Putusnya Perkawinan Menurut KHI
30
Talak jika dari boleh tidaknya suami rujuk kembali pada istrinya setelah istri ditalak adalah:
1 Talak raj”i, adalah talak kesatu atau kedua dimana suami berhak ruju’
selama istri dalam masa iddah. pasal 118 KHI 2 Talak
ba‟in, talak ba’in ini terbagi menjadi dua macam: a Talak
ba‟in shughra yaitu talak yang tidak boleh diruju’ tetapi boleh melakukan akad nikah baru dengan bekas suaminya
meskipun dalam masa iddah pasal 119 KHI b Talak
ba‟in kubra yaitu talak yang menghilangkan hak suami untuk menikah kembali kepada istrinya, kecuali kalau bekas istrinya itu
telah menikah lagi dengan orang lain dan telah berkumpul lag sebagai suami istri secara nyata dan sah pasal 120 KHI.
Sedangkan talak jika ditinjau dari waktu menjatuhkannya dibagi menjadi dua macam:
a Talak Sunni, yaitu talak yang diperbolehkan dalam artian talak yang dijatuhkan kepada istri yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam
waktu sucinya tersebut pasal 121 KHI. b Talak
bid‟i, yaitu talak yang dilarang dalam artian talak yang dijatuhkan kepada istri dalam keadaan haid atau istri dalam keadaan
suci namun sudah dicampuri pada waktu suci tersebut pasal 122 KHI
31
b. Cerai gugat Cerai gugat adalah cerai yang inisiatifnya datag dari pihak istri.
Dalam Islam cerai seperti ini dikenal dengan istilah khulu‟. Khulu‟ adalah
perceraian yang terjadi atas permintaan istri dengan memberikan tebusan atau iwadh kepada dan atas persetujuan suaminya.
16
Hukum Islam memberi jalan kepada istri yang menghendaki perceraian dengan
mengajukan khulu‟, sebagaimana hukum Islam memberi jalan kepada
suami untuk menceraikan istrinya dengan talak.
17
Hukum Acara di Indonesia,
khulu‟ ini biasa disebut dengan cerai gugat atau talak tebus. Menurut istilah syari’at, khulu‟ adalah perpisahan wanita dengan ganti
rugi dengan kata-kata khusus.
18
Dalam khulu‟ ganti rugi dari pihak istri
merupakan unsur penting, unsur inilah yang membedakannya dengan cerai biasa
19
. Dasar hukum disyaria’atkannya khulu‟ adalah firman Allah SWT
dalam surat Al-baqarah 2: 229 yang berbunyi:
إف ل ح يقي اأ ف ي أ اإ ً يش تيتآ ذخأت أ كل ّحي ا
اف ل ح ك ت ب تف يف ي ع ح ج اف ل ح يقي اأ ت خ
تعت ل ّحت اف ق ط إف ,
ل ّل ك ـل أف ل ح عتي أ ظ إ عج تي أ ي ع ح ج اف ق ط إف يغ ًج حك ت ىتح عب
16
A. Mukri Arto , Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003, Cet. 5, h. 234.
17
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008, h. 220
18
Syaikh Muhammad Al-Usaimin, Shahih Fiqh Wanita, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2009, Cet.-2 h. 340.
19
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994 cet. Ke-3, jilid5, h. 57.