Manajemen Data METODE PENELITIAN
menunjukkan bahwa pembersih lantai dengan kandungan pine oil 2,5 masih masih efektif membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembah Sulistyaningsih dkk tahun 2012, bahwa pine oil 2,5 yang
terkandung dalam pembersih lantai tidak efektif dalam membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pada penelitian Lembah dkk, didapatkan hasil
berupa tidak
terbentuknya zona
hambat pertumbuhan
bakteri Pseudomonas aeruginosa disekitar sumur yang telah diberi larutan pine oil
2,5 pada media Mueller Hinton Agar. Metode uji yang berbeda kemungkinan menjadi penyebab perbedaan hasil ini. Penelitian Lembah
dkk menggunakan metode difusi agar modifikasi, sedangkan untuk pengujian desinfektan seharusnya menggunakan metode uji koefisien
fenol yang merupakan uji baku efektivitas desinfektan, seperti yang dilakukan pada penelitian ini. Selain itu, Lembah dkk menyatakan bahwa
ketidakefektifan pine oil yang telah diujikan juga dapat dipengaruhi oleh konsentrasi antimikroba yang tidak mencapai kadar Konsentrasi Hambat
Minimal KHM.
12,15
Berdasarkan pembahasan penelitian Lembah Sulistyaningsih dkk tahun 2012, bahwa pine oil bukanlah antimikrobial yang memiliki
spektrum luas, namun efektif untuk membunuh bakteri Gram negatif dan akan menghasilkan efek sinergis dalam membunuh bakteri Gram negatif
maupun positif ketika dikombinasikan dengan larutan asam organik.
12
Hal tersebut sesuai dengan penelitian ini, dimana bakteri uji yang digunakan
adalah Pseudomonas aeruginosa yang merupakan bakteri Gram negatif dan kandungan zat aktif sampel X yang digunakan adalah pine oil tanpa
tambahan larutan asam organik. Hasil penelitian ini juga ini menunjukkan bahwa tidak semua
bakteri Pseudomonas aeruginosa mengalami resistensi terhadap desinfektan meskipun disebutkan bahwa bakteri ini seringkali mengalami
resistensi terhadap antibiotik. Hasil ini sejalan dengan uji efektivitas antiseptik yang dilakukan oleh Sulistyaningsih tahun 2010 terhadap
bakteri Pseudomonas aeruginosa, dimana dari dua sampel yang diuji yaitu
povidon iodin dan klorosilenol didapatkan nilai koefisien fenol 1,06 dan 1,2 yang artinya kedua desinfektan masih memiliki kepekaan terhadap
bakteri Pseudomonas aeruginosa karena memiliki nilai koefisien fenol lebih dari 1.
Selain itu, pada Guideline Desinfeksi dan Sterilisasi pada Fasilitas Kesehatan oleh CDC Center for Disease Control tahun 2008,
tercantum bahwa bakteri Pseudomonas aeruginosa pada lingkungan alami secara signifikan lebih resisten terhadap beberapa desinfektan
dibandingkan dengan yang hidup pada media kultur laboratorium seperti yang dilakukan pada penelitian ini. Kondisi lingkungan bebasalami yang
memiliki banyak stressor yang dapat menimbulkan stress pada bakteri sehingga menyebabkan bakteri bermutasi dan melakukan adaptasi. Salah
satu bentuk adaptasinya adalah membentuk self-encapsulate dengan bahan matriks, terutama yang tersusun atas polisakarida ekstraseluler yaitu
alginate, Psl, dan Pel sehingga bakteri menjadi lebih resisten terhadap kondisi lingkungan yang dapat membunuhnya.
4,18,19
Pada tabel 4.1 dan 4.2 tertera bahwa pine oil 2,5 sudah mampu membunuh bakteri pada pengenceran yang lebih tinggi konsentrasi lebih
rendah yaitu 1140 dibanding fenol yaitu 1120, dan memiliki waktu kontak yang lebih cepat dalam membunuh bakteri Pseudomonas
aeruginosa yaitu pada menit ke-20, sedangkan fenol pada menit ke-30. Hasil ini juga menunjukkan bahwa pine oil 2,5 pada pembersih lantai
bekerja lebih efektif dibanding fenol dalam membunuh bakteri. Hal ini menunjukkan efektivitas dari sampel X yang digunakan karena dengan
konsentrasi yang lebih rendah dan waktu kontak yang relatif cepat dibanding fenol sudah dapat membunuh desinfektan.
Masih efektifnya pine oil 2,5 dalam membunuh bakteri pada penelitian ini karena pine oil masih dapat berinteraksi secara fisik terhadap
bakteri dengan cara berpenetrasi kedalam fosfolipid bilayer, kemudian akan mempengaruhi integritas membran, meningkatkan permeabilitas
membran sitoplasma lalu terjadi kebocoran komponen esensial intraseluler asam nukleat, asam glutamat sehingga terjadi kematian sel.
17