41
Selanjutnya tata cara penyusunan rencana kehutanan menurut Lampiran Peraturan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 36MENHUT-II2013 pada
bagian F No. 2 dilakukan dengan tata cara : a. Persiapan.
b. Kondisi dan Potensi Kawasan Hutan Saat Ini. c. Analisis Kawasan.
Berdasarkan Rencana Kehutanan tersebut diatas, maka apabila semua prosedur dilaksanakan sesuai dengan petunjuk undang-undang kemungkinan akan
didapatkan hasil maksimal dalam pengurusan hutan di Indonesia dalam rangka
memberikan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
B. Prosedur Penerbitan Sertipikat Hak Milik Oleh Badan Pertanahan
Nasional
Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air, dan ruang angkasa,
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang dicita-citakan.
Untuk mencapai cita-cita Negara tersebut, maka dibidang agraria perlu adanya suatu rencana planning mengenai peruntukan, penggunaan dan persediaan bumi, air dan
ruang angkasa untuk berbagai kepentingan hidup rakyat dan Negara. Rencana umum national planning yang meliputi seluruh wilayah Indonesia,
yang kemudian diperinci menjadi rencana-rencana khusus regional planning dari tiap-tiap daerah. Dengan adanya planning itu maka penggunaan tanah dapat
Universitas Sumatera Utara
42
dilakukan secara terpimpin dan teratur sehingga dapat membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi Negara dan rakyat.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang biasa disebut Undang-Undang Pokok Agraria UUPA mengisyaratkan
bahwa tanah itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi seluruh rakyat.
41
Hal ini juga diperkuat Secara konstitusional dalam Pasal 33 ayat3 UUD 1945. Dari ketentuan dasar ini, dapat diketahui bahwa kemakmuran rakyatlah
yang menjadi tujuan utama dalam pemanfaatan fungsi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
42
Untuk melaksanakan hal tersebut, di bidang pertanahan telah dikeluarkan Undang-Undang Pokok Agraria UUPA. Dari penjelasan umum UUPA dapat
diketahui bahwa Undang Undang ini merupakan unifikasi di bidang Hukum Pertanahan.
Dalam rangka menjamin kepastian hak dan kepastian hukum atas tanah, UUPA telah menggariskan adanya keharusan untuk melaksanakan pendaftaran tanah
di seluruh Indonesia, sebagaimana diamanatkan Pasal 19 UUPA. Pasal tersebut mencantumkan ketentuan-ketentuan umum dari pendaftaran tanah di Indonesia, yaitu:
1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan
yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. 2. Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 Pasal ini meliputi :
a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah; b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
41
Urip Santoso, Hukum Agraria Hak-hak Atas Tanah Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 50
42
Ibid, hlm. 50
Universitas Sumatera Utara
43
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan
penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria. 4. Dalam peraturan pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan
pendaftaran termaksud dalam ayat 2 diatas, denganketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.
Ketentuan dalam Pasal 19 ayat 1 UUPA tersebut merupakan ketentuan yang ditujukan kepada pemerintah untuk menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh
Indonesia, yang sekaligus juga merupakan dasar hukum bagi pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka memperoleh surat tanda bukti hakatas tanah yang berlaku sebagai
alat pembuktian yang kuat. Untuk menindak lanjuti hal tersebut, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, sebagai penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah
sebelumnya. Penyelenggaran pendaftaran tanah dalam masyarakat merupakan tugas Negara yang diselenggarakan oleh Pemerintah bagi
kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan status hak atas tanah di Indonesia. Tanah menurut Pasal 4 ayat 1 UUPA adalah “permukaan bumi yang dapat
diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baiksendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan hukum”. Pasal 4 ayat 2 UUPA menegaskan bahwa
tanah-tanah yang dimaksud pada ayat 1 memberi wewenang untuk mempergunakan tanah
yang bersangkutan
sekedar diperlukan
untuk kepentingan
langsung
Universitas Sumatera Utara
44
berhubungan dengan
penggunaan tanah
dalam batas-batas
menurut UUPA
danperaturan yang lebih tinggi.
43
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tanah adalah:
44
1. Permukaan bumi atau lapisan bumi yang atas sekali;. 2. Keadaan bumi disuatu tempat;.
3. Permukaan bumi yang diberi batas. 4. Bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu pasir, cadas, napal, dan
sebagainya. Dengan dikeluarkannya UUPA dapat menghilangkan sifat dualistis dalam
lapangan agraria dan semua aturan-aturan lama mengenai konversi, dihapuskan dan diganti dengan hak-hak baru yang sesuai dengan UUPA. Hukum agraria yang baru
tersebut didasarkan pada hukum adat yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia serta merupakan hukum rakyat Indonesia yang asli.
