Landasan Teori 1 Perdagangan Internasional
investasi, produksi, perdagangan, pendapatan usaha tani dan distribusi kesejahteraan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai dampak tersebut menggunakan model ekonometrik industri. Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa kebijakan pajak ekspor telah menghambat laju pertumbuhan investasi, produksi, ekspor dan pendapatan usaha tani. Di sisi lain, kebijakan ini
telah menjadi instrumen yang efektif untuk mengendalikan CPO domestik dan memasok harga minyak sawit dunia. Selain itu, kebijakan ini menjadi media untuk
mentransfer kesejahteraan substansial dari produsen ke konsumen dan pemerintah .
2.2. Landasan Teori 2.2.1 Perdagangan Internasional
Pada dasarnya beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional suatu negara dengan negara lainnya bersumber dari keinginan
memperluas pasaran komoditi ekspor, memperbesar penerimaan devisa bagi kegiatan pembangunan, adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar
negara, serta akibat adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu. Dalam teori mengenai timbulnya perdagangan internasional, Heckser-
Ohlin menganggap bahwa suatu negara dicirikan oleh faktor bawaan yang berbeda, sedangkan fungsi produksi di semua negara adalah sama. Berdasarkan
asumsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan fungsi produksi yang sama dan faktor bawaan yang berbeda antar negara. Suatu negara cenderung untuk
mengekspor komoditi yang menggunakan faktor produksi yang lebih banyak dan secara relatif murah dan mengimpor barang-barang yang menggunakan faktor-
faktor produksi yang relatif langka dan mahal Salvatore, 1997.
Universita Sumatera Utara
Secara teoritis, suatu negara misal negara A akan mengekspor suatu komoditi misal CPO ke negara lain misal negara B karena harga domestik di
negara A lebih rendah jika dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang relatif rendah di negara A tersebut disebabkan adanya
kelebihan penawaran excess supply yaitu produksi domestik yang melebihi konsumsi domestik. Dalam hal ini faktor produksi di negara A relatif berlimpah.
Dengan demikian negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain Salvatore, 1997.
Di pihak lain, negara B terjadi kekurangan penawaran karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik excess demand sehingga harga
menjadi tinggi. Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk membeli komoditi negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi
antara negara A dan negara B, maka dapat terjadi perdagangan antara kedua negara tersebut dimana negara A akan mengekspor komoditi CPO ke negara B
Salvatore, 1997. Jumlah dan harga komoditas yang diekspor dapat ditentukan setelah
diketahui kurva penawaran dan persediaan yang merupakan perangkat geometris utama. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Keseimbangan Harga di Pasar Internasional
Universita Sumatera Utara
Gambar 1. memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan internasional, harga di negara A sebesar A, sedangkan di negara B sebesar B. Penawaran di
pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi dari A sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional
lebih rendah dari B. Pada saat harga internasional sama dengan A atau B maka tidak terjadi perdagangan internasional. Apabila harga internasional lebih besar
dari A maka terjadi excess supply ES pada negara A dan apabila harga internasional lebih rendah dari B maka terjadi excess demand ED pada negara
B. Dengan demikian, dari A dan B tersebut akan terbentuk kurva ES dan ED di pasar internasional, dimana perpotongan antara kurva ES dan ED akan
menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P. Jenis kebijakan perdagangan internasional terdiri atas :
a. Kebijakan perdagangan bebas adalah kebijakan perdagangan yang menginginkan adanya kebebasan dalam perdagangan, sehingga tidak ada
rintangan yang menghalangi arus produk dari dan ke luar negeri. Manfaat dari perdagangan bebas menurut Teori Klasik adalah sebagai
berikut: Pertama dapat mendorong persaingan antar pengusaha, sehingga nantinya akan mendorong terjadinya efisiensi biaya cost sehingga mampu menghasilkan
produk dengan harga yang mampu bersaing. Kedua, meningkatkan mobilitas modal, tenaga ahli dan investasi faktor produksi ke berbagai negara sehingga
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Ketiga, meningkatkan perolehan laba sehingga memungkinkan para pengusaha berinvestasi lebih luas. Keempat
konsumen dapat lebih bebas dalam menentukan variasi dan pilihan produk yang diinginkan.
Universita Sumatera Utara