13
E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan hasil judul-judul penelitian yang ada pada perpustakaan
Universitas Sumatera
Utara USU, khususnya pada
Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, maka penelitian
tentang “Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Terhadap Eksekusi Jaminan Atas Tanah Hak Milik Yang Berada Dalam Kawasan Hutan Di Daerah Kabupaten Padang Lawas
Utara” ternyata belum pernah diteliti dalam topik dan permasalahan yang sama. Namun ditemukan beberapa tesis karya mahasiswa yang menyangkut masalah
sertipikat hak atas tanah dalam kawasan hutan, namun permasalahan dan bidang kajiannya sangat berbeda, yaitu :
1. Tesis atas nama Elviana Sagala, Nim : 107011073, dengan judul “Perlindungan
Hukum Terhadap Pemegang Sertipikat Hak Atas Tanah Yang Masuk Dalam Kawasan Hutan Akibat Terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
SK.44MENHUT-II2005 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan Di Propinsi Sumatera Utara Studi Di Kabupaten Labuhan Batu.”
Jika dihadapkan judul ataupun permasalahan penelitian diatas dengan penelitian yang dilakukan ini adalah berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini dapat
dinyatakan memiliki keaslian serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah, keilmuan dan terbuka untuk dikritik yang sifatnya konstruktif
membangun.
F. Kerangka Teori
Setelah masalah
penelitian dirumuskan,
langkah selanjutnya
adalah menentukan teori dari permasalahan. Teori menurut defenisinya adalah serangkaian
Universitas Sumatera Utara
14
konsep yang memiliki hubungan yang sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu. Teori merupakan salah satu hal yang paling fundamental yang harus
dipahami seorang peneliti ketika ia melakukan penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti dapat menemukan dan merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya
secara sistematis.
11
Teori berisi uraian sistematis mengenai teori-teori yang relevan dengan variabel penelitian. Landasan teori setidaknya meliputi penjelasan dan pendefinisian
mengenai variabel, hubungan antar variabel.
12
Van Hocke mendefinisikan teori hukum dalam ilmu hukum sebagai sistem pernyataan klaim, pandangan dan pengertian yang saling berkaitan secara logikal
berkenaan dengan sistem hukum itu, yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga berdasarkannya dimungkinkan untuk menjabarkan interpretasi aturan hukum atau
pengertian dalam hukum konsep hukum yang terbuka bagi pengujian.
13
Teori yang digunakan adalah teori kepastian hukum rechtszekerheid legal security yang kemudian didukung oleh teori persamaan hak, dan tumpang tindih hak.
Hukum berperan sebagai alat penertiban masyarakat dan mengatur pergaulan hidup, menyelesaikan sengketa, serta mengubah aturan yang disesuaikan dengan
perkembangan mansyarakat. Sedangkan fungsi hukum menurut Van Kan adalah hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan-
11
Erwan Agus Purwanto, dan Dyah Ratih Sulistyastuti, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Administrasi Publik Dan Masalah-Masalah Sosial, Yogyakarta : Gava Media, 2011, hlm. 16.
12
Ibid hlm.34.
13
Teguh Prasetyo, dan Abdul Halim Barkatullah, Ilmu Hukum Filsafat Hukum,
Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2007, hlm. 74.
Universitas Sumatera Utara
15
kepentingan itu tidak dapat diganggu. Lebih jauh dijelaskan bahwa hukum mempunyai tugas menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena
itu setiap perbuatan hukum yang dilakukan seharusnya menjamin sebuah kepastian hukum.
Teori ini dikemukakan dengan tujuan untuk membahas dan menganalisis masalah tentang kekaburan norma serta ketidakpastian yang terjadi terhadap
pemegang hak atas tanah berupa sertipikat hak milik yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan, karena berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tanah-tanah tersebut
merupakan wilayah kawasan hutan negara. Padahal menurut Undang-Undang Kehutanan, “hutan negara adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang tidak dibebani
hak milik.”