Sesuai dengan amanat Pasal 19 UUPA maka setiap tanah harus didaftarkan pada kantor pertanahan setempat. Dengan adanya pendaftaran tanah tersebut
seseorang dapat dengan mudah memperoleh keterangan berkenaan dengan sebidang tanah, seperti hak apa yang dipunyai, berapa luas lokasi tanah, apakah dibebani hak
tanggungan dan yang terpenting adalah tanah tersebut akan mendapatkan sertipikat sebagai alat bukti hak.
Pendaftaran tanah memiliki arti penting dalam memberikan jaminan kepastian hukum bagi masyarakat Indonesia seperti yang ditegaskan dalam Pasal 19 UUPA
bahwa pemerintah mengadakan pendaftaran tanah yang bersifat recht cadastre
45
43
Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan Jakarta: Prestasi Pustaka, 2002 , hlm.111.
44
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, Edisi Ketiga, 2002, hlm.1132.
Universitas Sumatera Utara
45
diseluruh wilayah Republik Indonesia. Perbuatan hukum pendaftaran tanah menyangkut dengan hak keperdataan seseorang. Hak keperdataan merupakan hak
asasi seorang manusia yang harus kita junjung tinggi dan hormati oleh sesama manusia lainnya yang bertujuan untuk adanya kedamaian dalam kehidupan
masyarakat. UUPA menganut sistem negatif, sehingga keterangan yang tercantum didalam
surat bukti hak mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima oleh hakim sebagai keterangan yang benar selama dan sepanjang tidak ada alat pembuktian lain yang
dapat membuktikan sebaliknya. Jika terjadi hal demikian maka pengadilan akan memutuskan
alat pembuktian
mana yang
benar. Pendaftaran
tanah tidak
menyebabkan mereka yang tidak berhak menjadi berhak atas suatu bidang tanah hanya karena namanya keliru dicatat sebagai yang berhak. Mereka yang berhak dapat
menuntut diadakannya pembetulan dan jika tanah yang bersangkutan sudah berada didalam penguasaan pihak ketiga, ia berhak menuntut penyerahan kembali
kepadanya.
46
Badan Pertanahan
Nasional BPN
adalah lembaga
pemerintah nonkementerian
di Indonesia
yang mempunyai
tugas melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. BPN
dahulu dikenal dengan sebutan Kantor Agraria. BPN diatur melalui Peraturan
45
Recht Cadaster adalah pendaftaran tanah yang bertujuan memberikan jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah, sedangkan bagi tanah-tanah yangtunduk pada hukum adat
didaftarkan dengan tujuan menetapkan siapa yang berkewajiban membayar pajak atas tanah.
46
Hasan Wargakusumah, Hukum Agraria I Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995, hlm. 77.
Universitas Sumatera Utara
46
Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional yang kemudian diubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2012.
Jenis sertipikat kepemilikan hak atas tanah yang dapat dimohonkan di Kantor Pertanahan ditentukan oleh subjek hak atas tanah dan tujuan penggunaan objek atas
tanah sepanjang dibolehkan undang-undang, sehingga dapat memiliki hak atas tanah sesuai dengan ketentuan pasal 16 Undang-undang Pokok Agraria sebagai berikut :
1. Hak milik. 2. Hak guna usaha.
3. Hak guna bangunan. 4. Hak pakai.
Berbagai sertifikat hak milik yang dikeluarkan oleh BPN telah sesuai dengan Pasal 4 ayat 1 UUPA menyatakan : “Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai
yang dimaksud pasal 2 ditemukan macam-macam hak atas tanah pemukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum”. Syarat dan prosedur permohonan sertipikat hak milik atas tanah yang dalam
kawasan hutan, ternyata sama saja dengan permohonan hak pertama kali di Kantor BPN. Karena lambatnya sosialisasi dan pengurusan hutan oleh Dinas Kehutanan
Kabupaten tentang keberadaan hutan di daerah Kabupaten Padang Lawas Utara mengakibatkan BPN tidak tahu wilayah mana saja yang telah diklaim menjadi
kawasan hutan sesuai dengan SK 44 tersebut. Diterbitkannya sertipikat hak milik diatas kawasan hutan didasari pada fungsi tanah tersebut. Dimana tanah tersebut
Universitas Sumatera Utara
47
merupakan tanah adat pada masing-masing daerah Kabupaten Padang Lawas Utara, yang merupakan warisan dari masyarakat adat setempat dan kemudian sekarang
masih tetap dikuasai oleh keturunan dari masyarakat tersebut.
47
Eksistensi tanah adat pada saat ini sangatlah berbeda dengan zaman dulu. Zaman dulu, tanah adat dikuasai secara bersama-sama oleh masyarakat hukum
adatnya. Sehingga sangat terlihat jelas adanya hubungan antara tanah adat dengan masyarakat adatnya.
