membunuh bakteri uji berupa Salmonella typhi dengan nilai koefisien fenol 2,38; 2,00; 3,00; 3,38; 2,38; 2,63; dan 3,00.
3
Selain terhadap desinfektan, koefisien fenol juga dinilai pada antiseptik untuk menilai kepekaannya dalam membunuh bakteri. Pada tahun 2010,
Sulistyaningsih melakukan uji koefisien fenol povidon iodin dan klorosilenol terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas aeruginosa
multiresisten. Hasilnya, diperoleh nilai koefisien fenol 1,06 dan 1,2 dari sampel uji klorosilenol dan diperoleh nilai 25 dan 21 dari sampel povidon terhadap
kedua bakteri uji.
4
2.1.2 Desinfektan
2.1.2.1 Definisi
Desinfeksi adalah tindakan membunuh organisme patogen bentuk vegetatif, tidak spora bakteri dengan cara fisik atau kimia, dilakukan terhadap
benda mati. Hal ini berbeda dengan antiseptis yang merupakan tindakan mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme baik dengan menghambat
atau membunuh, yang dilakukan terhadap jaringan hidup. Jadi terdapat perbedaan disini, bila bertujuan melakukan tindakan disinfeksi terhadap jaringan
hidup maka menggunakan antiseptik, sedangkan disinfeksi terhadap benda mati menggunakan desinfektan. Desinfektan adalah zat biasanya kimia yang dipakai
untuk membunuh mikroorganisme didalam maupun di permukaan suatu benda mati.
Menurut Environtment Protection Agen EPA, bahan desinfektan adalah “pestisida antimikroba” dan merupakan substansi yang biasanya digunakan
untuk mengontrol, mencegah, dan menghancurkan mikroorganisme berbahaya seperti bakteri, virus, dan jamur pada permukaan atau benda yang tidak
hidup.
5,6,10
2.1.2.2 Penggunaan Desinfektan
Syarat desinfektan yang baik adalah mempunyai spektrum luas, tidak korosif bereaksi secara kimiawi terhadap alat-alat metal, daya absorpsinya
rendah pada karet, zat-zat sintetis, dan bahan lainnnya, baunya tidak merangsang, dan toksisitasnya rendah.
7