14
Ini tentunya menimbulkan tumpang tindih hak dalam penguasaan hak atas tanah. Hal ini juga berdampak kepada pihak kreditur yang menerima sertifikat
tersebut sebagai jaminan atas utang-utang debitur. Salah satu dampak yang dapat dirasakan pihak kreditur adalah proses
penyitaan jaminan apabila debitur kredit macet. Dalam UUHT kreditur dengan kekuasaan sendiri dapat menjual langsung obyek hak tanggungan, sebagai salah satu
ciri preferensi hak tanggungan dan merupakan perwujudan dari asas droit depreference. Sedangkan dengan adanya keputusan Menteri Kehutanan, kekuasaan
kreditur seperti itu akan terganggu. Berdasarakan
hal tersebut
diatas terdapat
ketidakkonsistenan dalam
mengklaim wilayah kehutanan antara Kantor pertanahan dan dinas kehutanan yang
14
Chairuddin K. Nasution, Op.cit, hlm. 158.
Universitas Sumatera Utara
16
mengakibatkan pada ketidakpastian hukum. Selanjutnya dalam kaitannya dengan terjadinya suatu konflik norma dalam substansi perundang-undangan dalam hal
penyitaan jaminan utang, maka diperlukan adanya interpretasi atau penafsiran hukum sebagai salah satu metode penemuan hukum yang memberikan penjelasan yang tidak
jelas mengenai peristiwa tersebut diatas. Teori persamaan hak merupakan salah satu asas terpenting dalam hukum
modern saat ini, yang mengandung arti bahwa hukum memberi persamaan hak setiap orang. Negara Republik Indonesia, menganut asas bahwa setiap warga Negara
memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Hukum ini dibuat dengan maksud untuk melindungi dan mengatur masyarakat secara umum.
Persamaan hak terdapat pada bunyi pembukaan UUD 1945. Manusia lahir dengan membawa hak azasi pada dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari hak azasi itu
dapat berupa Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu hak yang berkaitan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contohnya hak
mendapat perlindungan hukum, hak untuk diperlakukan secara adil, dan lain-lain, serta hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contohnya dalam
penyelidikan, penahanan, penyitaan, dan lain-lain. Dalam pasal 28 UUD 1945 diperjelas juga bahwa :
a. Setiap warga negara Indonesia berhak atas perlindungan dirinya sendiri dan harta
benda yang dikuasainya. b.
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
Universitas Sumatera Utara
17
Oleh karena itu, kreditur dan debitur berhak secara bersama-sama mendapatkan kepastian hukum khususnya dalam mengurus harta bendanya. Apabila
pihak bank yang dirugikan karena debitur kredit macet berhak mendapat kompensasi atas kekayaan debitur, yaitu terhadap sertipikat hak milik yang telah dijaminkan
debitur atas utang-utangnya itu. Demikian pula halnya debitur, debitur harus merelakan harta bendanya itu untuk disita dan kemudian dijual guna pelunasan utang-
utangnya, dan apabila terdapat sisanya maka debitur berhak atas sisa pembayaran tadi.
Teori selanjutnya adalah tumpang tindih hak. Banyaknya kebijakan dan keputusan dari beberapa instansi yang diakui oleh pemerintah menimbulkan tumpang
tindihnya pemberian atau pengakuan hak atas tanah di Indonesia yang berujung kepada sengketa pertanahan, khususnya pada daerah Kabupaten Padang Lawas Utara.
Pada umumnya tujuan penyelesaian sengketa adalah untuk memperoleh adanya kepastian hukum bagi seluruh pihak yang terlibat dalam suatu persengketaan.
Tujuan kepastian itu sendiri akan dapat terpenuhi apabila seluruh perangkat atau sistem hukum itu dapat berjalan dan mendukung tercapainya suatu kepastian hukum,
khususnya peranan lembaga-lembaga yang diberi wewenang untuk menciptakan kepastian hukum.
Menurut Elza Syarief, “banyaknya lembaga yang memiliki wewenang dalam penyelesaian sengketa pertanahan yang sering menimbulkan tumpang tindih
kebijakan atau keputusan yang bersifat kelembagaan, merupakan salah satu faktor penyebab kurang terjaminnya kepastian hukum dalam penyelesaian
Universitas Sumatera Utara
18
sengketa pertanahan di Indonesia, walaupun faktor pendukung lainnya cukup dominan juga dalam mempengaruhi kurangnya kepastian hukum dimaksud,
seperti banyaknya keputusan hakim yang tumpang tindih atau keputusan hakim yang tidak dapat dieksekusi non executable di lapangan.”
15
G. Kerangka Konsepsi