Akibat Hukum Analisis Data

62 tidak dilaksanakannya sosialisasi untuk mendapatkan umpan balik dari masyarakat. 2. Tidak melakukan inventarisasi hutan, tujuannya adalah untuk memperoleh data dan informasi yang akurat mengenai keberadaan hutan, sumber daya dan masyarakat di dalam dan sekitar hutan. 3. Pertimbangan hukum, dalam hal ini dapat dilihat dari beberapa segi yaitu : a. Segi formal b. Segi Materil c. Segi dasar keputusan Selain direvisi, maka akibat dari SK No. 44Menhut-II2005 dapat dijadikan sebagai objek sengketa di Peradilan Tata Usaha Negara apabila mengakibatkan kerugian sesuai dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dalam hal ini baik Kantor Pertanahan, Kreditur atau Masyarakat sebagai salah satu pihak yang dirugikan dikarenakan sertipikat yang dikeluarkan tidak memiliki kekuatan hukum yang pasti.

D. Akibat Hukum

Putusan Mahkamah Konstitusi No.45PUU-IX2011 Terhadap Status Sertipikat Hak Milik Dalam Kawasan Hutan. 1. Status Sertifikat Hak Milik Dalam Kawasan Hutan Sebelum Putusan Mahkamah Konstitusi No. 45PUU-IX2011. Suatu wilayah yang berstatus bukan kawasan hutan untuk kemudian menjadi kawasan hutan dilakukan melalui proses yang dinamakan pengukuhan kawasan hutan. Kegiatan pengukuhan kawasan hutan ini dapat dibedakan dalam 2 priode, yaitu priode sebelum berlakunya Undang-undang No. 5 Tahun 1967 mengenai Pokok- pokok Kehutanan dan setelah berlakunya UU No. 5 Tahun 1967. Pada zaman Pemerintah Hindia Belanda sampai dengan ditetapkannya UU No. 5 Tahun 1967 tentang ketentuan pkok-pokok kehutanan, suatu areal atau wilayah Universitas Sumatera Utara 63 tertentu yang bukan hutan dapat dijadikan hutankawasan hutan melalui dua tahapan yaitu : 70 1. Penunjukan Aanwijzing, penunjukan ini dilakukan oleh Gubernur Jenderal atau Directeur van Landbow, Nijverheid en Handel atau Directeur van Economische Zaken Departemen yang membawahi Jawatan Kehutanan dengan suatu keputusan Penunjukan. 2. Penataan batas, berdasarkan keputusan penunjukan maka diselenggarakan kegiatan penataan batas yang mencakup antara lain kegiatan pemancangan patok batas, pengukuran, pemancangan pal batas, pemetaan, pembuatan berita acara tata batas. Dengan ditandatanganinya Berita Acara Tata Batas BATB oleh Panitia Tata Batas dan disahkan oleh pejabat yang berwenang dalam hal ini Kepala Jawatan Kehutanan maka resmilah arealwilayah tertentu yang sebelumnya bukan hutan menjadi kawasan hutan. 71 Pada waktu Indonesia merdeka, status hukum tersebut tetap dipertahankan berdasarkan ketentuan : 1. UUD 1945, yaitu pasal II Aturan Peralihan : “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang dasar ini”. 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan, yaitu pasal 20 ketentuan Peralihan bebunyi : “Hutan yang telah ditetapkan sebagai hutan tetap, cagar alam dan suaka margasatwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum berlakunya undang- 70 Bambang Eko Supriyadi, Op.cit, hlm. 70. 71 Tata Batas, http:bpkh1.comtata-batas diakses pada tanggal 30 Desember 2013. Universitas Sumatera Utara 64 undang ini, dianggap telah ditetapkan sebagai kawasan hutan dengan peruntukan dan fungsi sesuai dengan penetapannya”. 3. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pada ketentuan Peralihan pasal 81 menyatakan : “Kawasan hutan yang telah ditunjuk atau ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum berlakunya undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku berdasarkan undang- undang ini”. 4. Pada masa Indonesia medeka, yaitu dengan telah diundangkannya UU No. 5 Tahun 1967 yang diperbaharui dengan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan , suatu areal tertentu dapat dijadikan hutan melalui 4 tahap yaitu : a. Penunjukan b. Penataan batas. c. Pemetaan dan d. Penetapan. Penunjukan kawasan hutan yang dilakukan oleh Menteri Kehutanan secara sepihak tanpa mempertimbangkan kenyataan kondisi masyarakat yang sebenarnya telah berimplikasi buruk terhadap masyarakat. Padahal tujuan lahirnya Undang- undang Nomor 41 Tahun 1999 yang terdapat pada Pasal 2 yaitu “Penyelenggaraan kehutanan berasaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan”. Namun ternyata Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 44Menhut-II2005 dinilai menjadi penyebab konflik di tengah-tengah masyarakat. Universitas Sumatera Utara 65 Syafruddin Kalo mengatakan “Konflik yang terjadi di Kabupaten Simalungun, Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu menyebabkan ribuan rakyat resah akibat disuruh keluar dari rumahnya karena dituduh menduduki kawasan hutan negara dan melanggar SK Menhut No. 44Menhut-II2005.” Dan menurut beliau “Keadaan ini menimbulkan kecemasan dan meresahkan masyarakat sehingga terjadi perseteruan antara BPN Sumut dengan Dinas Kehutanan di lapangan”. 72 Menurut beliau, dilaporkan ada beberapa wilayah yang ditunjuk dalam SK tersebut sebagai kawasan hutan seperti Kawasan Register 1,2,3 dan 4 di wilayah Simalungun dan Register 38 dan 40 di wilayah Tapanuli Selatan serta sejumlah register lainnya di Labuhan Batu yang sudah berubah fungsi selama puluhan tahun sebagai areal pemukiman, perkebunan dan pertanian. Bahkan beberapa wilayah kawasan hutan telah dibangun berbagai fasilitas publik oleh Pemerintah, seperti Kantor Bupati Simalungun dan Mapolres Simalungun di Raya. Hal serupa juga terjadi di Tapsel dan Labuhan Batu dimana telah didirikan fasilitas sosial seperti masjid, gereja dan sekolah. Disamping itu juga dilaporkan bahwa telah dilakukan operasi hutan lestari OHL oleh Polres Simalungun yang sebagai akibatnya banyak petani ditangkap dan diproses melalui pengadilan dan divonis hingga lima bulan penjara karena melanggar SK Menhut. 73 Seharusnya penunjukan kawasan hutan itu harus terlebih dahulu dilakukan melalui proses perencanaan yang meliputi inventarisasi hutan, penatagunaan kawasan hutan dan penyusunan rencana kehutanan. 74 Hal ini sesuai petunjuk Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan Pasal 12 Perencanaan kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 2 huruf a, meliputi: a. inventarisasi hutan, 72 SK Menhut No 442005 Penyebab Konflik Di Tengah Masyarakat, http:beritasore.com20070524sk-menhut-no-442005-penyebab-konflik-di-tengah-masyarakat Diakses tanggal 27 Januari 2014. 73 Ibid. 74 Ibid. Universitas Sumatera Utara 66 b. pengukuhan kawasan hutan, c. penatagunaan kawasan hutan, d. pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dan e. penyusunan rencana kehutanan.

2. Status Sertifikat Hak Milik Dalam Kawasan Hutan Sesudah Putusan