Pada saat sekarang ini, seiring perkembangan zaman yang semakin modern tanah adat telah dikuasai secara individu oleh masyarakat adat. Para pengetua
adat telah membagi-bagi tanah adat kepada masing-masing masyarakat adat, yang kemudian tanah adat yang telah dikuasai secara individu ini diwariskan
kepada keturunannya. Namun walau demikian, bukan berarti bahwa masyarakat adat itu telah hilang. Dalam kehidupan sehari-hari di Kabupaten
Padang Lawas Utara, keberadaan masyarakat adatnya dapat dilihat dari sistim “Dalihan Na Tolu“ dan upacara-upacara “Margondang”. Sistim ini masih
dijunjung tinggi dalam kehidupan masyarakat Padang Lawas Utara.
48
Dengan melihat sistim adat Dalihan Na Tolu diatas maka Kantor Pertanahan beranggapan masyarakat adat masih ada di daerah Kabupaten Padang Lawas Utara.
Oleh karena itu Kantor Pertanahan berhak untuk melakukan pendaftaran hak atas tanah terhadap tanah-tanah adat yang telah dikuasai secara individu itu. Ternyata
terbitnya sertipikat atas tanah tersebut menimbulkan ketidakpastian terhadap pemegang hak dan berimbas kepada kreditur ketika sertipikat tersebut dijadikan
47
Hasil wawancara dengan Aladdin Harahap, Kepala Seksi II Bidang Pendaftaran dan Peralihan Tanah Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tapanuli Selatan, pada tanggal 20
Nopember 2013.
48
Hasil wawancara dengan Baginda Natigor Siregar, masyarakat Padang Lawas Utara, pada tanggal 25 Januari 2014.
Universitas Sumatera Utara
48
jaminan hutang, karena hak atas tanah tersebut tidak bisa dilakukan perbuatan hukum berdasarkan SK.44Menhut-II2005.
Pemohonan hak petama kali yang diajukan kepada Kantor Pertanahan dapat berupa :
a. Penegasan hak atas tanah.
Penegasan hak atas tanah merupakan keputusan Badan Pertanahan Nasional, yaitu penegasan hak atas tanah yang berasal dari tanah milik adat, ditegaskan untuk
pemohon melalui prosedur peolehan sertipikat hak atas tanah di kantor pertanahan dengan pemenuhan persyaratan permohonan sebagai berikut :
49
1. Surat pemohonan. 2. Fotocopi KTP atau identitas diri pemohon.
3. Fotocopi KTP atau identitas dii penerima kuasa disetai dengan surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan.
4. Fotocopi SPPT PBB tahun berjalan. 5. Bukti tertulis hak atas tanah yang asli, yakni :
1 Surat bukti hak milik yang terbit berdasarkan praturan swapraja. 2 Sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan PMA No. 91959.
3 Surat keputusan pemberian hak milik dari pejabat yang berwenang. 4 Petuk pajak bumiLandrente, Girik, Pipil, Kikitir dan Verponding
Indonesia sebelum berlakunya PP N. 101961.
49
Chandra, Sertifikat Kepemilikan Hak Atas Tanah Jakarta:Grasindo, 2005, hlm. 51-52.
Universitas Sumatera Utara
49
5 Akta pemindahan hak yang di buat dibawah tangan yang dibubuhi tanda kesaksian
yang dibubuhi
tanda kesaksian
kepala adatkepala
desakelurahan disertai alas hak. 6 Akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT yang tanahnya
belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan. 7 Akta ikrar wakafakta pengganti ikrar wakafsurat ikrar wakaf disertai
alas hak wakafnya. 8 Risalah lelang yang dibuat pejabat lelang berwenang yang tanahnya
belum dibukukan disertai alas hak yang dialihkan. 9 Surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang
diambil pemerintah daerah. 10 Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak atas tanah yang dialihkan.
Sehubungan dengan penegasan hak atas tanah tersebut, maka prosedurnya mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat melalui
loket penerimaan, dengan persyaratan sebagai berikut :
50
a. Setiap fotocopi yang dipersyaratkan sudah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
b. Setelah surat keputusan penegasan hak atas tanah diterbitkan oleh Kantor Pertanahan, maka dimohonkan penerbitan sertipikat hak atas tanah.
50
Ibid. hlm. 50.
Universitas Sumatera Utara
50
Setelah persyaratan tersebut terpenuhi maka Pegawai Kantor Pertanahan yang bertugas dalam kegiatan pengukuran atau biasa disebut dengan Petugas UkurJuru
Ukur akan melakukan pengukuran kelapangan. Terbitnya sertipikat dalam kawasan hutan dalam wilayah Kabupaten Padang
Lawas Utara,
terjadi karena
kurangnya koordinasi
antar-instansi penyelenggara pembebasan tanah dengan Kantor Pertanahan setempat, juga
diakibatkan tidak adanya batas hutan yang kelas di lapangan serta kurangnya pengawasan tanah hutan secara intensif oleh Dinas Kehutanan. Akibatnya
timbul asumsi
bahwa Kantor
Pertanahan berhak
menyelenggarakan pendaftaran tanah atas tanah-tanah yang saat ini bukanlah berfungsi sebagai
hutan lagi.
