur dan sekaligus juga tidak memberatkan debitur untuk melunasi kredit macetnya tersebut.
136
Bahkan sertipikat hak milik yang berada dalam kawasann hutan tersebut dapat diperjualbelikan secara dibawah tangan dihadapan Camat sebagai PPAT Sementara,
136
Hasil wawancara dengan Toguan Siregar, Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Gunung Tua pada tanggal 19 Nopember 2013.
Universitas Sumatera Utara
138
namun yang menjadi permasalahan adalah apabila hendak melakukan balik nama atas sertipikat tersebut karena Kantor Pertanahan tidak memproses balik nama sertipikat
yang berada dalam kawasan hutan.
137
C. Upaya Penyelesaian Masalah yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Dalam Kawasan Hutan.