51
Namun, sebagai lembaga pemerintahan yang bergerak dalam bidang pertanahan, alasan-alasan diatas bukanlah sesuatu yang seharusnya diutarakan oleh
Kantor Pertanahan, karena dalam kegiatan pendaftaran tanah, pengukuran tanah yang dilakukan oleh Petugas UkurJuru Ukur pastinya menggunakan GPS Global
Positioning Systim.
52
Penggunaan GPS tentunya dapat memperkuat hasil pengukuran untuk pengambilan dan pengolahan data fisik, karena GPS dapat memastikan letak
suatu tanah, salah satunya apakah tanah tersebut merupakan tanah negara atau tidak. Bila dikaji lebih dalam, apabila diterbitkannya sertipikat dalam kawasan
hutan, maka dapat menimbulkan pertanyaan besar bagaimana kepastian hukum atas sertipikat
tersebut. Kantor
Pertanahan yang
menerbitkan sertipikat
tanpa memperhatikan letak wilayah hutan kemungkinan besar dapat menimbulkan
51
Hasil wawancara dengan Aladdin Harahap, Kepala Seksi II Bidang Pendaftaran dan Peralihan Tanah Kantor Badan Pertanahan Nasionak Kabupaten Tapanuli Selatan, pada tanggal 20
Nopember 2013.
52
Global Positioning System GPS adalah sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan synchronization sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit
yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu.
Universitas Sumatera Utara
51
sangkaan bahwa Kantor Pertanahan melakukan pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya. Karena setiap tugas yang diemban oleh Petugas Ukur dilapangan pasti
berpatokan kepada alat GPS tersebut untuk mendapatkan hasil yang akurat. Ketika hasil GPS menunjukkan bahwa tanah tersebut berada dalam kawasan hutan, namun
pegawai Kantor Pertanahan tetap menerbitkan sertipikat atas tanah maka pegawai Kantor Pertanahan diduga melakukan “Maladministrasi”
53
dalam prosedur penerbitan sertipikat.
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 37 tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, indikator maladministrasi yang dilakukan oleh
pegawai Kantor Pertanahan adalah berupa penggunaan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk penggunaan kewenangan
yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang dapat menimbulkan kerugian meteriil danatau immateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan, serta
penyimpangan prosedur dalam penerbitan sertipikat. Akan tetapi perbuatan maladministrasi ini dapat dihukum apabila ada laporan
dari pihak yang dirugikan. Karena delik maladministrasi adalah harus ada pelaporan dari pihak yang dirugikan tentang telah terjadinya suatu perbuatan yang dianggap
maladministrasi. Pegawai Kantor Pertanahan yang melakukan maladministrasi dapat dikenakan sangsi administrasi, seperti : pemecatan dari jabatan, penurunan jabatan
atau pemindahan tugas.
53
Maladministrasi juga dapat diartikan adalah penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para administrator negara dalam praktek administrasi negara. Penyimpangan ini diukur dari standar
nilai yang diakui sebagai etika administrasi negara.
Universitas Sumatera Utara
52
Disamping itu, apabila terbukti adanya tindakan pemalsuan sertipikat diatas tanah hutan negara, yaitu seperti penerbitan sertipikat tanpa adanya buku tanah dan
surat ukur, maka pegawai Kantor Pertanahan yang melakukan perbuatan tersebut dapat dipidana sesuai pasal 263 KHUPidana, dimana tindakan pemalsuannya
dibuktikan berdasarkan Pasal 183 KHUPidana. Untuk sertipikat yang dikeluarkan setelah adanya keputusan menteri
kehutanan, Kantor Pertanahan tidak mau membatalkannya ataupun menarik kembali sertipikat yang telah beredar dengan alasan bahwa sertipikat tersebut berada diatas
tanah ulayat
maupun tanah
permukiman masyarakat
setempat, lahan
pertanianperkebunan yang telah ditempati sekian lamanya sebelum dikeluarkannya peraturan yang mengatur untuk itu.
54
Namun semenjak Dinas Kehutanan Paluta sudah mulai menjalankan tugas dan fungsinya serta telah mempertegas letak wilayah hutannya, maka Kantor Pertanahan
Tapanuli selatan yang mengurus seluruh penguasaan tanah di daerah Kabupaten Padang Lawas Utara, tidak mengeluarkan lagi sertipikat hak milik apabila menurut
Peta kehutanan ternyata tanah tersebut berada dalam kawasan hutan.
55
C. Status Hukum Sertipikat Hak Milik Setelah SK-44Menhut-II2005